Salin Artikel

Pengantin Pria Isoman, Mempelai Wanita Sendirian di Pelaminan Ditemani Layar LED, Kisahnya Viral

KULON PROGO, KOMPAS.com – Pernikahan secara virtual banyak muncul di tengah Pandemi Covid-19 dan Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat seperti sekarang ini.

Kali ini, dihadapi pasangan pengantin Diya Putri Yunita (25) dan suami, Wibisono Pangestu (25) asal Kalurahan Wates, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Wibi, panggilan Wibisono, bekerja di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dan Diya di rumah sakit Sleman.

Pernikahan keduanya berlangsung di RM Semar, Wates, Minggu (1/8/2021).

Di sana, tatanan pelaminan menjadi sentral tengah dekorasi perkawinan yang dihadiri hanya keluarga inti.

Mempelai perempuan duduk sendiri di pelaminan itu. Ia mengenakan kebaya modern dengan siger ala Sunda sebagai mahkotanya. Pengantin laki-laki dalam balutan baju pengantin juga ala Sunda hadir di LED berlayar lebar di atas kursi pelaminan kosong di samping pengantin perempuan.

Pernikahan itu lantas viral di media sosial.

“Alhamdulillah semua berjalan lancar dan yang paling penting sudah sah di mata agama dan negara,” kata Diya melalui pesan singkatnya, Jumat (6/8/2021).

Semua berawal di akhir Juli 2021. Tes swab antigen Wibi menunjukkan hasil positif Covid-19 pada 29 Juli 2021. Hasil itu muncul tepat dua hari sebelum hari ijab kabul berlangsung.

Bingung berkecamuk di semua pihak, termasuk keluarga. Diya sendiri mengaku sedih lantaran semua telah terencana dengan matang.

Mereka juga telah merancang pernikahan sejak dua bulan berselang, mulai dari merancang memakai baju adat Sunda, hingga menggandeng wedding organizer dan vendor.

Waktu pelaksanaan sempat berubah beberapa kali karena ayah dari Diya meninggal dunia. Lantas mundur ke Juli sehingga akhirnya diputuskanlah 1 Agustus. Ketika itu PPKM masih berlangsung.

Mereka memutuskan tetap melangsungkan pernikahan meski akad nikah dengan hanya menghadirkan keluarga inti.

Tapi cobaan belum berhenti. Wibi merasa ada sesuatu yang tidak biasa pada dirinya. Ia swab antigen dengan hasil positif Covid-19 pada 29 Juli 2021.

“Tidak tahu dari mana, saya memutuskan tes mandiri karena merasa tidak enak badan. Selain itu, kebetulan KUA mensyaratkan antigen sebelum akad negatif di H-1,” kata Wibi seperti yang disampaikan oleh Diya.

Perasaan semua pihak berkecamuk. Mereka sampai meminta pendapat para ahli agama bagaimana hukum jika seorang laki-laki tidak bisa menghadiri ijab kabul dan mengutus wakil.

Dari hasil rembugan, mereka memutuskan pernikahan tetap berlangsung. Menurut Diya, ini sekaligus sesuai harapan orangtua. Selain itu, akan sulit mengatur jadwal lagi di tengah kesibukan pekerjaan.

Selain itu, KUA Wates menganjurkan pernikahan dilanjutkan dengan pembacaan kabul yang diwakilkan. Jadi, ijab kabul tetap berjalan langsung dengan wakil yang sudah disetujui KUA dan Wibi. Bunyi ijab kabul-nya berbeda dengan ijab kabul pada umumnya.

“Sampai H-1 kita benar-benar pasrahkan semua sama Allah,” kata Diya.

Pihak wedding organizer menyarankan meletakkan LED untuk membantu Wibi bisa menyaksikan acara itu walaupun dia di rumah saja. Ia mengisolasi diri, bahkan memisahkan diri dari keluarganya.

Tampak Wibi dalam LED dengan baju pengantin putih. Baju itu diantar even organizer dan dipakai sendiri oleh Wibi.

“Sedih soalnya kalau dia cuma liat pakai baju biasa tidak ada vibes nikahannya gitu,” kata Diya.

Rumah isolasinya, sekitar 2 kilometer dari RM Semar, tempat berlangsung ijab.

Wibi isolasi dari 29 Juli 2021. Ia tidak bergejala. Karena itu, ia akan isolasi selama 10 hari hingga 8 Agustus 2021.

“Sedih banget, yang harusnya saya sendiri yang bisa mengucapkan kabul-nya tapi saya harus lihat orang lain yang mengucapkannya,” kata Wibi yang ditirukan Diya.

Pernikahan berjalan lancar. Keduanya telah resmi menikah. Dalam acara itu, Diya berfoto dengan Wibi yang tampil di layar LED.

“Saya mencoba untuk tetap terlihat bahagia agar orang-orang yang melihat saya juga tidak sedih begitu,” kata Diya.

Diya mengunjungi Wibi setelah acara itu. Dia datang untuk menunjukkan langsung pada Wibi bahwa ia memakai baju pengantin dengan mahkota ala wanita Sunda. Wibi melihat dari dalam rumah isolasi.

“Wibi sendiri yang ingin saya pakai siger. Sudah lama sejak kita merencanakan pernikahan. Dia langsung request mau liat saya pakai siger jadi kami memilih baju adat sunda,” kata Diya.

“Rencana setelah menikah, saya dan Mas Wibi selesai isoman mau sungkem sama orang tua dan ziarah ke makam almarhum ayah saya,” kata Diya.

Video pernikahan keduanya lantas viral di media sosial. Sejatinya, banyak kisah pernikahan di masa pandemi, utamanya PPKM, memang penuh haru biru dan banyak cerita. Video pernikahan seperti ini lantas secara virtual bertebar di media sosial.

Video Diya dan suaminya ini muncul di unggahan TikTok perias wajahnya, @intandiahkurniasari. Video itu juga diunggah di IG sang perias. Video diberi judul: Couple Tertabah 2021.

Dalam bagian video itu, tampak pengantin pria dalam layar LED yang terpasang di atas kursi pelaminan dan disampingnya adalah Diya. Video sudah di-like ratusan ribu penontonnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/06/191547478/pengantin-pria-isoman-mempelai-wanita-sendirian-di-pelaminan-ditemani-layar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke