Salin Artikel

Soal Penyerangan Rumah oleh 3 Pria yang Direkam Mahasiswi Garut, Polisi: Bukan Perampokan

GARUT, KOMPAS.com – Video detik-detik penyerangan tiga orang pria yang direkam oleh seorang mahasiswi di Kabupaten Garut, Jawa Barat dipastikan bukan peristiwa perampokan.

Sebab, antara korban dan pelaku saling kenal.

Kapolsek Samarang, Kompol Jajang Rachmat mengatakan, peristiwa penyerangan itu terjadi di rumah korban, SN dan RL, di lingkungan Pondok Pesantren Al-Amin, Kampung Bongkor, Desa Cintarakyat Kecamatan Samarang, Selasa (22/03/2022) dini hari.

"Motif masih kita dalami, untuk sementara, ini ada keterkaitan antara pelaku dengan korban, bukan perampokan," ujar Jajang kepada wartawan di Mapolsek Samarang, Kamis (24/03/2022).

Jajang menuturkan, ketiga pelaku penyerangan yaitu YN, DC dan AN, datang ke rumah korban pada Selasa dini hari pukul 01.00 WIB dan langsung menggedor-gedor pintu.

Selain itu, para pelaku juga memecahkan kaca rumah hingga berhasil masuk ke rumah dan melakukan penganiayaan terhadap korban SN dan RL, anak perempuannya yang masih kuliah.

Namun saat itu, RL, anak korban berhasil keluar dari rumah dan langsung melaporkan penganiayaan yang dilakukan oleh ketiga pelaku ke Polsek Samarang.

Anggota piket yang menerima laporan, menurut Jajang, langsung merespons cepat dengan turun langsung ke rumah korban dan mengamankan ketiga pelaku.

Jajang menuturkan, akibat dugaan tindak pidana pengeroyokan, penganiayaan yang disertai dengan pengerusakan, ketiga pelaku yang telah diamankan diduga melanggar Pasal 170 subsider Pasal 351 subsider Pasal 406 KUHP.

"Ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara," ujar Jajang.

Didatangi pelaku saat sedang tidur

Sementara itu, SN mengungkapkan, saat para pelaku datang, dirinya tengah tidur di kamar seorang diri, sementara anaknya tidur di kamarnya.

Sebelum beraksi, para pelaku mematikan seluruh lampu rumah dan awalnya sempat mendobrak pintu dapur.

"Saya kira suami saya baru pulang ada keributan, saya pikir ini kenapa suami saya datang marah-marah," kata SN saat ditemui di Mapolsek Samarang, Kamis.


Setelah itu, para pelaku mendobrak dinding kamarnya yang terbuat dari kaca selebar tiga meter dengan tebal 10 milimeter.

SN mengaku, ia sempat merasa aman karena kacanya tebal. Namun, tiba-tiba, para pelaku menggedor-gedor kaca menggunakan batu hingga pecah.

"Ketika mereka berhasil masuk lewat jendela, secara reflek saya sembunyi, mereka nyari-nyari, karena tidak mendapatkan apa-apa, lalu mereka bicara 'Ini orangnya enggak ada, sambil nyebut nama saya, kita bawa aja anaknya, kita seret'," kata SN menirukan ucapan pelaku.

Mendengar anaknya terancam, SN pun keluar dari persembunyian dan langsung bertanya pada para pelaku "Kalian cari siapa dan mau apa?".

Melihat SN, para pelaku pun langsung menghampiri dan langsung menganiaya SN.

"Dari situ terjadi tindak kekerasan, saya dicekik, dipukul, dianiaya, bisa dibayangkan, dianiaya dua laki-laki dalam kondisi gelap, yang saya tahu mereka dalam kondisi mabuk," katanya.

Setelah itu, SN mengaku sempat diseret oleh para pelaku keluar, namun dirinya berontak karena ingin memberitahu anaknya agar kabur dan meminta pertolongan dengan cara membuka pintu kamar.

Begitu berhasil berontak dan membuka pintu kamar, ternyata anaknya sudah berdiri di depan pintu kamar, SN pun langsung meminta anaknya kabur.

Namun bukannya kabur, RL malah mendatangi para pelaku, karena ingin menolong ibunya yang sedang dicekik dan dibekap pelaku, hingga akhirnya RL pun ikut dianiaya para pelaku.

Negosiasi dengan pelaku

Melihat kondisi tersebut, SN yang mengenal salah satu pelaku, akhirnya mencoba bernegosiasi dengan para pelaku agar penganiayaan bisa dihentikan.

SN pun menanyakan ke salah satu pelaku jika kedatangan mereka karena butuh uang, dirinya ada uang sebesar Rp 50 juta.

"Anda datang ke sini memang benar-benar butuh uang, atau mengharapkan kematian saya, jika memang butuh uang, sekarang juga ada Rp 50 juta, memang saya yang bilang begitu," kata SN mengulangi ucapannya saat kejadian.

Negosiasi pun akhirnya berjalan hingga SN dan para pelaku bisa duduk bersama.

Saat itu, SN mengaku uang sebesar Rp 50 juta itu ada, namun disimpan di rumah adiknya yang ada di pesantren.

Namun, para pelaku sempat meragukan dan memastikan kebenarannya dengan cara menendang apa pun.

"Benar ada uang, tinggal ngambil. Padahal tidak seperti itu juga, karena ini bagaimana saya berpikir anak saya selamat," kata SN.

Hingga akhirnya, RL pun dimintanya untuk pergi ke pesantren mengambil uang yang diinginkan para pelaku.

Kesempatan ini, dimanfaatkan oleh anaknya untuk mendatangi kantor Mapolsek Samarang dan melaporkan kejadian penganiayaan itu, didampingi oleh pengurus pesantren.

Tidak lama kemudian, anggota kepolisian datang dengan senjata lengkap dan langsung mengamankan para pelaku.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/24/173141678/soal-penyerangan-rumah-oleh-3-pria-yang-direkam-mahasiswi-garut-polisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke