Salin Artikel

Cerita Jaka Tarub dan 7 Bidadari Asal Jawa Tengah dan Pesan Moral

KOMPAS.com - Legenda Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari berasal dari Provinsi Jawa Tengah.

Cerita ini mengisahkan tentang pemuda yang mendapatkan istri bidadari.

Cerita Jaka Tarub

Dahulu kala hiduplah seorang pemuda yang bernama Jaka Tarub.

Jaka Tarup tinggal di hutan. Kegiatan sehari-harinya adalah memancing.

Hasil pancingannya dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Suatu hari, Jaka Tarub bermaksud memancing di dalam hutan, ia berpikir di dalam hutan pasti sepi dan banyak ikannya.

Dugaannya tidak salah, hutan memang dalam keadaan sepi, hanya ada beberapa binatang saja di sana.

Tanpa membuang waktu, Jaka Tarub langsung melempar kailnya.

Namun tiba-tiba, ia dikejutkan dengan tujuh warna yang melengkung dari langit.

Warna melengkung yang sangat indah itu mendarat di sungai tempat ia memancing.

Jaka Tarub Menyembunyikan Selendang

Jaka Tarub penasaran, ia mendekat untuk melihat lebih seksama. Ternyata warna

melengkung dari langit adalah bidadari yang tengah mandi di sungai.

Jaka Tarub mengagumi kecantikan bidadari tersebut. Lalu, ia membayangkan andaikata dapat menikahi salah satu dari tujuh bidadari tersebut.

Tiba-tiba, satu ide muncul.

Jaka Tarub mendekat ke sungai dan mengambil selendang salah satu bidadari, ia pun menyimpan selendang di balik bajunya.

Saat, para bidadari akan kembali ke khayangan. Salah seorang bidadari kehilangan selendang.

Tanpa selendang tersebut, bidadari itu tidak dapat kembali ke khayangan.

Akhirnya, keenam bidadari meninggalkan bidadari yang kehilangan selendang seorang diri.

Lalu, Jaka Tarub mendekati bidadari yang tertinggal yang bernama Nawang Wulan.

Jaka Tarub mengajaknya ke rumah.

Akhirnya, keduanya menikah dan memiliki anak yang bernama Nawangsih.

Bertahun-tahun berumah tangga, Jaka Tarub keheranan karena tempat menyimpan beras selalu penuh.

Saat bertanya kepada istrinya, Nawang Wulan hanya tersenyum.

Jaka Tarub Membuka Penanak Nasi

Suatu hari saat akan pergi ke sungai, Nawang Wulan berpesan pada suaminya agar tidak membuka penanak nasi saat beras di masak.

Akan tetapi, Jaka Tarub penasaran. Ia membuka penanak nasi yang isinya hanya sebutir beras.

Saat kembali, nasi yang di masak masih berwujud sebutir beras.

Jaka Tarub mengakui kalau ia membuka penanak nasi.

Sejak saat itu, sebutir beras tidak dapat berubah menjadi nasi untuk satu keluarga. Kekuatan, Nawang Wulan sebagai bidadari telah hilang.

Nawang Wulan harus memasak nasi sesuai takaran pada umumnya.

Lama-kelamaan, beras yang tersimpan habis.

Di saat bersamaan, Nawang Wulan menemukan selendang yang selama ini dicarinya. Ternyata, selendang tersebut tersimpan di dasar tempat beras.

Nawang Wulan berpamitan kepada suaminya untuk kembali ke khayangan. Saat berpamitan, Jaka Tarup meminta istrinya untuk selalu menengoknya dan anak semata wayang mereka, Nawangsih.

Pesan Moral

Pesan moral dalam cerita Jaka Tarub adalah dalam memulai suatu hubungan diperlukan kejujuran. (Editor: Wahyu Adityo Prodjo)

Sumber: jateng.tribunnews.com dan kompas.com

https://regional.kompas.com/read/2022/02/26/061500078/cerita-jaka-tarub-dan-7-bidadari-asal-jawa-tengah-dan-pesan-moral

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke