Salin Artikel

Manfaatkan Penjualan Online, Industri Bakpia Rumahan Mulai Bangkit dari Pandemi

Salah satu makanan khas dari Yogyakarta ini dibuat di rumah-rumah yang berada di gang-gang.

Belasan hingga puluhan perajin bakpia rumahan tersebar di area ini.

Para perajin membuat bakpia di rumah-rumah memanfaatkan garasi rumah bahkan ada yang berada di ruang tamu rumah.

Kawasan padat penduduk dengan gang kecil ini, di setiap rumahnya terpampang papan nama merek dagang bakpia masing-masing. 

Ketika memasuki gang ini wangi bakpia panggang semerbak di sekitar rumah-rumah perajin.

Bau kulit bakpia terpanggang dengan kacang ijo di dalamnya seolah menjadi pengharum gang ini.

Setiap rumah memiliki jumlah perajin berbeda beda, perajin membuat bakpia satu persatu ada yang bertugas menyelimuti isi bakpia dengan kulit.

Ada juga yang bertugas memanggang bakpia hingga matang.

Setelah bakpia matang, bakpia dibungkus menggunakan kardus-kardus. Tiap kardus memiliki kapasitas bervariasi mulai dari isi 10 bakpia hingga 22 bakpia.

Para perajin menitipkan bakpia hasil buatannya di toko oleh-oleh yang ada di sekitar Sanggrahan, Pathuk, Kota Yogyakarta. Tepatnya di sekitar Jalan Letjend Suprapto, Kota Yogyakarta.

Cara berjualan dengan menitipkan ke toko oleh-oleh awalnya menjadi andalan para perajin untuk memasarkan produknya.


Setelah Covid-19 merebak, terjadi perubahan. Hal itu disebabkan diberlakukannya pembatasan-pembatasan yang membuat sektor ekonomi dan pariwisata sempat lumpuh.

Bagaimana tidak, saat pariwisata dilakukan pembatasan praktis mereka tidak bisa berjualan dengan cara lama.

Padahal mereka bergantung pada wisatawan dari luar Yogyakarta yang membeli bakpia untuk oleh-oleh.

Saat awal pandemi Covid-19 beberapa dari mereka harus menutup usahanya untuk sementara waktu, minimnya wisatawan, dan kurangnya pembeli, menjadi alasan untuk menutup sementara.

Tetapi, untuk sekarang ini para perajin sudah mulai berinovasi agar tetap bisa bertahan di masa pandemi.

Dengan memanfaatkan penjualan secara daring, baik itu dari e-commerce maupun memanfaatkan fasilitas yang tersedia pada ojek online.

Salah satu yang menggunakan penjualan secara daring adalah Bakpia Eny 523, salah satu perajinnya Nung (43) mengatakan awal pandemi tempatnya bekerja sempat tutup beberapa bulan.

"Awal pandemi sempat libur. Online kalau yang langganan itu biasanya nanti minta dikirim ke luar kota. Paling jauh ada yang kirim ke Sumatera ada juga dari Kalimantan," katanya saat ditemui di lokasi, Sabtu (25/9/2021).

Untuk omzet selama pandemi dia menyampaikan terjadi penurunan biasanya dalam satu hari bisa menghabiskan 20 kilo kulit bakpia tetapi selama pandemi ada penurunan.

"Omzet menurun, kalau biasanya sehari itu bisa sampai 20 kilo kulit bakpia. Mengukurnya kan pakai kulit bakpia. Pas pandemi turun drastis kadang buat kadang enggak," kata dia.

Untuk sekarang ini dengan diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPLM) level 3, beberapa sektor sudah mulai dilonggarkan pesanan sudah berangsur normal.

"Udah agak normal. Sekarang kalau banyak pesanan bisa 20 kilo lagi bisa," imbuh dia.


Perajin bakpia lainnya, Antik (35) mengungkapkan saat awal pandemi Covid-19 sebesar 90 persen industri rumahan bakpia di Sanggrahan, Pathuk, Kota Yogyakarta memilih untuk tutup sementara.

"Kemarin (pandemi) banyak yang tutup hampir 90 persen tutup terus yang bikin itu cuma beberapa ada 3 tempat. Tapi tidak setiap hari bikin sekarang bikin besok enggak gitu. Soalnya banyak juga yang jual di Malioboro kan jadi kena dampaknya (corona)," jelas dia.

Saat pandemi para pemilik usaha bakpia ini harus pintar-pintar berinovasi. Salah satunya adalah dengan menawarkan bakpia melalui media sosial.

Ada yang menggunakan Instagram hingga ditawarkan dengan aplikasi pesan Whatsapp (WA).

"Mau tidak mau, sekarang penjualan lewat Instagram juga ditawarkan melalui  WA," ucap dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/25/144159278/manfaatkan-penjualan-online-industri-bakpia-rumahan-mulai-bangkit-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke