Salin Artikel

4 Senjata Tradisional Papua dan Kegunaannya

KOMPAS.com - Senjata tradisional dimiliki hampir di setiap suku, tak terkecuali dengan suku yang terdapat di Provinsi Papua

Masyarakat Papua memiliki beberapa senjata tradisional yang digunakan untuk melindungi diri maupun berburu.

Senjata Papua juga dikenal karena keunikannya, baik dari bahan pembuatnya maupun bentuknya.

Berikut beberapa senjata tradisional Papua:

1. Belati dari Tulang Kasuri

Belati dari Tulang Kasuari bentuknya tidak terlalu panjang, namun ketajamannya dapat membuat musuh ketakutan.

Bila senjata tradisional umumnya terbuat dari logam, maka belati khas Papua ini menggunakan tulang Burung Kasuari.

Belati dari Tulang Kasuari ini dibuat dengan meruncingkan di bagian ujung, kemudian senjata dihiasi dengan bulu di bagian gagangnya.

Senjata ini juga dihiasi dengan anyaman kulit yang sebelumnya telah dicat putih. Hiasan lainnya berupa kerang yang ditempelkan pada bagian bulu burung kasuari.

Belati pertama kali diperkenalkan Suku Asmat. Dahulu, senjata dipercaya hanya digunakan untuk ritual pembunuhan saja.

Namun saat ini, senjata digunakan sebagai pelengkap pakaian adat pria Papua. Cara memakainya dengan melilitkan di bagian sisi pinggang pria.

2. Busur dan Panah

Setiap suku di Papua, mereka memiliki busur dan panah dengan jenis yang berbeda-beda, baik bentuk, fungsi, bahan pembuatannya, bahkan penyebutannya juga berbeda-beda,

Pada Suku Muyu, salah satu suku yang ada di Papua, busur disebut Tinim, sedangkan Panah adalah Ando.

Bahan pembuatan busur atau Tinim berasal dari pohon sejenis palem atau enau kecil. Pohon tersebut dibelah selebar tiga jari. Kemudian, ujung busur diikat dengan ujung busur yang lainnya membentuk setengah lingkaran.

Selain itu, busur menggunakan bambu khusus yang telah dihaluskan untuk diletakkan di bagian tengah, bambu diikat dengan tali genemo yang telah dipintal untuk menahan bambu.

Sementara, bahan panah atau ando dibuat dari alip atau pohon kasim sejenis pohon bambu yang diambil dari hutan.

Pohon ini lalu diolah dengan menggunakan api supaya lurus. Setelah lurus, panah dipasang mata panah yang terbuat dari bambu.

Sebelumnya, bambu yang akan digunakan sebagai mata panah telah dibentuk terlebih dahulu.

Mata anak panah dibuat dalam tiga macam bentuk, yaitu jubi, kanat (pisau bermata dua), dan tombak (bergerigi terbalik).

3. Kapak Batu

Kapak batu yang ditemukan di Papua umumnya kapak lonjong. Namun seiring berjalannya waktu, budaya kapak batu ini hampir terlupakan

Dalam budaya Sentani, kelompok suku besar di Papua, kapak batu mengalami pergeseran fungsi.

Kapak batu tidak lagi sebagai alat kerja untuk menebang pohon, menokok sagu, atau membuat perahu.

Kapak batu atau he (bahasa Sentani) digunakan sebagai warisan turun-temurun yang memiliki nilai sosial terutama dalam upacara adat, seperti pembayaran mas kawin, denda adat, dan pembayaran kepala.

Di Sentani, ada beberapa jenis kapak batu, yaitu:

  • He Nokhong, kapak batu berwarna hitam
  • He Phinukhu, kapak batu berwarna hitam dan hijau
  • He Hawaphu, kapak batu berwarna hijau
  • He Khongge , kapak batu berwarna hitam berbintik putih
  • He Hawa phulu, kapak batu berwarna kehijau-hijauan
  • He Raime rouw, kapak batu berwarna hijau muda
  • He Yanggove, kapak batu berwarna hijau tua
  • He Hokhai, kapak batu berwarna hijau kemerahan
  • He Rondo fikholie, kapak batu berwarna hijau keputihan

Kapak batu yang paling sering digunakan dalam upacara adat dan pembayaran adat adalah he nokhong, he phinukhu, he hawaphu, dan he khongge.

4. Tombak

Tombak merupakan senjata tradisional yang digunakan untuk berburu. Berburu merupakan salah satu sistem mata pencaharian yang terdapat di masyarakat Papua.

Tombak juga dipergunakan sebagai salah satu senjata berperang untuk mempertahankan atau merebut wilayah. Untuk masyarakat Papua, perang merupakan sebuah prestasi atau prestise.

Panjang tombak antara 2 sampai 3 meter, tombak terbuat dari batang bambu atau batang nibun dengan mata tobak terbuat dari kayu besi atau pohon pinus.

Tetapi, setelah masyarakat banyak melakukan kontak dengan masyarakat di luar papua, mata tombak banyak terbuat bahan logam.

Untuk suku-suku yang tinggal di pegunungan, mereka menggunakan besi yang dibentuk sedemikian rupa menjadi semacam lembing dengan panjang sekitar 3 sampai 5 meter.

Bagian ujung tombak tersebut dibuat diruncing. Alhasil jika senjata tersebut ditusukkan ke lawan dapat menembus badan lawan hingga tewas.

Tombak yang dibuat oleh Suku Mappi dan Asmat terbuat dari kayu yang bagian ujungnya bergerigi sedangkan bagian pangkal dihiasi dengan bulu burung.

Selain digunakan untuk berperang, tombak juga digunakann untuk berburu hewan liar, seperti babi hutan, kasuari, rusa, dan kangguru.

Di sisi lain, tombak juga digunakan untuk tari-tarian dalam rangka pesta budaya atau pagelarann seni di Papua.

Sumber: makassar.tribunnews.com, komunikasi.ubl.ac.id, kebudayaan.kemdikbud.go.id, warisanbudaya.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/02/16/150919778/4-senjata-tradisional-papua-dan-kegunaannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke