Salin Artikel

Pilu di Kaki Gunung Semeru

Dua orang tersebut ialah ibu dan anaknya, Salamah (70) dan Rumini (28).

Mereka merupakan warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.

Rumini rela menemani ibunya, Salamah, hingga di detik-detik terakhir hidupnya.

Sebab, Salamah tidak sanggup lagi berjalan dan menyelamatkan diri saat Gunung Semeru meletus.

Adik ipar Salamah, Legiman, mengemukakan, sore itu situasi sangat mencekam.

Semua orang berlarian ke luar rumah ketika Semeru mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG).

Namun, Rumini memilih membersamai ibunya yang tak sanggup berjalan.

"Tadi pagi saya cari adik ipar sama ponakan. Pas bongkar rontokan tembok dapur terus tangannya (Rumini dan Salamah) kelihatan," ujar dia, seperti dilansir Tribunnews.

Jenazah keduanya kemudian dievakuasi dan dimakamkan.

Tak hanya Rumini dan Salamah, hingga Minggu (5/12/2021), BNPB mencatat jumlah korban jiwa bertambah menjadi 14 orang.

Suasana mencekam terjadi ketika Gunung Semeru mengeluarkan awan panas.

Sabtu (4/12/2021) sekitar pukul 15.00 WIB, Mustaqim (35) sedang beraktivitas seperti biasa.

Tiba-tiba, awan panas terlihat bergulung-gulung dari arah gunung berketinggian 3.767 mdpl itu.

Seketika, dia disergap rasa panik lantaran menyadari guguran tersebut mengarah ke perkampungannya di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), jarak luncur guguran awan panas Gunung Semeru mencapai 11 kilometer.

"Kalau tidak lari, bisa mati," kata Mustaqim.

Menurutnya, dampak aliran awan panas mengakibatkan kerusakan sejumlah rumah warga.

"Makanya lari, yang penting orangnya selamat," ujar Mustaqim.

Namun, dalam peristiwa itu dua ekor ternak Mustaqim mati.

Ditambah lagi lampu padam dan turun hujan.

"Awalnya biasa. Akhirnya datang abu. Orang-orang langsung lari masuk ke rumah. Kondisinya gelap akibat datang abu," ujar Umi Kulsum.

Debu bertebaran bahkan hingga memasuki rumah. Kondisi itu membuat warga mengalami sesak napas.

"Sesak napas soalnya debunya masuk rumah," ujar dia.

Sejumlah rumah warga rusak akibat terdampak awan panas.

Salah satunya adalah milik Mariyam (45).

Tempat tinggalnya di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, rusak akibat abu vulkanik.

"Rumah rusak masih banyak abu, tidak bisa ditempati," kata dia di lokasi pengungsian.

Ratusan warga menggunakan sejumlah tempat, seperti gedung sekolah, balai desa, dan masjid sebagai lokasi pengungsian.

Hanya berbekal barang seadanya dan selimut, Maryam memilih mengungsi.

"Saya ke sini (pengungsian) bawa selimut," katanya, Minggu (5/12/2021).

Maryam pun memilih bertahan bersama ratusan warga lainnya karena masih merasa ketakutan.

"Masih takut mau ke sana (pulang). Katanya lumpurnya masih turun," kata dia.

"Masih ada sembilan jiwa yang masih dalam upaya pendataan status korban, apakah hilang atau meninggal," kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam jumpa pers, Minggu (4/12/2021) sore.

BNPB juga mencatat, ada 14 korban meninggal dunia.

Sedangkan jumlah korban luka mencapai 56 orang. Perinciannya, 35 orang mengalami luka berat dan 21 orang luka ringan.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor: Abba Gabrilin)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pilu, Rumini Pilih Temani Bunda Saat Diterjang Erupsi Gunung Semeru, Keduanya Ditemukan Berpelukan,

https://regional.kompas.com/read/2021/12/06/050950578/pilu-di-kaki-gunung-semeru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke