Salin Artikel

Mengunjungi Situs Perahu Kuno Abad ke-7 di Rembang

Letaknya yang berada di antara tambak garam tak lepas dari titik penemuan situs tersebut.

Sebab, sebelum ditemukannya perahu kuno, lokasi ini memang rencananya dijadikan sebagai tambak garam milik warga lokal.

"Penemuan perahu kuno ini diawali dengan rencana dari pemilik lahan yang ingin menjadikan tambak garam," ucap Sekretaris Desa Punjulharjo, Ubaidillah saat ditemui Kompas.com, Selasa (8/2/2022).

Setelah digali secara terus-menerus tiba-tiba sejumlah orang menemukan adanya beberapa kayu di area tersebut. Peristiwa itu terjadi sekitar 2008 silam.

"Pada saat penggalian itu ditemukan ada beberapa kayu yang setelah ditelusuri ternyata berbentuk perahu, itu ditemukan pada bulan Juli 2008," kata dia.

Usai menemukan perahu dari hasil penggalian tanah, pemerintah desa setempat kemudian melaporkannya ke pihak berwenang.

Balai Arkeologi Yogjakarta kemudian turun langsung ke lokasi untuk melakukan penelitian terhadap benda kuno tersebut.

Bahkan, seorang arkeolog asal Perancis, Profesor PY Manguin turut serta meneliti temuan perahu tersebut.

"Setelah diteliti kayunya itu diuji karbon di Amerika serikat ternyata ditemukan sekitar abad ketujuh," terang dia.

Beragam cara dilakukan agar perahu kuno yang diduga kuat terbuat dari kayu Ulin dapat dijadikan sebagai benda cagar budaya.

"Jadi dibuatkan bengkel di situ untuk direndam dengan cairan kimia untuk menyerap kadar airnya," jelas dia.

Setelah dikelola oleh Balai Arkeologi Jogjakarta, situs perahu kuno tersebut kemudian diserahterimakan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang.

"Untuk lahannya sudah diganti rugi oleh pemerintah, jadi sekarang otomatis lahannya milik Pemkab Rembang, kalau yang mengelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata," ujar dia.

Sementara itu, Juru Pelihara Situs Perahu Kuno tersebut, M Ihsan mengaku pada awal-awal ditemukannya perahu kuno tersebut, banyak warga yang berduyun-duyun datang.

"Dulu pada saat ditemukan itu warga berduyun-duyun penasaran, melihat perahu Dampo Awang," kata Ihsan.

Makanya, warga desa kemudian mengambil retribusi bagi masyarakat yang ingin melihat benda kuno itu.

Tak sampai disitu saja, pada awal penemuan perahu kuno tersebut, sebagian masyarakat percaya air yang ada di perahu itu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

"Iya bisa (dijadikan obat) karena ada warga sini yang tak bisa berjalan, diambilkan air ini lalu dioleskan pada kakinya, pagi harinya untuk jalan terasa enak bisa jalan," ujar Ihsan yang secara rutin membersihkan debu-debu bertebaran di kayu-kayu tersebut.

Setelah dijadikan sebagai cagar budaya, tiap bulan situs perahu kuno ini mampu menyedot ratusan pengunjung dari sejumlah daerah tanpa ada pungutan apapun.

"Sebulan itu ada sekitar 400 pengunjung yang datang," kata Ihsan yang sejak 2009 telah dimintai tolong untuk memelihara perahu kuno berukuran 15 meter x 3 meter.

Di sekitar perahu kuno tersebut juga telah dipasangi pagar yang melingkar dengan sejumlah pintu-pintu terbuka dan informasi-informasi lainnya terkait perahu asli Nusantara ini.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/09/194958678/mengunjungi-situs-perahu-kuno-abad-ke-7-di-rembang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke