Salin Artikel

Air yang Dibawa ke IKN Bukan dari Jateng, Ganjar: Emang Enggak Boleh?

MAGELANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak mempermasalahkan sumber air yang dibawa untuk prosesi penyatuan di Titik Nol ibu kota negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.

Meskipun demikian, Ganjar meyakini bahwa air tersebut berasal dari Pertapaan Bancolono di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

Namun, belakangan diketahui bahwa sumber air tersebut masuk wilayah Jawa Timur.

"Setahu saya itu, Tawangmangu, Mas. Aku lahire ning kono (lahirnya di sana). Jawa Timur yo ra popo to? (tidak apa-apa, kan?), emang enggak boleh. Wong NKRI, ijik milih-milih ngono (masih pilih-pilih begitu)," kata Ganjar usai menghadiri peresmian kantor Bank Jateng Cabang Mungkid Magelang pada Rabu (16/3/2022).

Adapun tanah diambil dari Gunung Tidar, Kota Magelang, yang diyakini sebagai titik pusat tanah Jawa.

Sebelumnya, dalam keterangan pers tertulis, Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokol Provinsi Jawa Tengah Agung Kristianto, Senin (14/3/2022), mengatakan, di Pertapaan Bancolono, terdapat dua sumber mata air yang disakralkan, yakni Sendang Lanang (laki-laki) dan Sendang Wedok (perempuan).

Lokasinya berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), di lereng Gunung Lawu.

Sejak abad ke-11 Masehi, sumber air itu diyakini sebagai tempat keramat oleh masyarakat.

Sebagian besar raja-raja di tanah Jawa memanfaatkan air di sendang itu sebagai alat bersuci sebelum melakukan ritual atau kegiatan-kegiatan sakral kerajaan.


Selain itu, menurut Agung, sebuah riwayat mengisahkan bahwa raja terakhir Majapahit memilih menenangkan diri di pertapaan Bancolono.

"Bahkan, dalam sebuah riwayat diceritakan, raja terakhir Majapahit memilih menenangkan diri di Pertapaan Bancolono. Hal tersebut diperkuat dengan keberadaan tiga candi yang dibangun di masa-masa akhir kejayaan kerajaan itu, yakni Candi Sukuh, Candi Cetho, dan Candi Kethek," papar dia.

Sementara itu, di Gunung Tidar, tempat tanah yang dibawa ke IKN berasal, tertanam sebuah paku yang berisi Rajah Kalacakra untuk menjaga keseimbangan.

Di bukit itu juga terdapat makam seseorang yang disebut Wali Allah, yakni makam Syekh Subakir beserta tombaknya.

Dikisahkan, Syekh Subakir adalah orang yang menanam Rajah Kalacakra di Puncak Tidar.

Konon, rajah itu ditanam untuk mengusir segala balak dan marabahaya, baik yang lahir dari ulah manusia maupun makhluk halus.

"Sampai sekarang, mayoritas masyarakat Jawa masih mengeramatkan Gunung Tidar. Siapa pun yang punya hajat besar akan ziarah ke sana, ke makam Syekh Subakir, sekaligus menyimak paku Rajah Kalacakra," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/17/100216578/air-yang-dibawa-ke-ikn-bukan-dari-jateng-ganjar-emang-enggak-boleh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke