Salin Artikel

Sosok Dukun Pengganda Uang yang Racun 4 Orang di Mata Tetangganya

IS yang dikenal baik dan rajin beribadah itu ditangkap polisi lantaran diduga telah menghabisi nyawa empat korban dengan cara diracun apotas.

Di desanya, IS dikenal sebagai dukun atau "orang pintar" yang konon bisa mengobati orang sakit.

"Kejadian ini di luar dugaan, hampir semua masyarakat tidak tahu. Sampai dia punya kegiatan yang memakan korban, dengan penggandaan uang," ujar Kepala Desa Sutopati, Slamet Nur Sidi, kepada wartawan di kantornya, Selasa (23/11/2021).

Menurut Slamet, sehari-hari IS memiliki kagiatan yang wajar layaknya warga desa umumnya, yakni ke ladang dan sawah mencari rumput.

Bahkan, di lingkungannya, IS dikenal rajin mengikuti kegiatan keagamaan di masjid dan mengisi khotbah Jumat.

"Warga itu hampir tidak percaya, orang itu kok sampai tega melakukan hal sejahat itu. Korban lebih dari 1 orang. Semoga ngga ada korban yang lain," tandas Slamet.

Menurut Slamet, IS memang membuka praktik pengobatan alternatif.

Setiap hari rumah IS tidak pernah sepi, selalu ada tamu atau pasien yang ingin berobat atau minta didoakan.

Namun Slamet kurang mengetahui jika IS juga bisa "menggandakan" uang. 

"Hanya sebatas sering dimintai (tolong) pengobatan alternatif, semacam mungkin ada anak yang meriang, sakit perut dan sebagainya, setahu saya begitu," ungkap Slamet.

Kendati demikian, warga merasa lega karena kasus ini bisa terungkap sehingga diharapkan tidak ada korban-korban selanjutnya.

Pihaknya pun mengapresiasi jajaran Polres Magelang yang telah bekerja keras mengungkap kasus ini. 

Sejauh ini, situasi di Desa Sutopati masih kondusif pasca-kasus ini terungkap.

Menurut Slamet, hal itu karena peristiwa pembunuhan, khususnya korban Mu'arif yang rumahnya Desa Sutopati, terjadi sudah lama.

"Mungkin karena kejadian sudah setahun lalu, jadi kan paling tidak sudah ada jeda (waktu). Mungkin kalau itu bareng-bareng emosinya bisa meluap, dendam atau gimana," imbuh Slamet.


Dikatakan Slamet, IS memiliki seorang istri dan empat anak.

Di rumah ia tinggal bersama istri, seorang anak dan menantu. Pihaknya belum berkomunikasi dengan istri maupun pihak keluarga tersangka yang kini sudah ditahan di mapolres Magelang itu.

"Saya sempat menyambangi rumahnya, tapi ngga masuk, ngga sempat nanya. Istrinya terlihat merasa ngga nyaman kalau saya datang. Pintunya ditutup lagi, ya udah saya terus balik," papar Slamet.

Namun, Kepala Dusun setempat sudah berkomunikasi dengan pihak keluarga tersangka dan menyerahkan kasus ini kepada pihak berwajib.

Diberitakan sebelumnya, masyarakat digemparkan dengan dugaan kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh IS, seorang dukun pengganda uang asal Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Polisi mengungkap ada empat korban yang meregang nyawa di tangan sang dukun.

Keempat korban tewas setelah minum air yang diduga sudah dicampur racun apotas mengandung sianida oleh tersangka.

Air tersebut konon sebagai syarat agar uang para korban tidak habis dibelanjakan atau berlipat ganda.

Kapolres Magelang AKBP Mochamad Sajarod Zakun mengungkapkan, kepada para korban, IS mengaku air itu diambil dari sumber mata air Sijago di lereng Gunung Sumbing.

Air tersebut sudah didoakan dan harus diminum korban tanpa diketahui oleh orang lain. 

"Untuk motif dan modus yang dilakukan oleh tersangka adalah sama yakni ingin menguasai uang milik korban," ungkap Sajarod, dalam keterangan pers Senin (22/11/2021).

Sejauh ini polisi menjerat tersangka dengan Pasal 340 KUHP tentang tindak pidana pembunuhan berencana atau Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Polisi mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan bujuk rayu orang yang mengaku bisa menggandakan uang.

Apabila menemukan kejanggalan atau hal-hal serupa, masyarakat diminta untuk segera melapor ke polisi.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/23/183331678/sosok-dukun-pengganda-uang-yang-racun-4-orang-di-mata-tetangganya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke