Salin Artikel

Berawal dari Raket Kayu Buatan Ayah dan Shuttlecock Jerami, Apriyani Raih Emas Olimpiade

Bersama Greysia Polii, Apriyani sukses meraih medali emas di cabang badminton ganda putri Olimpiade Tokyo 2020.

Apriyani, si bungsu dari empat bersaudara itu, merupakan buah hati dari pasangan Ameruddin- Siti Jauhar (almarhum).

Ameruddin menceritakan, minat Apriayani dengan bulu tangkis sudah tampak sejak usianya masih tiga tahun.

Ani, sapaan Apriyani, sejak masih balita senang melihat ayah dan ibunya bermain bulu tangkis di halaman rumah.

"Jadi saat pertama mencoba olahraga ini, Ani menggunakan raket yang saya buat dari kayu dengan dengan shuttlecock terbuat dari jerami," tutur Amerudin melalui telepon, Senin (1/8/2021).

Dijelaskan Amerudin, saat SD, hobi anaknya berlanjut. Ani lalu meminta orangtuanya agar dibelikan raket sesungguhnya.

Namun karena keterbatasan, Ani hanya diberi raket usang yang tali senarnya sudah pada putus.

“Masalahnya kalau tidak dikasih raket, dia menangis,” kenang Ameruddin.

Menurut dia, Ani juga sempat menggeluti Taekwondo. Bela diri itu diajarkan oleh kakaknya yang semua laki-laki.

Bahkan dia sering berkelahi dengan laki-laki di sekolah kalau diganggu.

Kemudian Ameruddin mengarah sang putrinya itu untuk terus berlatih olahraga bulu tangkis.

"Jadi dia lari dari rumah ke SKB, saya naik motor. Begitu juga kalau habis latihan, pulang dari SKB ke rumah begitu setiap sorenya, karena dia mau latihan sendiri," kata Ameruddin.

Pada 2005, Ani mulai ikut turnamen bulu tangkis tingkat kecamatan, setahun kemudian ikut ajang bulu tangkis junior tingkat Kabupaten Konawe.

Saat di kelas enam SD, prestasinya semakin cemerlang. 

Ani sudah ikut Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sultra di kota Raha, kabupaten Muna pada 2007 dan meraih juara II.

Ameruddin, sang ayah adalah pegawai di UPTD Dinas Pertanian Konawe. Sementara Sitti Jauhar hanya ibu rumah tangga.

"Pelatih pertamanya perempuan, tapi tidak cocok dengan pola mainnya dia. Akhirnya pak Lukman, Wagub Sultra sekarang menunjuk almarhum Pak Safiuddin, orang Kendari, sebagai pelatih," ujarnya.

Hasil kerja kerasnya pun tidak sia-sia. Di beberapa pertandingan tingkat provinsi, untuk kelas junior ia selalu gemilang.

Ameruddin menuturkan, ibu Ani adalah orang yang paling mendukung impian anaknya.

Sang ibu bahkan selalu mendampingi Ani bertanding, apalagi saat masih di level junior.

"Ibunya bahkan beberapa kali harus menggadai perhiasannya agar Ani bisa terus bermain," terangnya.

Demi terus mengasah kemampuannya menjadi pebulu tangkis profesional pada 3 September tahun 2011 silam, Akib Ras, salah seorang pegawai kantor perwakilan Konawe membawa Ani ke Jakarta bergabung di Klub PB Pelita Bakrie binaan legenda bulu tangkis, Icuk Sugiarto.

Ani nyaris ditolak, tapi dengan usaha Akib, Icuk akhirnya mau menerima.


Kala kariernya gemilang, Apriani harus kehilangan sang ibu pada November 2015.

Saat itu Ani tengah mengikuti Kejuaraan Dunia Junior di Peru.

Ameruddin menambahkan, hingga saat ini, tak putus selalu berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan anak bungsunya itu.

"Doa saya bukan hanya untuk dia saja, mereka berdua Greysia Polii juga. Saya salat Tahajud juga tidak lepas sejak dia tinggalkan saya ke Jakarta tahun 2011," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/02/155431878/berawal-dari-raket-kayu-buatan-ayah-dan-shuttlecock-jerami-apriyani-raih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke