Salin Artikel

Berkunjung ke Kedai Wak Din, Mencicipi Sate Cucuk Manis Khas Palembang Cita Rasa Turun-Temurun

PALEMBANG, KOMPAS.com - Satu unit ruko berukuran sekitar 12x 6 meter yang berada di Jalan KH Azhari 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang, Sumatera Selatan nampak lusuh.

Noda-noda hitam bekas asap dan arang menempel di setiap sudut ruangan. Bila dilihat dari luar maupun dalam, tak ada yang istimewa dari bangunan ini.

Meski demikian, tempat ini ramai dikunjungi warga untuk mencicipi sate khas Palembang yang dikenal bernama Sate Cucuk Manis "Wak Din".

Siti Hawa atau akrab disapa Cek Awa adalah keturunan keempat yang mengelola kedai Wak Din yang telah berdiri sejak tahun 1700-an.

Wanita yang kini sudah menginjak usia 61 tahun tersebut begitu ramah saat melihat pengunjung datang.

Meskipun seorang pemilik, ia tak segan turun langsung untuk meracik bumbu maupun membakar sate yang hendak disajikan kepada konsumen.

"Tunggu lah sebentar tidak lama kok dibakarnya," kata Awa kepada Kompas.com, Minggu (12/9/2021).

Tangan Awa terlihat begitu cekatan saat jarinya mengais arang untuk membakar sate.

Di sisi sebelah kirinya ada satu unit kipas bewarna putih yang telah bercorak menjadi hitam untuk membantunya membakar sate.

Tak terlalu menunggu lama, Sate Cucuk Manis yang legendaris itu pun telah siap untuk disantap.

Pada hidangan sate itu, daging sapi yang sudah dipotong seukuran dadu itu tampak cukup besar bila dibandingkan dengan Sate Padang maupun Sate Madura.

Meski potongan dagingnya besar, tekstur daging sate itu ternyata tak alot. Rasa dagingnya begitu lembut dan beraroma rempah yang kuat.

Campuran kecap di piring bersama potongan cabai rawit, membuat rasa sate cucuk manis bertambah gurih. Pedasnya rasa cabe itu membuat selera makan menjadi bertambah.

Apalagi memakan sate manis ini dibarengi dengan hirupan kuah kaldu, maupun sop dan pindang sehingga rasanya begitu bewarna.

"Tinggal pilih sukanya kuah yang mana," ujar Awa menambahkan.

Sate Cucuk Manis yang dibuat Awa itu sebelum dibakar telah lebih dulu dibuat setengah matang dengan 'diungkep' selama lebih dari dua jam menggunakan rempah dan resep khusus warisan keluarga.

Sehingga ketika pembakaran satenya pun hanya memakan waktu kurang dari dua menit.

"Kalau umumnya sate menggunakan kuah kacang atau kaldu, Sate Cucuk Manis ini cuma pakai kecap manis, dan potongan cabai. Jadi walaupun namanya Cucuk Manis, rasa sate tetap pedas," jelasnya.

Dalam satu porsi Sate Cucuk manis, terdapat lima tusuk sate begitu memesan hidangan ini.

Selain itu, konsumen juga mendapatkan tambahan pelengkap untuk menikmati hidangan sate seperti sambal buah mangga muda, acar timun, dan pilihan kuah yang hendak disajikan ketika menikmati sate.


Cita rasa turun-temurun

Sate Cucuk Manis "Wak Din" ini berdiri pada tahun 1700-an, yang mulanya berada di Kampung Kapitan yang menjadi tempat objek wisata di Palembang.

Namun, pada tahun 1900-an, lokasi tempat jualan itu akhirnya pindah ke kawasan 7 Ulu. Meski sudah ratusan tahun, Sate Cucuk Manis Wak Din hanya ada satu di Palembang.

Awa bersama keluarganya sepakat tak mau membuka cabang di tempat lain untuk mempertahankan cita rasa asli Sate Cucuk Manis.

Alasan itu pula yang membuat Awa turun langsung dalam setiap menyajikan bumbu maupun membakar sate untuk pelanggan.

"Karena biasanya kalau sudah ada cabang, rasa akan berubah. Bahkan sempat ada orang yang menawarkan saya untuk buka cabang, tapi kami sepakat untuk tetap di sini saja," jelasnya.

Bukan hanya tak ingin membuka cabang, di tengah kemajuan teknologi yang saat ini memasarkan jualan secara online pun tak diminati oleh Awa.

Ia masih tetap berdagang menantikan kedatangan pelanggan ke kedainya untuk dapat menikmati Sate Cucuk Manis khas Palembang.

Buktinya, setiap jam makan siang selalu ramai di kunjungi pelanggan Awa yang hendak menikmati Sate Cucuk manis.

"Rata-rata pelanggan memang lebih senang makan di sini," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/12/135130478/berkunjung-ke-kedai-wak-din-mencicipi-sate-cucuk-manis-khas-palembang-cita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke