Salin Artikel

Kisah Kakak Adik di Karawang yang Hidup dengan Kelumpuhan

Di sampingnya ada wadah dengan sedotan untuk minum, sedangkan Neneng Patimah (40) sedang dalam posisi duduk.

Ia sedang meminum air menggunakan sedotan dari botol kemasan berukuran 1,5 liter.

Neneng tersenyum saat Kompas.com datang mengunjungi rumahnya.

Ikhsan dan Neneng merupakan warga Dusun Kalen Jaya, RT 002, RW 004, Desa Kertamukti, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Kakak adik itu tak bisa melakukan aktivitas seperti orang pada umumnya.

Tubuhnya kurus kering. Tulang-tulangnya tampak jelas.

"Kata dokter, polio," ujar Siti Khodijahjayanti (32), saudara ipar Neneng dan Ikhsan, saat ditemui Kompas.com.

Siti berujar, kedua saudara iparnya itu menderita kelumpuhan sejak duduk di kelas 3 sekolah dasar (SD).

Namun, ia tidak tahu persis kronologinya.

"Dulu, Ikhsan bisa jalan meskipun begitu. Teteh (Neneng) juga dulu gemuk. Sekarang katanya semakin lemas," ujar Siti.

Neneng dan Ikhsan awalnya tinggal bersama Ayahnya.

Namun, sekitar sembilan hari lalu, sang Ayah meninggal dunia.

Saat ini, Siti dan suaminya memutuskan menyatukan rumahnya dengan rumah semipermanen yang ditinggali Neneng dan Ikhsan.

"Dijebol biar kepantau, biar kelihatan," ujar Siti.


Kini, Siti yang merawat Ikhsan dan Neneng.

Segalanya dilakukan Siti, mulai dari menyuapi, memandikan, hingga membersihkan ketika buang air.

Khusus untuk Neneng, menurut Siti, sudah menggunakan popok.

"Saya yang rawat. Sebelum Bapak meninggal juga sering sama saya," ungkap Siti.

Keduanya sempat mau dibawa berobat ke rumah sakit di Bandung.

Administrasi sudah diurus. Namun, karena tidak ada yang mendampingi berobat, akhirnya diputuskan untuk berobat di fasilitas kesehatan terdekat.

Perangkat Desa Kerta Mukti, Sandi, menyebutkan, ia dan pihak desa hanya membantu sebisanya.

Misalnya mengurus administrasi hingga mengambilkan bantuan pangan non-tunai (BPNT).

"Kalau ada bantuan, saya yang mengambilkan, saya antar ke rumah. Saat mengurus KTP, kami antar menggunakan mobil desa, saya yang menggendong," kata Sandi.

"Kami harap ada bantuan secukupnya," ujar dia.

Keterbatasan fisik membuat Neneng dan Ikhsan bergantung pada popok dan underpad (alas kasur), juga kebutuhan lain seperti tisu basah, tisu kering, karbol, detergen, dan sabun mandi.

"Kalau kebutuhan makanan seperti sarden dan mi instan," ungkap Siti.

Siti menyebutkan, Neneng dan Ikhsan adalah empat bersaudara, termasuk suaminya.

Saat ini, suami Siti bekerja sebagai operator crane atau mesin derek di Jakarta dan pulang satu minggu sekali.

Sedangkan Siti membuka warung kecil-kecilan di rumah.

Kini, sembari merawat dua anaknya yang masih kecil, dengan kesabaran, Siti juga merawat Neneng dan Ikhsan.

"Penghasilan warung saya tergantung ramai atau sepinya. Untungnya enggak seberapa. Buat makan saja sudah bersyukur," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/21/154328578/kisah-kakak-adik-di-karawang-yang-hidup-dengan-kelumpuhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke