Salin Artikel

Istana Pagaruyung dan Naskah Naning

Istano Basa Pagaruyuang

Istana Pagaruyung semula berada di Bukit Batu Patah tetapi terbakar pada masa Perang Padri tahun 1804. Sebuah istana baru sempat dibangun kembali, tetapi terbakar kembali tahun 1966.

Istana baru dibangun lagi tahun 1976 meski gagasan pembangunan kembali Istana Pagaruyung sudah dicetuskan tahun 1968 oleh Gubernur Sumatra Barat, Harun Zain, berdasarkan kesepakatan bahwa replika Istana Pagaruyung dipindah ke arah lebih selatan dari situs aslinya.

Namun tahun 2007 atap Istana Pagaruyung disambar petir sehingga seluruh bangunan istana kembali terbakar habis. Istana Pagaruyung yang asli dibangun seluruhnya dengan batang-batang kayu sementara replika masa kini diperkokoh dengan struktur beton modern.

Meski demikian, Istano Basa Pagaruyuang tetap dibangun dengan mempertahankan teknik tradisional bangunan sangat menakjubkan dengan material kayu yang dihias dengan 60 ukiran yang menjelaskan filsafat kebudayaan Minangkabau.

Istana Pagaruyung memiliki tiga lantai dengan 72 tiang dan gonjong sebagaimana pada umumnya Rumah Gadang yang dilengkungkan serupa tanduk dari 26 ton serat ijuk.

Istana itu juga dilengkapi dengan lebih dari 100 replika mebel dan artefak antik Minang.

Pembangunan Istano Basa Pagaruyuang yang terbaru memakan waktu enam tahun dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013 sebagai destinasi budaya wisata terkemuka Sumatera Barat masa kini.

Naskah Naning

Pada abad ke 14 ada warga Minang hijrah dari Pagaruyung ke kawasan hulu Malaka untuk mendirikan sembilan negeri baru yang disebut sebagai Nagari Nan Sambilan.

Naning merupakan satu di antara sembilan negeri rantau Minangkabau di semenanjung Malaka. Interaksi sosio-kultural para perantau Minang dengan masyarakat pribumi Malaka mewujudkan asimilasi kebudayaan yang melahirkan sebuah kesukuan baru yaitu Biduanda.

Naning merupakan sebuah negeri yang mengamalkan sistem adat perpatih dan mengutamakan konsep matrilineal dalam kehidupan sosial mereka. Sebuah naskah lama yang ditemui di Alor Gajah milik seorang tokoh pemimpin adat Perpatih Naning yaitu Encik Muhammad Nazri Deris sebagai pusaka keluarga yang diwariskan secara turun-temurun oleh moyangnya yaitu Khatib Zainudin.

Naskah Naning bertulisan tangan di atas kertas dengan menggunakan aksara jawa kuno setebal 37 halaman. Halaman pertama mengandung enam baris ayat yang disertakan dengan cap kebesaran Sultan Seri Maharaja Diraja ibni Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah bertarikh 1193H (1779M).

Naskah Naning berkisah tentang pembentukan kerajaan-kerajaan Melayu lama di kawasan Sumatera Barat. Diawali kisah Nabi Adam dan Hawa diusir dari taman Firdaus lalu mengembangkan populasi umat manusia.

Selain itu, kisah para nabi turut diceritakan seperti Nabi Syith, Nuh, Ibrahim, Ismail, Syuib, dan Yaakob. Naskah Naning juga berkisah tentang Iskandar Zulkarnain membangun tembok menghalang musuh serta kisah penobatan Maharaja Diraja putra Iskandar Zulkarnain menjadi raja di Pulau Percha (Sumatra).

Naskah Naning juga berkisah tentang Datuk Ketemenggungan, Datuk Perpatih Nan Sebatang, dan para tokoh bangsawan Minangkabau yang lain.

https://regional.kompas.com/read/2021/12/27/160000578/istana-pagaruyung-dan-naskah-naning

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke