Salin Artikel

Kisah Mantan Narapidana Perintis Kampung Singkong, Punya 100 Karyawan

Dia yang terjerat kasus narkoba dan menjalani hukuman di Rutan Surakarta, bertekad untuk meninggalkan barang haram tersebut dan fokus untuk bekerja demi keluarga.

Di tempat tinggalnya, lingkungan Nganglik, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah, ada pembuat makanan berbahan dasar singkong yang cukup ternama.

"Namanya gethuk kethek. Tapi kemudian saya berpikir jika hanya meniru maka akan kalah bersaing. Lalu saya mencoba membuat singkong keju," jelasnya, Selasa (13/10/2021) saat mendampingi kunjungan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Produknya tersebut diberi merek D-9.

"Di Rutan Surakarta, D itu nama blok untuk tahanan narkoba, sedangkan 9 itu nomor kamar saya, jadi saya beri merek D-9 agar menjadi pengingat saya untuk hijrah menjadi manusia yang lebih baik," kata Hardadi.

Seiring berjalannya waktu, produk D-19 digemari masyarakat.

Pemasaran saat ini telah menembus kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya.

Sementara untuk luar negeri, dia mengirim ke Jepang. Dia pun terus berinovasi membuat penganan berbahan singkong.

"Kalau yang bikinan saya sendiri, ada belasan jenis ya. Alhamdulillah semua laku dan digemari. Jumlah karyawan ada sekitar 100 orang," ujarnya.

Dalam sehari, setidaknya dia membutuhkan bahan baku enam ton singkong.

"Saya mengambilnya dari petani di Wonosobo. Modelnya dengan pinjaman lunak dan sewa lahan, pemberdayaan ya," kata Hardadi.


Setelah usahanya mapan, dia mulai menggagas Kampung Singkong sejak 2018.

"Banyak yang membuat usaha olahan singkong juga, karenanya itu cita-cita saya Nganglik menjadi Kampung Singkong," ungkapnya.

Kampung Singkong, lanjutnya, bertujuan mengangkat perekonomian warga.

"Kita tidak ada saingan, yang ada adalah beradu inovasi. Kalau ada produk baru, maka harus inovasi dengan persaingan sehat agar terus berkembang," jelas Hardadi.

Keberadaan Kampung Singkong ini diapresiasi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Dia mengungkapkan, orang-orang tahunya ungkapan 'anak singkong' yang berarti anak yang tak dianggap.

Namun di Salatiga, olahan singkong mampu meningkatkan kesejahteraan warga satu kampung.

"Ternyata singkong bisa dibuat apa saja, dari akar sampai daun diolah dari kue gethuk sampai es krim. Dan ini tidak hanya sekadar makan dan kenyang, tapi juga ada hitungan nutrisi sehingga sehat," kata Syahrul.

Agar menembus pasar dunia, kata Syahrul, perlu promosi yang gencar.

Dia juga tak segan akan mengajak beberapa trainer dari Kampung Singkong ke Jakarta.


Tujuannya, membuat dan melatih produksi olahan singkong, sehingga dipasarkan langsung.

"Intinya kita bawa naik kelas singkong ini, sehingga semakin dikenal sebagai oleh-oleh tanpa meninggalkan identitas Salatiga," tegasnya.

Sementara Wali Kota Salatiga Yuliyanto berharap dengan pengukuhan Kampung Singkong mampu mendorong optimalisasi potensi singkong sekaligus menggerakkan roda perekonomian dari para pelaku UMKM di Kota Salatiga.

"Wilayah ini dikukuhkan menjadi Kampung Singkong agar bisa menjadi daya ungkit perekonomian karena mampu mengembangkan potensi yang ada di daerah tersebut sehingga kesejahteraan masyarakat bisa meningkat,” kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/13/102643478/kisah-mantan-narapidana-perintis-kampung-singkong-punya-100-karyawan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke