Salin Artikel

Desa Tetebatu, Jadi Tempat Wisata Sejak Zaman Kolonial

Desa wisata Tetebatu, merupakan salah satu desa wisata yang akan mewakili Indonesia dalam dalam ajang lomba Desa Wisata Terbaik (Best Tourism Village) yang diselenggarakan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) tahun 2021.

Desa ini terletak di Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dari Kota Mataram, Desa Tetebatu bisa ditempuh menggunakan mobil atau sepeda motor dengan jarak tempuh sekitar dua jam perjalanan.

Desa yang berada di sebelah Selatan kaki gunung Rinjani ini memiliki udara sejuk dan suasana pedesaan yang masih asri.

Bagi yang hobi bersepeda bisa langsung menjajal trek sepeda yang ada di Tetebatu.

Wisatawan juga bisa melihat flora dan fauna langsung di habitatnya yaitu di Hutan Ulem-ulem.

"Di sini wisatawan bisa melihat langsung black monkey (lutung) dan kera ekor panjang. Di malam hari ada celepuk Rinjani, rase (musang)," Kata Sekretaris Desa Tetebatu, Hermiwandi, Sabtu (28/8/2021).

Jika ingin melihat aneka flora dan fauna, wisatawan bisa berjalan kaki ke area hutan Ulem-ulem di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.

Suasana pedesaan dengan area persawahan terasering yang membentuk seperti undak-undakan dengan latar belakang pemandangan gunung Rinjani, juga menjadi daya tarik desa ini.

Hermiwandi menyebutkan ada 13 lokasi air terjun yang ada di Desa Wisata Tetebatu di antaranya air terjun Ulem-ulem, air terjun Sarang Walet, air terjun Durian indah, air terjun Tibu Topat dan air terjun Tibu Bunter.

Selain itu, Desa Tetebatu juga memiliki dua jalur pendakian ke Gunung Rinjani yaitu melalui jalur Perompongan dan jalur Ulem-ulem.

"Di sini lebih alami kalau masuk kita seperti di bawah pepohonan di dalam hutan. Kalau lewat Sembalun kan savana, kalau di sini masih alami perjalanan dari sini cukup menarik karena masih alami," Kata Hermiwandi.

Desa Tetebatu juga memiliki penginapan dan homestay yang dikelola oleh warga setempat.

Serta sayur ares yang terbuat dari bagian dalam batang pohon pisang lalu dimasak dengan aneka bumbu dan santan.

Semua bahan baku masakan ini masih alami dan diperoleh dari kebun dan hutan di sekitar Desa Tetebatu.

Selain menikmati kuliner khas, wisatawan juga bisa menyaksikan dan mencoba langsung proses pembuatan kopi hitam khas Lombok, pembuatan gula aren, proses pembuatan minyak kelapa, yang semuanya masih dilakukan secara tradisional menggunakan tungku dan kayu bakar.

Juga mencicipi madu trigona yang diternak oleh warga desa setempat.

Hermiwandi menceritakan, Desa wisata Tetebatu merupakan desa wisata yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda.

"Tetebatu merupakan tempat wisata paling tua sejak kedatangan almarhum dokter Soedjono pada zaman Belanda," Kata Hermiwandi.

Pada sekitar 1920-an saat Belanda masih berkuasa, seorang dokter bernama R. Soedjono datang ke Desa Tetebatu untuk mengobati warga.

Saat itu banyak warga yang menderita penyakit kusta dan diare.

Selain mengobati pasien, Dokter Soedjono juga dikenal sebagai perintis pariwisata di Desa Tetebatu.

la membangun sebuah pondok dengan empat buah kamar.

Dua kamar digunakan untuk dokter Soedjono dan keluarga sementara dua kamar lainnya digunakan untuk teman-teman kenalan dokter Soedjono yang menginap.

Dari tamu-tamu yang datang, keindahan alam Desa Tetebatu tersebar dari mulut ke mulut.

Lama-kelamaan tamu yang datang untuk menginap atau datang ke Desa Tetebatu semakin banyak.

Bahkan orang-orang Belanda dan Jepang jaman dahulu menjadikan Desa Tetebatu sebagai tempat liburan mereka.


Sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan wisma Soedjono atau Soedjono hotel.

"Jadi dia buat empat kamar, dua kamar untuk tamunya dan dua kamar untuk kawan kawan dokter Soedjono yang berlibur ke sini. Sehingga sampai saat ini, dialah yang merintis pariwisata di sini," Kata Hermiwandi.

Sejak ramai dikunjungi wisatawan, banyak warga desa yang bekerja di wisma Soedjono.

Pariwisata di desa wisata Tetebatu mulai dikelola serius mulai 1990-an.

Warga yang pernah bekerja di sana lalu membuka dan mengelola sendiri tempat penginapan.

"Zaman dulu satu-satunya Hotel Wisma Soedjono. Dari sana banyak masyarakat atau para guide (pemandu wisata) yang kerja di Wisma Soedjono akhirnya bisa membuka usaha penginapan sendiri seperti restoran dan bungalow," Kata Hermiwandi.

Sampai saat ini, ada 33 tempat penginapan di desa Tetebatu dengan tarif terjangkau mulai Rp 200.000-an semalam.

Homestay dan penginapan di Tetebatu juga menyediakan paket-paket wisata dengan harga bervariasi.

Desa Tetebatu terbagi menjadi 10 dusun yaitu Dusun Tetebatu, Tetebatu Lingsar, Dusun Orong Gerisak, Dusun Peresak, Dusun Lingkung Lauq, Lingkung Tengah, Lingkung Daya, Lingkung Baru, Kembang Seri dan Kembang Seri Lauq.

Di masing-masing dusun memiliki kelebihan baik dari kearifan masyarakat setempat,  keindahan alam, hingga seni budaya.

Lomba desa wisata

Desa wisata Tetebatu, menjadi salah satu desa wisata yang akan mewakili Indonesia dalam dalam ajang lomba Desa Wisata Terbaik (Best Tourism Village) yang diselenggarakan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) tahun 2021.

Selain NTB ada desa wisata di Yogyakarta dan NTT yang akan mewakili Indonesia.

Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, saat berkunjung ke Desa Tetebatu mengatakan Tetebatu memiliki kesempatan untuk memenangkan lomba.

"Tete Batu punya kualifikasi untuk menang dalam pentas desa wisata karena keindahannya, kuliner, hingga sosial culture. Tete Batu memiliki kesempatan untuk memenangkan lomba," kata Zulkieflimansyah dikutip dalam keterangan tertulis, Kamis (26/8/2021).

Zul juga menuturkan bahwa desa wisata Tetebatu  bisa sebagai alternatif wisata yang bisa dikunjungi.

"Ada banyak Bungalow yang tersedia untuk  menikmati suasana desa dengan tarif sangat terjangkau," Kata Zul.

Zul mengatakan Pemerintah Desa dan Pokdarwis harus berkolaborasi dalam mempersiapkan diri menyambut perhelatan internasional, UNWTO, secara maksimal.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/29/221342578/desa-tetebatu-jadi-tempat-wisata-sejak-zaman-kolonial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke