Salin Artikel

Tangis Haru Pedagang Ayam Penyet, Dagangannya Diborong Anak-anak Muda, lalu Dibagikan Gratis ke Warga

Siang itu, Rabu, 3 Agustus 2021, seperti biasa, Azizah mencoba peruntungannya berjualan di pinggir jalan itu.

Dia memanfaatkan teras di depan tempat pencucian mobil untuk menggelar dagangannya.

Dia sudah menunggu cukup lama, tetapi belum ada pembeli yang mendekat.

Maklum, sejak pemberlakuan PPKM darurat hingga dilanjutkan dengan PPKM level 4 di Medan, Azizah makin kesulitan mendapat pelanggan. Penjualannya anjlok, bahkan beberapa kali merugi.

"Berulang kali harus nombok," kata Azizah.

Dia bilang, semenjak pemberlakuan PPKM di Medan, jalanan di tempatnya berjualan disekat. Otomatis, pelanggan yang biasa melewati jalan itu tak lagi menyambangi warungnya.

Pun begitu, Azizah tak menyerah. Dia tetap berdagang dengan harapan dagangannya laku.

Dia melakukan itu untuk membantu suaminya mendapat penghasilan untuk membiayai kehidupan mereka.

Gaji suaminya yang bekerja di tempat pembuatan gorden tak cukup untuk membiayai kebutuhan mereka.

Belum lagi untuk membiayai kebutuhan sekolah dua anak mereka serta membayar kontrakan bulanan.

"Kebutuhan banyak. Bayar rumah sewa. Tempat ini juga sewa Rp 500.000 per bulan," katanya.

Aksi borong anak-anak muda Medan bikin Azizah terkejut

"Hari ini jualan berapa banyak, Bu? Kami borong semua," kata salah seorang pemuda.

"Kalau habis semuanya, lima ratus ribu," jawab Azizah.

Mereka kemudian sepakat. Dagangan diborong. Karena sebagian besar ayam belum digoreng, beberapa anak muda membantu Azizah untuk menggoreng.

Ada juga yang membungkus nasi.

Usai borong dagangan Azizah, lalu dibagikan gratis ke warga

Mereka kemudian memasang spanduk di depan steling Azizah. Spanduk itu berisi pesan, siapa saja yang lapar dan butuh makan dipersilakan mengambil makanan dari sana. Gratis.

Beberapa saat kemudian, pengendara dan warga yang kebetulan lewat langsung mengantre. Satu per satu dari mereka mengambil nasi ayam penyet yang sudah disiapkan.

Ada tukang becak atau pengemudi ojek online lewat, mereka langsung menyodorkan makanan gratis itu.

Tak lupa, mereka juga membagi masker dan mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan.

Selain memborong dagangan Azizah, mereka juga memberinya uang lebih. Uang itu berbeda dari harga yang harus dibayar untuk pembelian nasi ayam penyet.

Azizah langsung memeluk perempuan yang memberinya uang itu. Dia tak sanggup menahan tangis. Mereka berpelukan cukup lama.

Beberapa pemuda lain bertepuk tangan. Misi mereka untuk memberi kesenangan dan membagi rezeki kepada Azizah tersampaikan.


Komunitas Warung Medan Peduli turun ke jalan borong dagangan UMKM

Mereka adalah relawan yang direkrut untuk menyebar virus kebaikan. "Relawan kami ada lebih dari 300 orang. Mereka semua tersebar di seluruh kecamatan di Medan," kata salah seorang inisiator gerakan ini, Richard Stanlay.


Gerakan ini dimulai sejak PPKM darurat diberlakukan di Medan. Saat itu, dia dan beberapa rekannya mendapati bahwa akibat pembatasan yang dilakukan, banyak pedagang kecil yang terdampak secara ekonomi.

Banyak pedagang kecil yang terpaksa menanggung rugi karena pembatasan yang ada. Padahal, pendapatan mereka tak seberapa untuk membiayai kehidupan.

Richard dan kawan-kawannya kemudian berinisiatif untuk membantu pedagang kecil yang kesulitan, sekaligus membantu masyarakat lain yang terdampak. Mereka lalu membentuk gerakan Warung Medan Peduli.

Konsepnya, gerakan ini membeli dagangan pedagang kecil, kemudian membagikannya kepada masyarakat.

Awalnya, mereka hanya memasang target 1.000 bungkus makanan atau minuman untuk dibeli dan dibagi gratis dalam sehari. Namun, melihat efek positif dari gerakan ini, banyak orang ingin bergabung dan berdonasi.

Total, dalam tiga pekan terakhir, mereka telah membeli dagangan dari 2.000 lebih pedagang di Medan. "Kita sudah membantu sekitar 2.000-an warung dan sudah hampir 100.000 orang yang telah menerima bantuan dari gerakan Warung Medan Peduli ini," ungkapnya.

Dengan relawan yang lebih dari 300 orang, gerakan ini bisa memborong dagangan dari 100 hingga 150 pedagang dalam sehari. Mereka memang menyasar pedagang kecil di pinggir-pinggir jalan sebagai target.

Bagi Richard dan relawan lain, gerakan ini adalah salah satu cara mereka untuk menyebar virus kebaikan. Mereka bisa membuktikan bahwa penyebaran virus kebaikan lebih cepat dari penyebaran virus corona.

"Hanya dalam beberapa hari, ratusan orang mau bergabung dengan kami. Bahkan, di kota-kota lain di Indonesia mulai mengikuti dan mengadakan gerakan yang sama. Ada Bandung Peduli, Jakarta Peduli, Surabaya Peduli, dan Batam Peduli," ungkapnya.

"Karena kita yakin, virus kebaikan jauh lebih cepat menular dan lebih cepat menyebar dari virus corona," tandasnya lagi.

Richard dan relawan masih akan terus bergerak. Gerakan sosial ini masih akan terus berjalan hingga PPKM di Medan berakhir. "Target kita, PPKM selesai kami juga berhenti," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/05/071500778/tangis-haru-pedagang-ayam-penyet-dagangannya-diborong-anak-anak-muda-lalu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke