Salin Artikel

Palagan Ambarawa : Latar Belakang, Kronologi, dan Tokoh yang Gugur

KOMPAS.com - Palagan Ambarawa adalah aksi pergerakan rakyat di daerah Ambarawa, Jawa Tengah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa ini juga dikenal dengan Perang Ambarawa atau The Battle of Ambarawa.

Keberhasilan pejuang dalam mengusir penjajah membuat setiap tahun peristiwa ini diperingati sebagai Hari Juang Kartika atau Hari Infanteri.

Monumen Palagan Ambarawa, merupakan sebuah monumen yang terkenal dan terletak di Ambarawa sebagai bukti perjuangan mempertahankan wilayah Indonesia.

Latar Belakang Palagan Ambarawa

Proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945 nyatanya tidak mampu menghentikan langkah Belanda untuk menjajah negara kita.

Belanda terus berusaha termasuk menunggangi pasukuan sekutu untuk merebut wilayah-wilayah jajahannya.

Rakyat yang tak mau menyerah juga melakukan perlawanan hingga meletuslah perang di berbagai daerah termasuk Ambarawa.

Melansir laman Kemendikbud, pada 20 Oktober 1945 tentara sekutu yang memboncengi NICA diketahui mempersenjatai tawanan perang di penjara Ambarawa dan Magelang.

Kedatangan pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigjen Bethel mendarat di Semarang dan membuat berbagai kerusuhan.

Hal ini membuat emosi kaum pribumi tersulut dan pecahlah insiden antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekutu pada 26 Oktober 1945.

Untuk mengatasi bentrokan, Presiden Soekarno dan Brigjen Bethel melakukan perundingan gencatan senjata pada 2 November 1945 dan jalan raya Ambarawa-Magelang pun dibuka kembali.

Kronologi Perang Ambarawa

Pada kenyataannya sekutu mengingkari perjanjian dan meletuslah pertempuran 20 November 1945 yang menjalar ke dalam kota pada 22 November 1945.

Sekutu juga melakukan pemboman ke pedalaman Ambarawa yang mengancam posisi TKR.
Medan perang di Ambarawa kemudian terbagi menjadi 4 sektor yaitu sektor utara, timur, barat, dan selatan.

Sekutu terus melancarkan aksinya karena daerah Ambarawa strategis untuk menyerang markas TKR di Surakarta, Magelang, dan Yogyakarta.

Semangat yang membara dari rakyat Ambarawa yang bersatu dengan 19 batalyon TKR membuat sekutu kesulitan menaklukan wilayah tersebut.

Pada 5 Desember 1945, sekutu mulai bisa dipukul mundur dari desa Banyubiru yang menjadi pertahanan terdepan.

Selanjutnya di tanggal 12 Desember 1945, para pejuang berhasil memasuki kota den mengepung sekutu di Benteng Willem selama 4 hari 4 malam.

Setelah perjuangan panjang, perlawanan rakyat dan TKR bisa membuat posisi sekutu terjepit dan mundur dari Ambarawa tepat pada tanggal 15 Desember 1945.

Tokoh yang Gugur di Perang Ambarawa

Pada 26 November 1945 pertempuran yang membara memakan korban dengan tewasnya Letkol Isdiman.

Letkol Isdiman merupakan perwira yang menjadi pemimpin pasukan yang berasal dari Purwokerto.

Ia adalah anggota TKR kelahiran Pontianak, 12 Juli 1913.

Letkol Isdiman menjadi tangan kanan Kolonel Soedirman yang mengatur siasat pertempuran di Ambarawa.

Gugurnya Letkol Isdiman justru semakin membakar semangat pejuang, apalagi posisinya digantikan oleh Kolonel Soedirman.

Pada 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman memberi komando untuk melancarkan pukulan terakhir pada sekutu dan berhasil merebut kembali wilayah Ambarawa.

Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id 
ditsmp.kemdikbud.go.id 

https://regional.kompas.com/read/2022/02/10/195300678/palagan-ambarawa-latar-belakang-kronologi-dan-tokoh-yang-gugur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke