Salin Artikel

Pengusaha Tempe Pangkas Karyawan hingga Kurangi Produksi 50 Persen

Sementara pengusaha tahu tempe lainnya yang tak bisa bertahan di tengah lonjakan harga bahan baku kedelai, sudah lebih dulu tutup karena tak bisa menggaji pegawainya.

Dampak dari mahalnya harga kedelai impor sejak sebulan terakhir, pengusaha tahu tempe terpaksa mengurangi jumlah produksinya menjadi 50 persen dari biasanya.

Jika sebelumnya mampu memproduksi hingga 7 kuintal memakai kedelai impor, kini hanya bisa hingga 3 kuintal saja.

Harga kedelai impor sebelumnya yang Rp 530.000 per 50 kilogram, kini dilaporkan sudah melonjak hingga Rp 600.000 per 50 kilogram.

Dampaknya, beberapa perajin tahu tempe di Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar ada yang menutup usahanya karena bangkrut.

Sebagian lain terpaksa ditinggalkan para pegawainya lantaran si pemilik tidak bisa lagi menggaji mereka.

Para pedagang tahu tempe mengeluhkan masa depan usaha mereka yang terancam gulung tikar. Sementara kedelai lokal tak banyak tersedia untuk memasok kebutuhanproduksi tahu tempe mereka.

Perajin tahu tempe di Desa Sugiwaras, Kecamatan Wonomulyo, ini misalnya menilai, harga kedelai yang tidak stabil sepanjang tahun akan membuat ribuan usaha rumahan terseok-seok karena tak bisa mengatur produksi dan penghasilan mereka.

“Dulunya pake sampai 4 orang sekarang hanya kerja sendir itu pun produksinya sedikit. Susah juga mau bikin banyak dnegan harga mahal tidak mungkin laku,” jelas Endang, pengusaha tempe di Wonomulyo

Para pedagang berharap agar pemerintah berperan nyata dalam mengendalikan harga kedelai di pasaran, agar ribuan pelaku usaha yang menekuni industri rumahan ini bisa tetap bertahan alias tidak merugi.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/22/073955778/pengusaha-tempe-pangkas-karyawan-hingga-kurangi-produksi-50-persen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke