Salin Artikel

Perjuangan Siswa di Sikka, Setiap Hari Seberangi Sungai Menuju Sekolah, Terpaksa Libur Saat Banjir

Seperti yang dialami siswa-siswi dari Susun Wailoke Desa Wailamun dan Kampung Wairbou Desa Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka.

Mereka harus menyeberangi sungai demi mencapai sekolah. Saat musim hujan, ketinggian air kali itu selalu meningkat bahkan banjir.

Sehingga, anak-anak dari dua desa pun terpaksa meliburkan diri.

Salah seorang guru SDI Blawuk, Desa Nebe, Marselina Yulianti, mengatakan, anak-anak sekolah dari Dusun Wailoke Desa Wailamun dan Kampung Wairbou Desa Nebe sering tidak masuk sekolah saat air kali itu banjir.

“Mereka sering terlambat masuk sekolah, bahkan tidak masuk saat musim hujan karena ketinggian air di Sungai Nangagete meningkat, bahkan banjir,” ujar Marselina kepada awak media, Jumat (5/11/2021).

Ia melanjutkan, di kala musim hujan, anak-anak dari dua kampung itu harus berjalan kaki atau naik sepeda motor melewati jalan provinsi dan menempuh tiga kilometer.

Kondisi itulah yang menyebabkan anak-anak sekolah dari kedua kampung tersebut sering terlambat masuk ke sekolah.

"Kalau orangtuanya mau antar maka anak-anak ke sekolah, tapi kalau tidak, maka mereka tidak masuk sekolah atau meliburkan diri," ungkap dia.

Pihaknya, kata dia, tidak memberikan sanksi dan memaklumi karena memang itu kondisi alam.

"Jumlah siswa dari kedua wilayah ini sekitar 20 orang yang bersekolah di tempat kami,” ujarnya.


Berharap ada jembatan gantung

Kepala Sekolah SD Inpres Blawuk, Desa Nebe, Martinus Roi da Cunha, berharap kondisi itu mendapat perhatian dari pemerintah dengan membangun jembatan gantung.

Jembatan gantung, kata dia, penting agar anak-anak bisa berangkat ke sekolah dengan nyaman tanpa harus menyeberangi kali.

Sebab, hal itu membuat anak-anak berpotensi terjatuh dan terbawa arus sungai.

“Adanya jembatan gantung membuat warga di dua kampung ini bisa lebih mudah beraktivitas karena mereka setiap hari hari ke Dusun Blawuk. Anak-anak sekolah baik di SD maupun SMP dan SMA yang tinggal di dua kampung ini bisa bersekolah seperti biasa,” ujarnya.

Sementara itu, Petrus Arivanto Nathan, siswa kelas 7 SMPN1 Talibura, mengaku, selama musim hujan, Kali Nangagete selalu banjir.

Dirinya bersama teman-temannya pun terpaksa tidak ke sekolah.

Petrus mengaku, setiap pagi semua anak sekolah dari SD, SMP, dan SMA dari Kampung Wairbou dan Dusun Waioloke harus berjalan kaki dari rumah dan menyeberangi kali.

“Kami tidak pakai sepatu dari rumah dan setelah menyeberangi kali baru pakai sepatu. Kalau air kali tinggi, kami harus pakai celana lain nanti baru seberang kali ganti seragam sekolah,” tuturnya.

Ia berharap pemerintah bisa membangun jembatan di Kali Nangagete itu untuk memudahkan mereka berangkat ke sekolah.

"Bapak Presiden, Bapak Gubernur, Bapak Bupati, tolong bangun jembatan di Kali Nangagete ini. Kalau bisa bangun jembatan gantung saja supaya kami bisa lewat saat hujan," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/11/05/110822578/perjuangan-siswa-di-sikka-setiap-hari-seberangi-sungai-menuju-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke