Salin Artikel

Sejarah Gamelan Bali, Cara Memainkan, Fungsi, dan Suara yang Dihasilkan

KOMPAS.com - Gamelan Bali merupakan alat musik tradisional yang berasal di Provinsi Bali.

Jika sekilas dilihat, gamelan Bali hampir setipe dengan gamelan Jawa, alat musik tradisional yang dimainkan secara bersama-sama, meskipun keduanya berbeda.

Rupanya, ada latar belakang yang menghubungkan diantara keduanya.

Dalam prasasti berbahasa Bali Kuno yang ditemukan di Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada angka tahun 818 Saka atau 896 M menyebutkan beberapa alat musik yang berhubungan dengan gamelan.

Alat musik yang berhubungan dengan gamelan tersebut menunjuk pada pemain alat musik tersebut yaitu penabuh gamelan (pemukul), pesinden (pagending), penabuh angklung (pabunying), penabuh kendang (papadaha), peniup suling besar (parbhangsi), perkumpulan topeng (partapukan), dan dalang (parbwayang).

Kemudian, saat komunikasi kerajaan Jawa dan kerajaan Bali semakin intens, beberapa jenis kesenian seperti gamelan Jawa ikut masuk meskipun masih berupa instrumen terpisah.

Kondisi ini membuat gamelan Bali sekilas mirip dengan gamelan Jawa. Namun tentu, keduanya memiliki perbedaan.

Pada gamelan Bali, bentuk wilah (bilah pada saron) lebih tebal dan instrumen berbentuk pencon (semacam bonang) lebih banyak pada wilah. Selain itu, cara memainkan instrumen juga tidak selalu sama.

Bahkan di Bali, permainan gamelan di satu wilayah dengan di wilayah lain berbeda. Permainan gamelan di wilayah timur Bali agak berbeda jika dibandingkan dengan Bali selatan dan utara, yang masih banyak berhubungan dengan lingkungan keraton dan mendapat pengaruh dari Jawa.

Ciri-ciri Gamelan Bali

Gamelan Bali atau Gambelan mempunyai karakter kuat, dinamis, suaranya meledak-ledak dengan ritme musik yang cepat.

Hal yang paling menonjol karena gamelan Bali memiliki instrumen sejenis hand cymbal yang berukuran kecil bernama "ceng ceng" yang menjadi pembeda dengan jenis gamelan lainnya.

Ceng-ceng selalu dimainkan dalam tempo cepat. Bunyinya akan sangat nyaring jika lempeng kiri dan kanan diadukan satu sama lain.

Hal ini berbeda dengan gamelan Jawa yang memiliki nada lebih lembut. Sedangkan, gamelan Sunda yang didominasi seruling memiliki ritme musik lembut mendayu-dayu.

Ada alasan terkait dengan ritme musik pada gamelan Jawa. Suku Jawa sengaja menghindari ekspresi yang meledak-ledak dan berusaha mewujudkan toleransi antar sesama, sehingga dalam memainkan musik gamelan pun tidak ada suara dominan satu dengan yang lainnya. Salah satu contohnya, pada bagian penutup irama gending yang memadukan tali rebab berirama sedang untuk mengimbangi bunyi kenong, saron, kendang, gambang, dan gong.

Jenis Gamelan Bali 

Berdasarkan bahan pembuatannya, gamelan bali dibedakan menjadi tiga, yaitu

  • Gamelan perunggu yang disebut "gamelan krawang" karena dirakit oleh pande krawang (ahli perunggu)
  • Gamelan bambu karena berbahan bambu
  • Gamelan besi yang disebut "gamelan slonding", gamelan besi merupakan gamelan paling langka karena jarang digunakan

Berdasarkan kemunculannya gamelan Bali dibedakan menjadi:

  1. Gamelan Wayah atau Gamelan Tua. Diperkirakan, gamelan tersebut sudah ada sejak sebelum abad XV. Pada masa ini, gamelan didominasi oleh alat-alat berbentuk "wilahan". Jenis gamalan ini seperti, angklung, gender, wayang, baleganjur, gengging, bebonangan, geng beri, caruk, gong luwang, gambang, dan selonding. Kendang belum ada dalam ansambel gamelan wayah.
  2. Gamelan Madya. Diperkirakan, jenis gamelan madya muncul pada sekitar abad XVI sampai XIX. Instrumen kendang atau gendang dan pencon sudah digunakan pada masa gamelan madya. Gamelan yang termasuk jenis ini antara lain batel barong, bebarongan, joged pingitan, penggambuhan, gong gede, pelegongan, dan semar pegulingan.
  3. Gamelan anyar atau Gamelan Baru. Diperkirakan, gamelan ini muncul sekitar abad XX. Permainan instrumen kendang sangat menonjol pada jenis gamelan anyar. Beberapa gamelan yang termasuk dalam jenis ini antara lain adi merdangga, manikasanti, bumbung gebyog, samaradana, bumbang, gong suling, geguntangan , jegog, genta pinara pitu, kendang mabarung, gong kebyar, okakan atau grumbungan, janger, tektekan, dan joged bumbung.

Fungsi Gamelan Bali

Bagi masyarakat Bali, gamelan Bali tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena gamelan memiliki fungsi sakral sekaligus profan.

Awalnya, gamelan Bali sebagai wewalen atau seni upacara keagamaan semata. Namun dalam perjalanan waktu, terjadi perubahan kondisi di dalam masyarakat. Akhirnya terjadi pergeseran, gamelan yang tadinya sabagai wewalen yang bersifat sakral menjadi bebali bahkan menjadi balih-balihan atau sekuler.

Penggunaan gamelan sebagai ritual keagamaan berbeda-beda sesuai dengan jenis upacaranya, seperti gamelan "baleganjur" dan "bebonangan" sebagai pengiring prosesi keagamaan, gemelan "gender wayang" untuk upacara potong gigi, dan gamelan "angklung" sebagai pengiring upacara ngaben.

Dalam berbagai kesenian Bali termasuk yang bersifat balih-balihan juga diiringi gamelan.

Dalam bidang pariwisata, gemalen dipentaskan sebagai hiburan, baik pementasan rutin, festival, pameran maupun pementasan kesenian lainnya.

Gamelan Bali juga menjadi duta kesenian Bali, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sumber: encyclopedia.jakarta-tourism.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/02/19/060000678/sejarah-gamelan-bali-cara-memainkan-fungsi-dan-suara-yang-dihasilkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke