Salin Artikel

Gatotkaca Satria dari Pringgadani, Cerita Rakyat dari Jawa Tengah

KOMPAS.com - Gatotkaca Satria dari Pringgadani merupakan judul sebuah cerita rakyat dari Provinsi Jawa Tengah.

Kisah Gatotkaca Satria dari Pringgadani berasal dari kisah pewayangan yang kemudian menjadi ksatria legendaris yang dikenal banyak orang.

Senjata Gatotkaca yang terkenal adalah Rompi Antakusuma, Caping Basunandha, dan Aji-aji Narantaka.

Kekuatan Gatotkaca juga disebut berasal dari sebuah kawah bernama Kawah Candradimuka.

Apalagi watak Gatotkaca juga sering disebut sebagai panutan bisa mempergunakan kesaktiannya dengan bijaksana.

Merangkum dari buku Gatotkaca Satria dari Pringgadani (2016) saduran Lustantini Septiningsih berdasarkan tulisan Muhammad Jaruki, berikut adalah cerita selengkapnya.

Dewi Arimbi dan Raden Werkudara sedang bergembira karena dikaruniai seorang anak laki-laki. Keduanya lantas memberi nama anak lelaki mereka Tetuka.

Namun anehnya, tali pusar Tetuka tidak mempan dipotong dengan menggunakan pisau.

Segala senjata dan kesaktian sudah dikeluarkan untuk memotong tali pusar Tetuka.

Pada akhirnya, pusaka yang didapat Arjuna dalam perkelahiannya melawan Kresna adalah pusaka yang dapat memotong tali pusar Tetuka.

Kesaktian Tetuka diperlihatkan saat Prabu Kala Sekipu ditantang Batara Narada saat akan meminang Dewi Supraba.

Prabu Kala Sekipu diminta untuk melawan Tetuka yang ternyata memiliki kesaktian, hingga akhirnya ia menggigit leher Tetuka hingga bayi itu tidak bergerak.

Tetuka kemudian dilempar Prabu Kala Sekipu melemparkan kembali ke arah Batara Narada, karena dikiranya telah tewas.

Oleh Batara Narada, Tetuka ditangkap dan dibawa ke sebuah kawah bernama Kawah Candradimuka.

Di sana seluruh dewa menceburkan berbagai senjata dari baja dan kuningan, dan kemudian Tetuka juga dilemparkan ke dalamnya.

Tetuka bukannya melebur malah semakin bertambah besar, sementara senjata yang diceburkan malah menambah kesaktiannya.

Keluar dari Kawah Candradimuka, Tetuka berubah menjadi sosok pemuda tampan yang sakti mandraguna.

Oleh Batara Narada, Tetuka diminta untuk mengalahkan Prabu Kala Sekipu di Padang Oro-Oro sebelum bertemu ayahnya.

Tetuka berangkat melawan Padang Oro-Oro dan sempat tak sadarkan diri saat kembali digigit di bagian lehernya.

Batara Narada menuangkan air kehidupan dan pada akhirnya Tetuka bisa mengalahkan Prabu Kala Sekipu.

Kemenangan itu membuat Prabu Kala Praceka juga ingin menuntut balas namun berakhir dengan kemenangan Tetuka.

Sesuai janji, Batara Narada membawa Tetuka untuk dipertemukan dengan ayahnya.

Namun Raden Werkudara tak bisa mengenali sang anak yang telah berubah, bahkan memiliki taring.

Beruntung pada akhirnya Raden Werkudara menerima sang anak kembali.

Oleh Hyang Pramesthi, Tetuka diberi nama menjadi Raden Gatotkaca serta diberi gaman topeng baja yang membuatnya makin sakti dan Rompi Antakusuma yang bisa membawanya terbang.

Gatotkaca Menjadi Raja Pringgadani

Sebelum kembali ke Pringgandani, Gatotkaca sempat dinobatkan menjadi raja sehari di Jonggring Saloka.

Kepulangan Gatotkaca disambut gembira oleh Dewi Arimbi dan Raden Werkudara.

Raden Gatotkaca kemudian dinobatkan menjadi raja Pringgandani.

Setelah penobatan, sang ayah kembali ke Amarta, sementara Raden Gatotkaca memimpin didampingi Dewi Arimbi ibunya.

Di bawah pemerintahan Raden Gatotkaca, Kerajaan Pringgadani bertambah makmur, aman, dan kuat.

Semasa menjadi raja. Gatotkaca semakin sakti setelah berilmu kepada Resi Seta yang memberinya Ajian Narantaka.

Ajian Narantaka yaitu kekuatan telapak tangan yang bisa menghancurkan batu hingga menjadi abu.

Sumber:
gln.kemdikbud.go.id 
tribunnews.com 
labbineka.kemdikbud.go.id 

https://regional.kompas.com/read/2022/02/24/205415578/gatotkaca-satria-dari-pringgadani-cerita-rakyat-dari-jawa-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke