Salin Artikel

Kisah Khoerul, Jebolan UGM yang Kembangkan Bisnis Ayam Hias Beromzet Ratusan Juta Rupiah

Kesuksesannya tersebut dia raih bukan secara tiba-tiba.

Khoerul mulai menekuni bisnisnya sejak masih duduk di bangku kuliah pada 2016.

Saat itu, Khoerul masih sebagai mahasiswa program studi (prodi) ilmu dan industri peternakan Fakultas Peternakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Khoerul menceritakan bisnis ayam hiasnya tersebut berkembang bermula dari hobi.

Sejak masih kuliah Khoerul senang dengan hewan unggah, khususnya ayam maupun burung hias.

Berangkat dari hobi tersebut, ia kemudian membeli sepasang ayam brahma dengan harga Rp 500.000.

Sepasang ayam itu dia pelihara sampai akhirnya bertelur dan menetas.

"Saya jual anakannya itu perekor laku Rp 200.000. Untuk kelas mahasiswa itu cukup lumayan. Padahal, ayam brahma itu produksi telurnya bisa 300 butir pertahun," ungkap Khoerul dihubungi Kompas.com, Selasa (8/2/2022).


Mengetahui harga jual anakan ayam brahma yang menggiurkan, Khoerul memutuskan untuk membudidayakan dan membesarkan bisnis ayam hias tersebut.

Khoerul menyampaikan uang hasil dari menjual anakan ayam brahma dia belikan untuk indukan ayam brahma betina sebanyak 14 ekor dan jantan tiga ekor.

"Saya membuat tim yang beranggotakan salah satunya istri saya. Terus saya nambah populasi anakan brahma kita jual kita upgrade ke jenis golden pheasant, silver pheasant," kata Khoerul.

Khoerul mulai fokus mengembangkan bisnisnya pada Maret 2019.

Ia juga membeli burung merak biru dan burung merak putih hasil dari menjual anakan ayam brahma.

Menurut Khoerul, burung merak biru dan putih tersebut masih termasuk dalam keluarga ayam sehingga bukan termasuk hewan yang dilindungi.

"Dari kita main 2020 itu awal-awal kita punya golden pheasant sama burung merak kita tradingkan. Kita beli, kita jual, dari situ lama kelamaan kok bosen. Karena belum ada hasilnya," terang pemuda yang baru menikah April 2020 tersebut.

Khoerul akhirnya mengembangbiakkan indukan burung merak tersebut.

Usahanya tersebut tidaklah sia-sia. Khoerul mengatakan sepasang indukan merak menghasilkan 50 anakan.

"Dari satu pasangan menghasilkan 50 anakan. Alhamdulillah kita improve lagi untuk menambah jenis merak putih, indukan merah biru juga kita tambah, kemudian golden pheasant juga kita tambah," tutur dia.

Menurut pemuda yang baru lulus kuliah pada 2021, untuk anakan merak usia satu hari harganya mencapai Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta perekor.

"Telurnya saja biasanya sampai Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Tapi tidak saya jual karena menjaga stabilitas harga. Dari situ kita kembangkan terus. Alhamdulillah jadi seperti sekarang ini," ungkap Khoerul.

Berkat kerja kerasnya tersebut, Khoerul bisa membeli sebidang tanah yang kemudian dia dirikan kandang sebagai perluasan bisnis ayam hias, burung merak biru dan burung merah putih tersebut.


Di samping memiliki kadang sendiri, Khoerul juga telah memiliki banyak mitra usaha.

Dalam kemitraan ini, Khoerul membangunkan kandang sampai penyediaan pakan ayam hias tersebut.

Sampai dengan saat ini, Khoerul sudah membudidayakan sebanyak 25 jenis ayam hias, di antaranya ada burung merah putih, burung merak blorok, ringneck pheasant hijau, golden pheasant, yellow pheasant dan american silkie.

"Kalau harga jual untuk jenis pheasant itu paling murah Rp 2,5 juta sepasang, paling mahal ada merah putih sekitar Rp 55 juta untuk sepasang indukan," ucap dia.

Khoerul menyampaikan penjualan ayam hiasnya tersebut hampir di semua wilayah di Indonesia kecuali Papua.

Permintaan masih didominasi dari Pulau Jawa, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Tangerang.

"Untuk pengiriman kita ada garansi selamat sampai tujuan. Ada standar pengiriman untuk daerah Jawa. Packing harus sesuai dengan standar. Merak kita boks khusus merak. Kemudian untuk pheasant ada boks khusus," terang dia.

Dari hasil penjualan ayam hias tersebut, dalam sebulan Khoerul mampu meraup omzet hingga ratusan juta rupiah.

Lebih jauh, Khoerul berencana mengembangkan bisnisnya ayam hias dengan membuka cabang di kota kelahirannya Lampung.

"Jadi ke depannya penginnya fokus di terkank esklusif. Penginnya ternak merak, dan pheasant-pheasant yang esklusif. Dan mau terjun ke burung paruh bengkok," jelas Khoerul.

https://regional.kompas.com/read/2022/02/09/053428778/kisah-khoerul-jebolan-ugm-yang-kembangkan-bisnis-ayam-hias-beromzet-ratusan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke