Salin Artikel

Peternak Ayam Blitar Geruduk Bank, Bentangkan Poster "Pailit Serempak", Ini Tuntutan Mereka

Peternak meminta pemerintah melalui bank-bank BUMN merestrukturisasi pinjaman mereka.

Sebab, para peternak memiliki tanggungan utang usaha di bank-bank tersebut. Di satu sisi, mereka dihadapkan pada tingginya pakan dan harga jual telur yang rendah.

Aksi bentangkan poster

Sekitar 30 peternak ayam petelur yang tergabung dalam beberapa asosiasi peternak di Blitar Raya itu semula diterima oleh Kepala BNI Kantor Cabang Blitar sekitar pukul 11.00 WIB.

Usai pertemuan, mereka melakukan aksi bentang poster di halaman Kantor Bank BNI.

Beberapa poster berbunyi "Pailit Serempak Peternak Ayam Blitar Raya", "Tolong Tunda Angsuran Kami", "Jangankan Bayar Hutang, Beli Pakan Ayam saja Tidak Mampu".

Tuntut pemutihan bunga pinjaman

Salah satu ketua asosiasi peternak ayam petelur, Suryono mengatakan, aksi yang mereka lakukan bertujuan meminta perhatian pemerintah terkait kondisi sulit yang mereka hadapi selama pandemi.

"Kami tidak mampu lagi membayar angsuran bank. Aset-aset kami sudah banyak yang habis dipatok ayam ternak kami sendiri," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan di lokasi.

Menurut Suryono, situasi sulit yang dihadapi peternak ayam khususnya ayam petelur sudah berlangsung hampir dua tahun sejak pandemi.

Kondisi itu kian memburuk selama satu tahun terakhir.

Suryono mengaku, tidak dapat memperkirakan berapa total pinjaman para peternak ayam di Blitar kepada pihak bank.

Namun, dia memastikan hampir 4.500 peternak ayam petelur di Kabupaten dan Kota Blitar memiliki pinjaman di bank terutama bank-bank milik pemerintah, seperti BNI, BRI dan Bank Jatim.

"Pinjamannya bervariasi mulai yang puluhan juta hingga beberapa miliar setiap peternaknya," ujarnya.

Hari ini, ujarnya, peternak harus membeli pakan ayam yang terdiri dari jagung, konsentrat dan bekatul dengan harga Rp 6.500 per kilogram.

Dengan harga pakan itu, ujarnya, seharusnya harga telur di kandang peternak paling murah Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per kilogram.

Harga minimal itu agar peternak dapat menjangkau harga pakan.

Meskipun sebenarnya, tambah Suryono, harga ideal agar peternak mendapatkan kelayakan usaha adalah di atas Rp 20.000 per kilogram.

"Faktanya hari ini harga telur malah jatuh di Rp 13.500 hingga Rp 13.700 per kilogram. Setiap hari kami harus jual aset apa pun untuk membeli pakan ternak kami," ujarnya.

Suryono melanjutkan, aksi yang dilakukan para peternak dilakukan untuk meminta pemutihan bunga pinjaman yang mereka miliki di bank-bank.

Selain itu, tambahnya, mereka juga meminta penundaan pembayaran pokok pinjaman.

Suryono menegaskan, para peternak tidak bermaksud meminta pembebasan pokok utang mereka ke bank-bank BUMN tersebut.

"Kami bukan ingin bebas cicilan pokok. Kami siap siap mengembalikan pokok hutang tapi dengan kondisi saat ini kami sangat keberatan," ujarnya.

Jika situasi sudah membaik, jelasnya, para peternak akan kembali membayar angsuran kepada bank-bank di mana mereka memiliki pinjaman usaha.

Suryono mencontohkan, dirinya sendiri yang saat ini memiliki tanggungan bank sekitar Rp 700 juta dengan beban angsuran bulanan sekitar Rp 5 juta per bulan.

Menurutnya, dalam waktu cepat utangnya menjadi berlipat ganda lantaran dia harus menambah pinjaman ke bank-bank yang lain untuk membayar angsuran pinjaman untuk utang awal yang dia miliki.

Kondisi serupa dialami hampir seluruh peternak ayam petelur lantaran hasil penjualan telur produksi mereka tidak cukup untuk sekadar untuk membeli pakan.

"Mau bagaimana lagi kami. Kalau ayam tidak kami kasih pakan pasti mati. Kita kasih pakan juga kami merugi," ujarnya.

Puluhan peternak itu, berencana melanjutkan aksi mereka ke BRI Kantor Cabang Blitar di Jalan A Yani, Kota Blitar. 

https://regional.kompas.com/read/2021/09/14/135945478/peternak-ayam-blitar-geruduk-bank-bentangkan-poster-pailit-serempak-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke