Salin Artikel

Begini Taktik Kapal Trawl di Bengkulu Mengelabui Petugas dan Nelayan Tradisional

BENGKULU, KOMPAS.com - Para nelayan trawl di Bengkulu punya teknik sendiri untuk mengelabui petugas Pelabuhan Pulau Baai. Bagaimana pola yang dilakukan kapal trawl agar tak terlacak petugas pun diungkapkan sejumlah nelayan tradisional kepada Kompas.com.

Sebelumnya perlu diketahui, kapal trawl merupakan kapal penangkap ikan yang menggunakan alat tangkap trawl atau biasa disebut pukat harimau/pukat hela.

Trawl merupakan jaring berbentuk kerucut yang terbuat dari dua, empat atau lebih panel yang ditarik oleh satu atau dua kapal di dasar atau di tengah laut.

Menurut pengakuan nelayan tradisional, nelayan trawl kerap meninggalkan trawl di tengah laut. Kemudian mereka menandai lokasi ditinggalkannya jaring trawl dengan titik koordinat di GPS.

Tak cuma itu, kapal trawl biasanya sudah membekali diri dengan surat yang menyebutkan alat tangkap mereka adalah jaring.

Akal-akalan ini dilakukan agar mereka bisa keluar melalui pintu Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu, menghindari pantauan petugas.

Modus ini diceritakan sejumlah nelayan tradisional di Bengkulu kepada Kompas.com, salah satunya Ade Sofyan.

"Petugas sering patroli di pintu keluar alur Pulau Baai. Namun kapal trawl luput karena alat trawl mereka ditenggelamkan di laut, lalu mereka ambil lagi dengan mengandalkan titik koordinat GPS," sebut Ade, Senin (31/1/2022).

Fakta ini disampaikan Ade, sekitar satu tahun lalu ketika nelayan tradisional di Bengkulu Utara menangkap satu kapal trawl.

Kala itu, kapal trawl berhasil ditangkap nelayan tradisional setelah sempat terjadi keributan antara nelayan trawl dan tradisional di tengah laut.

Saat kapal dibawa ke darat kapal dilengkapi surat keterangan alat tangkap jaring, tetapi faktanya faktanya ditemukan alat tangkap trawl.

Bersama nelayan tradisional, ABK kapal diserahkan ke polisi dan divonis pengadilan. Sejumlah pelaku trawl diputus 2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Bengkulu pada Februari 2021.

Nelayan di Desa Pasar Seluma, Kabupaten Seluma, Bengkulu juga pernah menangkap trawl di perairan Seluma.

Aksi saling kejar kapal nelayan trawl dan tradisional terjadi di laut. Kapal trawl diamankan warga dan nyaris dibakar massa.

Hingga saat ini menurut sejumlah nelayan, praktik trawl masih terjadi di laut Bengkulu dengan aksi sembunyi-sembunyi dari petugas.

Ade menyebutkan puluhan trawl yang beroperasi di laut Bengkulu setiap hari berdampak merusak terumbu karang, merusak sarang ikan, dan merugikan nelayan tradisional.

Padahal, penggunaan trawl atau pukat harimau telah dilarang oleh pemerintah.

Kades Pasar Seluma, Hertoni, juga mengeluhkan aksi trawl yang merugikan nelayan yang mayoritas warga desanya.

"Trawl memang meresahkan, hampir 90 persen warga saya adalah nelayan tradisional aksi trawl merugikan nelayan kecil dan merusak lingkungan laut," demikian Hertoni.

Sejumlah nelayan Kabupaten Bengkulu Utara, Februari 2022 akan menemui presiden, panglima TNI, Menteri kelautan untuk menyampaikan keluhan terhadap aksi trawl di laut Bengkulu. Nelayan berharap ada satu kapal perang secara rutin melakukan patroli di perairan Bengkulu setiap tahun.

Para nelayan berharap pemerintah daerah dan TNI AL, Polisi, dapat berkolaborasi mengusir trawl dari laut Bengkulu secara konsisten dan terus menerus.

https://regional.kompas.com/read/2022/01/31/092205378/begini-taktik-kapal-trawl-di-bengkulu-mengelabui-petugas-dan-nelayan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke