Salin Artikel

Mari Bantu Egi, Bocah yang Seorang Diri Rawat Ibu Gangguan Jiwa

Di usianya yang masih duduk di bangku SMP, Egi harus membagi waktu antara bersekolah, bekerja, dan menjaga ibunya yang mengalami sakit kejiwaan.

Ibunya yang berinisial MN selalu berbicara sendiri dan mencurigai orang-orang yang datang ke rumah.

Seperti saat ditemui di rumahnya, Jumat (7/1/2022), Egi rupanya baru pulang dari bekerja mengangkat batu bata di rumah tetangga.

"Tadi setelah pulang sekolah, saya ada kerja angkat batu bata di rumah salah satu warga di sini," katanya kepada Kompas.com.

Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Egi

Anda bisa mengirimkan donasi dengan klik di sini

Ayah meninggal, kakak sudah pindah

Sebetulnya Egi memiliki enam orang kakak, tetapi mereka sudah pindah dari rumah tersebut.

Sejak ayahnya meninggal, Egi tinggal bersama seorang kakak, yaitu Linda yang duduk di bangku SMK.

Namun, kini Linda harus tinggal di asrama SMK Tiara Nusa Borong tempatnya bersekolah.

"Sejak kakak saya tinggal di asrama, saya yang urus mama. Saya yang masak, cuci, dan mengerjakan semua pekerjaan di rumah," tutur Egi.

Sekolah Linda berjarak 7 km dari rumah, sehingga tidak bisa ikut membantu adiknya.

Sementara kakak-kakaknya yang lain sudah berkeluarga dan tinggal jauh, ada yang di Malaysia, ada yang di Kalimantan.


Bekerja serabutan

Untuk menambah pendapatan keluarga, Egi harus bekerja serabutan, seperti membantu orang mengangkat batu bata dan membantu membajak sawah.

"Saya kerja itu mulai kelas VI SD. Saya biasa kerja bajak orang punya sawah, tanam padi, dan kerja apa saja yang bisa menghasilkan uang," katanya.

"Dari pekerjaan-pekerjaan itu, saya dapat upah Rp 10.000 hingga Rp 20.000," lanjut Egi.

Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Egi

Anda bisa mengirimkan donasi dengan klik di sini

Uang penghasilannya dipakai untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya.

Kakak-kakaknya masih mengirim uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Kalau uang sekolah dikirim oleh kakak yang kerja di Malaysia. Begitu juga untuk beli beras dan kebutuhan lainnya di rumah. Kadang uang yang kakak kirim itu tidak cukup untuk penuhi kebutuhan kami," ujarnya, sambil menambahkan bahwa hingga saat ini, ia dan Linda belum mendapat bantuan Program Indonesia Pintar (PIP).

Tak tega

Kakak Egi, Linda yang tinggal di asrama SMK, masih bisa pulang saat libur.

Linda yang kebetulan sedang berada di rumahnya menceritakan, dirinya tidak bisa membantu adiknya setiap hari.

"Saya sebenarnya tidak tega untuk tinggal jauh dari mereka, tetapi mau bagaimana lagi. Saya tidak bisa jalan tujuh kilometer pergi pulang sekolah," katanya.

Selama ibunya sakit, baru sekali petugas kesehatan datang berkunjung dan memberikan obat.

"Sekitar dua bulan lalu petugas kesehatan datang antar obat. Mama tidak mau minum itu obat. Sampai saat ini, mereka tidak pernah datang lagi," kata Egi.

Egi dan Linda berharap agar petugas kesehatan dan pemerintah memperhatikan kondisi ibu mereka.

"Kami ingin mama sehat seperti dulu," harapnya.


Butuh bantuan

Kondisi MN yang sakit memang membutuhkan pertolongan, terutama masalah kesehatan.

Saat ini baru ada sekelompok orang dari Kelompok Kasih Insanis Peduli Sehat Jiwa Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Manggarai Timur, serta sejumlah warga sekitar yang peduli dengan keluarga itu.

Warga pun mengaku ingin membantu, tetapi kesulitan karena kondisi MN yang selalu menaruh curiga.

"Kami di sini memang kasihan dengan kondisi Ibu MN. Tetapi, kami tidak bisa membantu karena dia selalu curiga dan bahkan memaki orang yang datang ke rumahnya," kata salah seorang warga Jengok.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Manggarai, Markus Makur | Editor: Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2022/01/14/055732378/mari-bantu-egi-bocah-yang-seorang-diri-rawat-ibu-gangguan-jiwa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke