Salin Artikel

"Dengan Mata Kepala, Aku Melihat Pesawat Catalina RI 005 Jatuh Menabrak Kapal Tongkang di Sungai Batanghari"

Replika pesawat Catalina RI 005 yang berada di depan Museum Perjuangan Rakyat Jambi di kawasan Telanaipura, Kota Jambi itu menjadi benda bernilai sejarah yang senantiasa menjadi pengingat perjuangan rakyat Jambi melawan penjajah.

Menurutnya, pada perang agresi militer Belanda II, pesawat RI 005 digunakan mengangkut bahan bakar, kebutuhan logistik pejuang dan direncanakan untuk membombardir pangkalan udara di Talang Semut, Palembang.

"Dengan mata kepala, aku melihat pesawat Catalina RI 005 itu, jatuh menabrak kapal tongkang di Sungai Batanghari," kata Gunawan saat ditemui Kompas.com.

Ia mengatakan, pesawat jenis amfibi ini jatuh. Dua orang meninggal dunia yakni RR Cobley sang pilot dan Perwira AURI Jan Londa.

Sedangkan Kepala TU Markas Pertahanan Surabaya Divisi I Narotama RH Abdillah Pranko Prawirokusumo atau Prangko selamat.

Lelaki yang lahir 5 Februari 1928 ini pada usia relatif muda, yakni 17 tahun mendaftar sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Dia pun ikut bergerilya angkat senjata bersama rakyat Jambi lainnya melawan penjajah Belanda di kawasan Tembesi, Sungairengas, Tempino dan wilayah Lubukruso.

Bukan hanya itu, karena kemampuannya bergerilya, selanjutnya dia diperbantukan di wilayah perairan sungai dan laut untuk membawa tugboat.

Bahkan, saat pesawat Catalina RI 005 masih beroperasi, Gunawan juga diperbantukan membawa dan mengangkut bahan bakar pesawat Catalina serta juga kebutuhan logistik para pejuang lainnya.

Ketika bertugas, Gunawan bertugas merawat mesin dan membeli bahan bakar.

Menurut dia, perawatan Catalina termasuk sulit karena jika suku cadang rusak, terpaksa membeli gantinya dari Singapura.

Setelah kapal jatuh dan tenggelam selama 43 tahun, bangkai pesawat Catalina dibiarkan telantar di Desa Sejenjang, Tanjung Johor, Jambi.

Padahal pesawat ini dibeli atas sumbangan para pengusaha karet di Jambi, untuk membantu perjuangan bangsa melawan penjajah, kala itu bersama-sama dengan Wakil Presiden RI, Muhammad Hatta.

Hubungan Gunawan dengan pesawat Catalina RI 005 amat kuat.

Oleh karena itu, dia senantiasa melobi pemerintah, untuk mengangkat bangkai pesawat yang telah terendam dalam lumpur Sungai Batanghari.

Bangkai pesawat diangkat

Angin segar pengangkatan pesawat Catalina RI 005 berembus saat Gubernur Jambi, Abdurahman Sayuti pada 25 Mei 1991 menerima usulan sidang paripurna veteran RI di Hotel Kartika Chandra.

Tidak hanya Gunawan yang bungah mendengar kabar baik pengangkatan pesawat Catalina RI 005.

Ada juga Ketua Mada Legiun Veteran DD Sinulingga yang menjabat Komandan Korem 042/Garuda Putih (Gapu) langsung menyambut baik gagasan tersebut.

Tanpa pikir panjang, demi kepentingan sejarah bangsa, Gubernur Jambi, Abdurahman Sayuti menunjuk seorang veteran Gunawan yang menahkodai evakuasi bangkai pesawat.

"Waktu yang cukup lama. Setelah 43 tahun terkubur di lumpur sungai Batanghari, barulah pesawat itu diangkat," kata Gunawan dengan mata berbinar-binar.

Saat itu, pekerjaan dimulai tanggal 26 Juli 1991. Dari penyelaman, penyedotan lumpur dan pengangkatan puing pesawat berakhir tanggal 10 November 1992.

Tidaklah mudah mengangkat bangkai pesawat yang sudah jatuh puluhan tahun silam.

Betapa tidak, patahan pesawat, seperti sayap, mesin dan lain-lainnya ditemukan di lumpur dengan kedalaman delapan meter dari dasar Sungai Batanghari.

Tidak hanya bangkai pesawat yang berhasil ditemukan, tapi tengkorak manusia yang ada di dalam pesawat terlihat masih utuh.

Saat dilakukan pengangkatan, ditemukan tengkorak yang lengkap dengan rahang bawah yang lengkap dengan gigi.

Ada juga tempat air minum, sepatu, dan bendera Australia berukuran kecil.

Dengan berhasilnya pengangkatan bangkai pesawat tersebut, selanjutnya Gunawan menyerahkan puing pesawat Catalina RI 005 ke Pemerintah Provinsi Jambi.

"Ini sebagai bukti perjuangan rakyat Jambi melawan penjajah ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi," imbuh Gunawan.


Pesawat Catalina dari Australia

Menurut data Museum Perjuangan Rakyat Jambi, pesawat Catalina RI 005 berasal dari seorang warga Australia bernama RR Cobley. Dia adalah mantan penerbang RAAF (Roval Australian Air Force) dalam perang dunia II.

Saat itu, pesawat masih memakai register Australia YHROP.

Kala itu, ada pertemuan para pejuang di Bangkok. Pada kesempatan tersebut, Cobley menawarkan kesediaannya menyewakan pesawat pribadinya kepada Pemerintah RI guna membantu perjuangan kemerdekaan.

Melihat peluang, atas prakarsa TNI Sub Territorium Djambi (STD) langsung menyewa pesawat tersebut. Kemudian, oleh pemerintah RI, nomor register diganti menjadi Catalina RI 005.

Usai disewa Pemerintah Republik Indonesia, untuk pertama kalinya Cobley mendaratkan pesawatnya di Indonesia di Danau Tulung Agung, Jawa Timur pada tahun 1947.

Kiprah Pesawat Catalina

Koordinator Bimbingan Museum Perjuangan Rakyat Jambi, Yulhandri mengatakan kebeberadaan Catalina pertama kali di Sumatera terjadi di Danau Singkarak, Sumatera Barat pada tahun 1948.

Tugas yang diemban Catalina RI 005 antara lain adalah untuk menghubungkan komando militer dengan Komandemen Sumatera di Bukit Tinggi serta pemindahan perwira-perwira tinggi dan menengah dari Yogyakarta, termasuk pengiriman barang-barang untuk kebutuhan militer di Yogyakarta.

“Pesawat ini membawa makanan, pakaian, dan perlengkapan militer dan sipil. Selain itu juga sebagai penghubung antara Kota Jambi dan kota lainnya seperti Bukit Tinggi, Prapat, Banda Aceh, Tanjung Karang, Yogyakarta, serta Singapura,” ujar Yulhandri.

Ia mengatakan, Kolonel Abunjani sempat mengusulkan menggunakan pesawat Catalina menyerang pangkalan udara di Talang Semut, Palembang.

Namun, rencana ini tidak terlaksana berhubung kerusakan mesin pesawat belum bisa diperbaiki.

Saat Belanda berhasil menduduki Jambi pada 29 Desember 1948, para pejuang berusaha memindahkan pesawat ini dari Sungai Batanghari menuju Singapura untuk mencegahnya jatuh ke tangan Belanda.

Dengan hanya mengandalkan satu mesin, Cobley beserta mekanik Jon Londa dan seorang penumpang, Prangko, menuju Singapura untuk menyelamatkan diri sekaligus melengkapi suku cadang mesin yang rusak.

Namun usaha tersebut gagal, meskipun Catalina RI 005 sudah tinggal landas, karena salah satu mesin mati, tepatnya pada pukul 18.30 WIB, pesawat jadi tidak seimbang dan menabrak kapal tongkang yang sengaja ditenggelamkan melintangi sungai sebagai upaya mencegah masuknya Belanda ke pedalaman Jambi.

Akibatnya, sayap pesawat patah dan tenggelam ke sungai.

Walaupun hanya bertugas dua tahun, kehadiran Catalina RI 005 dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Jambi dipandang penting.

Dengan melihat pesawat ini, kita bisa mengetahui bagaimana kerasnya para pejuang melawan penjajah.

Hingga kini penyebab jatuhnya Catalina RI 005 masih menjadi misteri. Ada yang bilang pesawat jatuh karena ditembak Belanda, ada juga yang mengatakan lantaran kerusakan mesin.

Teka-teki ini turut terkubur bersama kematian Cobley dan Jon Londa.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/18/063900178/dengan-mata-kepala-aku-melihat-pesawat-catalina-ri-005-jatuh-menabrak-kapal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke