Salin Artikel

Cerita Pilu Suprihatin, TKW yang Meninggal di Taiwan, Jenazah Belum Dipulangkan karena Pandemi dan Masalah Asuransi

Namun setelah 1, 5 bulan berlalu, jenazah Suprihatin belum dipulangkan ke Tanah Air karena masih menunggu jadwal penerbangan pesawat kargo.

Tak hanya itu, penyebab lain yang membuat jenazah Suprihatin belum dipulangkan ke Indonesia diduga karena tidak adanya asuransi yang menutup biaya perawatan kesehatan dan pemulangan jenazah.

Suami dan dua anaknya tinggal di Blitar

Suprihatin adalah perempuan asal Ponorogo, Jawa Timur. Namun sang suami, Sumanto serta dua anaknya tinggal di Desa Babadan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar.

Suprihatin menjadi pekerja migran pembantu rumah tangga di Taiwan sejak tahun 2018 

Dari pernikahannya, Suprihatin memiliki dua anak. Si sulung adalah seorang laki-laki yang duduk di kelas II SMP dan si bungsu masih duduk di bangku kelas 1 SMP.

Saat sang ibu pergi ke Taiwan, si bungsu masih duduk dai bangku kelas V SD.

Kepada Kompas.com, Sumanto bercerita ia mendapatkan kabar kematian istrinya pertama kali dari agensi tenaga kerja Indonesia yang memberangkatkan Suprihatin ke Taiwan.

"Walaupun istri saya itu asal Ponorogo, kami akan menguburkan jenazahnya di Blitar, di rumah kami," kata Sumanto melalui telepon kepada Kompas.com, Rabu (3/11/2021).

Ia mengaku sudah ikhlas dan bisa menerima kepergian sang istri. Namun ia merasa sedih saat melihat dua anaknya yang masih belum bisa menerima kepergian sang ibu.

"Apalagi yang perempuan yang nomor dua itu, sering setiap tengah malam terbangun lalu menangis teringat ibunya," kata Sumanto.

Karena kesehatannya terus menurun, ia pun meminta istrinya keluar dari pekerjaannya dan mengurus kepulangannya ke Tanah Air.

Suprihatin pun setuju. Selain sering kelelalahan, Suprihatin juga mengaku jarang mendapatkan curi kerja seperti rekan-rekannya lain yang bekerja di Taiwan.

Dari hasil pemeriksaan, Suprihatin mengalami gangguan tekanan darah dan jantung. Penyakit tersebut ia rasakan setelah bekerja di Taiwan.

Keluar dari pekerjaan, tak punya asuransi

Karena kesehatannya terus menurun, Suprihatin pun keluar dari pekerjaannya dan berada di bawah tanggung jawab agensi.

Ia kemudian jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia.

Sumanto mengatakan informasi yang ia terima dari agensi meyebutkan jika jenazah Suprihatin belum bisa dipulangkan karena masih pandemi.

Namun penyebab lainnya adalah karena tak ada asuransi yang menutupi biaya perawatan kesehatan dan pemulangan jenazah.

"Karena sudah keluar dari majikan jadi katanya gak ada asuransinya. Enggak tahu, tapi katanya begitu," ujar Sumanto.

Namun saat dikonfirmasi Kompas.com pada Senin (1/11/2021), Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Blitar Mujianto mengatakan jenazah Suprihatin belum dapat dipulangkan ke Blitar karena masih menunggu jadwal penerbangan pesawat kargo.

Dia tidak menyebutkan adanya masalah lain dan juga kapan Suprihatin meninggal dunia.

Sumanto menuturkan, dirinya pernah diminta mengisi formulir yang intinya berisi permohonan bantuan dana ke pihak perwakilan pemerintah Indonesia yang ada di Taiwan.

Formulir itu sudah dia isi dan serahkan ke agensi.

"Saya juga tidak tahu pasti apakah gaji istri saya sudah dibayarkan semua tapi yang paling penting jenazahnya dapat segera kami kuburkan disini," ujar Sumanto.

Sumanto berharap, kedua anaknya perlahan akan menerima kehilangan sang ibu jika jenazah Suprihatin telah dipulangkan dan dikuburkan di desa mereka.

"Baru kemarin saya dapat telepon dari agen lagi, katanya jenazah istri saya sudah siap diberangkatkan, tapi tinggal menunggu surat dari KJRI. Tapi enggak tahu," ujarnya.

5.000 warga Blitar jadi pekerja migran

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Blitar Mujianto mengatakan dalam kurun waktu 10 bulan, hingga Oktober 2021 ada 43 pemulangan buruh migran asal Kabupaten Blitar karena beragam sebab.

Dari 43 pemulangan, 11 di antaranya karena meninggal dunia di negara tempat mereka bekerja.

Di antara 11 kasus kematian itu ada satu kasus jenazah TKI atas nama Suprihatin yang belum dapat dikirim ke Indonesia.

Kabupaten Blitar adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang menjadi pemasok pekerja migran setelah Ponorogo dan Banyuwangi.

Sebelum pandemi, setidaknya ada 5.000 warga Blitar yang berangkat ke luar negeri untuk bekerja.

Namun lembaga pemantau isu buruh migran seperti Migrant Care menyebutkan, jumlah itu bisa dua kali lipat dari angka resmi.

Mayoritas dari TKI adalah kaum perempuan yang bekerja di sektor informal yaitu sebagai pembantu rumah tangga.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2021/11/03/172000178/cerita-pilu-suprihatin-tkw-yang-meninggal-di-taiwan-jenazah-belum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke