Salin Artikel

Cerita Munadi Berjuang Melawan Covid-19, Berhasil Sembuh, tetapi 6 Kerabatnya Meninggal...

Munadi sembuh setelah beberapa pekan dirawat karena terpapar Covid-19. Namun, enam anggota keluarganya meninggal dalam waktu berdekatan.

Munadi menceritakan, semua itu bermula ketika ibunya meninggal pada 3 Juli 2021.

"Tanggal 1 ibu sakit. Tiga hari kemudian meninggal. Kata bidan desa yang memeriksa kesehatannya terserang tipus," kata Munadi saat dihubungi melalui telpon seluler, Kamis (29/7/2021).

Banyak keluarga dan warga yang terlibat saat proses memandikan hingga pemakaman jenazah ibu Munadi.

Munadi yang saat itu demam dan sesak napas tetap ikut dalam proses pemakaman sang ibunda.  

"Saat pulang dari pemakaman, demam dan sesak saya semakin parah. Bahkan saya tidak bisa berjalan dan harus dibawa pulang menggunakan kendaraan," imbuh Munadi.

Munadi lalu memeriksa diri ke dokter. Ia pun divonis menderita tipus.

Namun, karena khawatir kondisinya mengarah kepada Covid-19, mantan ketua suporter Madura United ini melakukan tes cepat antigen.

Hasilnya reaktif. Belakangan, Munadi menduga ibunya meninggal karena Covid-19. Sebab, ibunya mengalami gejala Covid-19, seperti demam tinggi dan batuk.

"Andai ibu saya juga di-swab, kemungkinan besar juga positif," kata Munadi.

Isolasi mandiri, keluarga meninggal dalam waktu berdekatan

Setelah dinyatakan reaktif berdasarkan tes cepat antigen, Munadi memilih melakukan isolasi mandiri di rumahnya.

Ia meninggalkan rumah ibunya di Desa Bajur, Kecamatan Waru, Pamekasan. Selama isolasi mandiri, Munadi dirawat sang istri. Munadi pun membutuhkan bantuan oksigen medis.


Demi menghindari penularan di keluarga, Munadi meminta istri dan anaknya menjalani tes Covid-19. Hasilnya, sang anak dinyatakan positif Covid-19, tanpa gejala. Sementara istrinya negatif karena telah divaksin.

"Saya, anak saya dan istri saya pisah kamar dengan protokol kesehatan. Kalau istri antar makanan, ditaruh di depan pintu," ungkapnya.

Saat menjalani isolasi mandiri, Munadi berturut-turut mendapat kabar duka dari kerabatnya.

Pada 7 Juli, nenek Munadi meninggal. Selang empat hari, adik sepupu dan adik kandung Munadi meninggal.

Pada 14 Juli, adik sepupu alamarhumah ibu Munadi juga berpulang. Terakhir, ipar Munadi meninggal pada 16 Juli.

"Keluarga saya semuanya enam orang. Sedangkan tetangga ibu yang meninggal ada tujuh orang. Mereka semua ikut merawat ibu mulai dari sakit hingga ibu meninggal dunia," ungkap Munadi lagi.

Munadi merasakan suasana mencekam di keluarga dan desanya. Banyak kabar duka yang diterimanya dalam waktu berdekatan.

Meski begitu, Munadi berusaha tenang. Ia rajin mengonsumsi ramuan empon-empon. Tetangganya juga mengonsumsi minuman tersebut.

Menurutnya, banyak yang memilih isolasi mandiri karena seluruh rumah sakit sudah penuh.

"17 tabung oksigen saya habiskan dari ukuran kecil higga besar. Saya rajin minum empon-empon dan pasrah kepada Allah dengan rajin beribadah," katanya.


Perjuangan Munadi melawan Covid-19 berakhir pada 19 Juli. Ia dinyatakan negatif Covid-19.

Sampai saat ini, Munadi dan keluarganya dalam proses pemulihan. Ia setiap hari berjemur danrajin mengonsumsi ramuan empon-empon.

"Sesak pernapasan masih ada. Tapi saya masih rajin minum ramuan dan tetap menjalani protokol kesehatan. Anak saya juga sudah negatif," katanya.

Munadi berpesan kepada seluruh masyarakat agar benar-benar mematuhi protokol kesehatan dan rajin minum ramuan empon-empon.

Selain itu, jangan ada lagi masyarakat yang tidak percaya Covid-19 dan menyebarkan hoaks soal vaksinasi. Terbukti di keluarganya, hanya istrinya yang tidak tertular covid-19 karena sudah divaksin. 

https://regional.kompas.com/read/2021/07/29/184458178/cerita-munadi-berjuang-melawan-covid-19-berhasil-sembuh-tetapi-6-kerabatnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke