Salin Artikel

Saat Kampung Padat Penduduk di Bantaran Sungai Disulap Jadi Kebun Stroberi

Jalan itu tepat berada di pinggir bantaran sungai Gajah Wong.

Tak hanya tanaman stroberi saja yang ditanam di pinggir gang, beberapa tanaman produktif seperti cabai, pokcoy, mangga juga ditanam di sepanjang gang itu.

Warga menanam dengan polybag dan menggunakan kembali wadah-wadah plastik bekas botol air mineral.

Dengan ditanamnya beberapa tanaman produktif, gang itu pun kini jauh dari kesan kumuh.

Supriadi, salah satu inisiator dan ketua kampung stroberi balerejo bercerita, awalnya ia bersama satu rekannya pada tahun 2019 mencoba menanam stroberi di pinggir gang kampungnya.

Pemilihan menanam stroberi dan tanaman lainnya bukan tanpa alasan.

Pada tahun 2019 jalanan gang kampungnya mulai dibangun dengan paving block, sehingga membuat kesan panas dan gersang.

Untuk menghilangkan rasa panas dan gersang ia memulai menanam beberapa tanaman salah satunya adalah stroberi.

Bahkan menurutnya tanaman stroberi di gang ini sudah mencapai ratusan pohon.

“Awalnya sebelum jalan dibangun ini rindang tetapi setelah dibangun paving blok gersang lalu mulai menanam tanaman ini,” kata Supriadi saat ditemui di lokasi, Sabtu (4/9/2021).

Tak hanya stroberi, buah-buahan lain juga ditanam di pinggiran gang ini seperti alpukat, jambu madu Deli, kelengkeng merah, dan mangga Mahatir.

“Kalau yang pot kecil-kecil ditanami stroberi tetapi yang pot-pot besar ditanami tanaman keras,” kata dia.

“Kalau polybag ini beli satunya Rp 12.000 ada juga yang pakai botol bekas, plastik bekas minyak goreng 2 liter. Kalau modal awal enggak hitung, karena saya tidak merokok bisa menyisihkan,” kata dia.

Supriadi mengatakan, tanaman andalan di kampung itu adalah stroberi.

Warga bahkan membudidayakan beraneka jenis stroberi, seperti stroberi California, Mirlan, Manohara, Manora, Kelly, mencir.

“Kalau Mirlan ini bunganya berwarna pink di sini sudah berbuah. Nah, Kelly ini yang sulit berkembangnya disini sampai sekarang belum berbuah,” kata dia.

Tidak hanya berhenti pada menanam dan memanen, kampung stroberi ini juga berinovasi dengan hasil panen tersebut.

Stroberi diolah oleh ibu-ibu PKK Kampung Muja Muju menjadi berbagai camilan seperti dodol stroberi, coklat stroberi hingga keripik daun stroberi.

“Kita olah lagi jadi dodol, coklat stroberi, dan daunnya dijadikan keripik daun stroberi,” kata dia.

Kurang lebih tiga tahun mengembangkan tanaman ini, warga juga mengalami berbagai masalah.

Mulanya, tanaman stroberi sempat diserang penyakit, sehingga daun-daunnya mengering.

Namun, Supriadi dan kawan-kawan tidak kehilangan akal.

Mereka lalu berupaya mencari informasi dari internet untuk mengatasi persoalan itu.

“Ya saya cari di Google penyakitnya itu daun jadi kering, saat menemukan caranya langsung saya praktikkan dan sembuh,” kata dia.

Mereka mengembangkan stroberi dengan metode suluh, yakni dengan memotong ujung tangkai dan menimbunnya pada tanah.

Setelah beberapa lama, akan tumbuh akar di ujung tangkai yang tertimbun tanah.

“Metodenya dengan suluh, kalau akar sudah kuat bisa digunting atasnya jadi pohon sendiri,” jelas Supriadi.

Kampung stroberi ini juga memasok bibit stroberi ke penjual-penjual tanaman di Yogyakarta.

Dirinya berharap ke depan lokasi ini bisa dikembangkan sebagai lokasi agrowisata di mana pengunjung bisa memetik buah stroberi langsung dan menikmatinya.

“Pengennya bisa buat agrowisata, wisatawan datang memetik stroberi ditimbang baru mereka membayar,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/05/070000078/saat-kampung-padat-penduduk-di-bantaran-sungai-disulap-jadi-kebun-stroberi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke