Salin Artikel

Sudah 2 Pekan, Banjir di Sintang Tak Kunjung Surut…

KOMPAS.com - Sudah dua pekan ini Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), terendam banjir.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebutkan, banjir bermula saat hujan intensitas tinggi mengguyur Sintang pada 21 Oktober 2021 sekitar pukul 10.00 WIB.

Banjir di Sintang ini merendam 12 kecamatan.

Sejumlah 12 kecamatan itu yakni Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Binjai Hulu, Kecamatan Sintang, Kecamatan Sepauk, Kecamatan Tempunak.

Lalu, Kecamatan Ketungau Hilir, Kecamatan Dedai, Kecamatan Serawai, Kecamatan Ambalau, Kecamatan Sei Tebelian, dan Kecamatan Kelam Permai.

Ada 21.000 unit rumah, sarana tempat ibadah, dan lima jembatan yang terendam.

"Menurut laporan BPBD setempat, saat ini kondisi di jalan lintas provinsi - kabupaten masih tidak bisa dilewati untuk kendaraan disebabkan ruas jalan masih digenangi banjir," beber Abdul.

Adapun tinggi muka air berkisar antara satu hingga tiga meter.

Dua orang meninggal

Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB, dua orang meninggal dunia dan 87.496 jiwa terdampak banjir.

"Satu orang yang meninggal dunia ditemukan di Kecamatan Tempunak dan satu lainnya di Kecamatan Binjai, Kabupaten Sintang, Kalbar," jelas Abdul dalam keterangan tertulis, Minggu (7/11/2021).

Abdul menyampaikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang masih berupaya melakukan pendataan di lapangan mengenai korban meninggal dunia maupun luka-luka.

BPBD Kabupaten Sintang bersama tim gabungan telah mendirikan pos pengungsian dan melakukan pendistribusian bantuan makanan.

"Pos komando yang telah dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang juga mengoperasikan dapur umum maupun pos kesehatan," jelasnya.

Abdul menyebutkan, banjir di Sintang yang telah berlangsung selama dua pekan justru kembali mengalami kenaikan muka air.

"Banjir dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi sehingga debit air Sungai Kapuas dan Sungai Melawi meluap," ungkapnya.

Terkait banjir ini, Pemerintah Kabupaten Sintang telah menetapkan status tanggap darurat banjir, yang berlaku mulai 19 Oktober hingga 16 November 2021.

"Hasil kajian, Kabupaten Sintang memiliki potensi risiko banjir sedang hingga tinggi. Kejadian banjir ini merupakan fenomena berulang apabila tidak ditindaklanjuti dengan pengelolaan risiko secara baik," kata Abdul.

Kondisi warga

Sejumlah warga yang terdampak banjir di Sintang ini mulai terserang penyakit.

Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Koordinator PSC 119 Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang Azni Firmania mengatakan, penyakit yang menyerang warga antara lain diare maag, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan penyakit kulit (scabies).

"Hampir rata-rata di posko pengungsian itu banyak ditemukan scabies, maag, hipeternesi, kolestrol tinggi, dan diare. Paling banyak ISPA dan scabies. Maka dari itu kita tetap menyiapkan obat dari TRC puskemas maupun Dinkes Sintang, khusunya PSC 199. Untuk obat, insyaallah siap," ujarnya, dilansir dari TribunSintang.com, Minggu (7/11/2021).

Banjir juga berdampak pada pembelajaran tatap muka (PTM). Pelaksana Harian (Plh) Bupati Sintang Yosepha Hasnah kembali meliburkan PTM terbatas.

Aktivitas PTM diliburkan sejak 5 November hingga 13 November 2021.

“Bagi sekolah dan sekitarnya yang akses transportasi warga sekolah tergenang air/terganggu, terhitung mulai tanggal 5 November 2021 sampai dengan 13 November 2021 proses pembelajaran sekolah diliburkan,” ucapnya, dikutip dari TribunSintang.com, Jumat (5/11/2021).

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Pontianak, Hendra Cipta | Editor: Pythag Kurniati), TribunSintang.com

https://regional.kompas.com/read/2021/11/08/103008478/sudah-2-pekan-banjir-di-sintang-tak-kunjung-surut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke