Salin Artikel

Aceh, 17 Tahun Pasca-bencana Tsunami yang Tak Terlupakan

BANDA ACEH, KOMPAS.com – Hari ini, 26 Desember 2021, tepat 17 tahun Aceh bangkit dari keterpurukan akibat bencana gempa dan tsunami yang terjadi pada 2004 lalu.

Meski masih dalam kondisi pandemi Covid-19, tidak sedikit wisatawan domestik berkunjung ke situs-situs tsunami di Banda Aceh, satu di antaranya adalah Museum Kapal di Atas Rumah.

Kapal yang nyangkut di atas rumah itu menjadi saksi dahsyatnya tsunami kala itu.

Sambil menjajakan dagangannya, Fauziah (53) mengenang saat dirinya dan putrinya yang saat itu berumur lima bulan terbawa arus gelombang. Keduanya selamat setelah terdampar di atas rumah warga dengan sebuah perahu.

"Saat itu memang mengerikan. Saya berpikir ini adalah kiamat, tapi hingga sore hari saya menyadari saya masih hidup. Allah masih menolong saya. Di sekeliling saya begitu banyak mayat dan kemudian saya memeluk erat bayi saya dan alhamdulillah bayi saya masih selamat,” kenang Fauziah saat berbincang dengan Kompas.com di komplek Museum Kapal di Atas Rumah, Sabtu (25/12/2021).

Bundiyah (72) mengisahkan hal yang sama. Bundiyah alias Mak Kolak merupakan pemilik rumah yang sebagian hancur dihantam kapal nelayan yang kini masih bertengger di atas sisa bangunan rumahnya.

"59 orang kami selamat di atas kapal itu dan di sekeliling kapal saya melihat banyak orang meninggal dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Saya tidak berpikir air laut naik, dalam pikiran saya tanah pecah dan saya masuk dan jatuh ke dalam tanah, tapi ternyata air laut naik,” katanya.

Seorang pengunjung asal Tanjung Balai, Suamtera Utara, Andriana (40) tak kuasa meneteskan air matanya mendengar kisah dari Fauziah itu.

“Kuasa Tuhan begitu luas, bayangkan di atas rumah ini, perhau itu menyelamatkan puluhan orang, hanya melihat monumen ini saja, saya tak sanggup membayangkan bagaimana kejadian yang sebenarnya,” katanya.

Andriana yang ditemani keluarganya mengaku sengaja datang ke Aceh untuk menyaksikan sisa tsunami yang terjadi pada 17 tahun lalu.

“Awalnya memang kita mau liburan, tapi sekalian ingin menyaksikan beberapa agenda peringatan bencana tsunami. Saya rasa ini penting bagi kami, agar bisa menarik pelajaran bahwa kita memang harus bersahabat dengan lingkungan kita dan mempelajari tanda-tanda bahaya jika bencana itu tiba,” jelasnya.

Aceh dalam bingkai kamera 

Kedahsyatan bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 17 tahun lalu tidak hanya bisa disaksikan melalui Museum Kapal di Atas Rumah. Melainkan, juga bisa disaksikan dari puluhan foto yang dipamerkan para jurnalis yang tergabung dalam Pewarta Foto Indonesia (PFI) di lokasi tersebut.

Pengurus Pewarta Foto Indonesia (PFI) Cabang Aceh, Eko mengatakan, mereka sengaja memamerkan 71 foto sebagai perjalanan saat Aceh ditimpa bencana tsunami sampai saat ini ketika menghadapi pandemi.

“Tidak semua foto bercerita tentang gempa dan tsunami, tapi juga perkembangan Aceh pasca-bencana, hingga rekaman-rekaman Aceh bergumul dengan pandemi,” kata EKo.

Pameran foto ini digelar sebagai peringatan atas bencana gempa dan tsunami Aceh. Pameran itu berlangsung mulai Sabtu (25/12/2021) sampai hari ini, Minggu (26/12/2021).

“17 tahun Aceh pasca-becana dan saat ini masih dalam kondisi pandemi, belajar dan terus siaga bencana itu penting. Kenangan 17 tahun lalu memberi kita ingatan bahwa memahami sesuatu dengan benar itu adalah hal yang penting dilakukan dan diteruskan kepada generasi saat ini dan yang akan datang,” jelas Eko.

Selain menggelar pameran foto, mereka juga menggelar doa bersama untuk mengenang para jurnalis yang menjadi korban bencana tersebut.

"Ada 27 jurnalis yang meninggal dan hilang dalam bencana tersebut," Zuhri Noviandi, pemandu kegiatan doa bersama.

https://regional.kompas.com/read/2021/12/26/114632478/aceh-17-tahun-pasca-bencana-tsunami-yang-tak-terlupakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke