Salin Artikel

Tolak Pembangunan IKM, Pedagang Pasar Mebel Ingin Ketemu Gibran: Solo Kota Kecil, Susah Ketemu Wali Kota

Pembangunan IKM, direncanakan akan mulai dibangun pada April 2022 dan akan diperuntukkan 20 pedagang saja. Padahal jumlah total yang berada menepati Pasar Mebel berjumlah sekitar 80 pedagang.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mebel, Sutarmi atau Nyemuk, mengatakan penyampaian aspirasi penolakan telah disampaikan dengan beberapa cara.

Antara lain menuliskan surat penolakan ke Dinas Perdagangan Solo, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Solo, pemasangan spanduk di kawasan Pasar Mebel, hingga melakukan audiensi ke DPRD Solo dan Wakil Wali Kota Teguh Prakoso.

Akan tetapi dengan berbagai cara itu, aspirasi penolakan untuk mendapatkan jalan tengah atau solusi tak kunjung didapatkan para pedagang.

Hingga Selasa (8/2/2022), pemasangan spanduk penolakan yang terpasang di Pasar Mebel dicopot oleh Petugas Satpol PP dan Tim Sparta Polresta Solo.

Pantuan Kompas.com, Rabu (9/2/2022), di Pasar Mebel para pedagang dan buruh pelitur masih diselimuti rasa kekecewaan dan dihantui dengan pengusuran ditempat yang mereka tinggali selama 50 tahun.

"Dulunya kami di daerah Kepatihan, di sini (Pasar Mebel) tanah dulu kuburan. Orangtua kami babat alas membersihkan kuburan buat bangun kampung dan sambil berjualan mebel, bergotongroyong bangun kampung mebel sebelum dijadikan pasar ini," cerita Nyemuk.

Mereka secara terang-terangan meminta untuk dimanusiakan, sebagai mestinya seperti pedagang pasar lainnya, yakni Pasar Legi dan Pasar Klewer.

"Kami masuk kategori pasar tradisional, ada dalam Perda (Peraturan Daerah) dibangun lalu kami kembali lagi seperti pasar-pasar yang lain," jelasnya.

"Kita ada wacana seperti itu (bisa kembali) sebelum pandemi. Tapi pas pandemi ada sosialisasi akan dibangun kami tidak kembali tapi aku dan teman-teman diapusi (dibohongi) sama Dinas Perindustrian," ujar dia.

"Dinas tidak memberi tahu kami, kalau mau dibangun IKM, pedagang diusir tidak boleh kembali, siapa yang enggak kaget ?," ungkapnya.

Nyemuk bercerita para pedagang berharap bisa bertemu Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, tidak lagi diwakili oleh Dinas Perdagangan maupun dan Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Solo.

"Pengen ketemu dengarkan curhatan kami. Menolak dengan dinas sudah beberapa kali. Menurut kita Pak Gibran sopan," tegasnya.

Sementara itu, penolakan saat ini masih tetap digaungkan oleh para pedagang. Pantauan Kompas.com, wujud penolakan itu dalam bentuk tulisan dan gambar hanya tersisa lukisan Seniman Solo.

Pedagang Pasar Mebel generasi ke-3, Boby Sutanto (30), yang mengenakan baju bergambar Presiden Jokowi menjelaskan makna lukisan dari Seniman Solo menceritakan penolakan dan kebungkaman Gibran atas masalah mereka.

"Ditujukan ke wali kota terutama ini digambarkan ini ada banyak tangan di bawah ini adalah pedagang dari pasar mebel di sini, Ada timbangan itu yang berat sebelah, tiga kali kebakaran mereka hanya datang melihat tidak melakukan apa-apa," jelasnya.

Makna kepala yang memakai topi dan ditutupi matanya itu menunjukkan pemerintah tutup mata atas suara-suara dari rakyat kecil.

"Kita berharap audiensi selama ini seakan sulit banget itu loh. Pedagang juga mempertanyakan kenapa wali kota dari Solo yang kota kecil ini sampai susah sekali datang pasti ada jalannya. Tidak berubah pasarnya tidak jalan tidak punya kaki," tegasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/09/181834178/tolak-pembangunan-ikm-pedagang-pasar-mebel-ingin-ketemu-gibran-solo-kota

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke