Salin Artikel

Cinta Nenek Prapti, Menjaga Sang Adik hingga Renta, Sakit dan Tinggal di Kamar Sempit Berdua

Di atasnya, terdapat kasur lusuh, sejumlah baju pun terlihat berserakan.

Dua orang lansia tergolek lemah. Mereka adalah Nenek Prapti (90) dan adiknya, Hermainayu (85).

Berbalut baju berwarna kusam, Hermainayu tidur di samping sang kakak, Prapti.

Prapti merintih mencoba mengungkapkan apa yang mereka berdua rasakan. Dia bilang, perutnya terasa sakit.

Tangan Prapti sempat mengelus kepala sang adik di sampingnya.

"Rasanya panas, adik saya juga sakit," ujarnya lirih kepada Kompas.com yang menyambangi rumah mereka di Desa Baron RT 3 Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Dirawat sang adik

Lantaran tak berdaya, kedua lansia itu dirawat oleh adik mereka yang bernama Rusmiati.

Rusmiati menuturkan, kedua kakaknya yang telah berumur telah mengalami sakit sejak seminggu terakhir.

Meski telah berusaha mencarikan obat ke bidan desa, kondisi kedua kakaknya sulit meminum obat tersebut.

“Sudah kami panggilkan bidan desa. Sudah beberapa hari ini sakit,” kata Rusmiati pilu.

Tak ingin meninggalkan rumah warisan.

Rusmiati menambahkan, kedua kakaknya memang tinggal satu kamar di ruangan sempit.

Adapun rumah tua yang mereka tinggali adalah peninggalan ibu mereka.

Rusmiati juga membangun sebuah rumah tepat di sebelah tempat tinggal dua kakaknya.

Pintu kamar yang terbuat dari kayu yang sudah lapuk itu langsung berhadapan dengan kamar mandi dan WC untuk memudahkan keduanya mandi dan buang air.

“Kalau makan saya antar. Kalau di situ mau mandi dekat dengan kamar mandi,” jelasnya.

Rusmiati mengatakan, kedua kakaknya tersebut enggan ikut tinggal di rumahnya yang berdiri di samping rumah peninggalan orangtua mereka.

Dia mengaku pernah mengajak kedua kakaknya tinggal di rumahnya yang hanya berjarak 10 meter.

Namun, Prapti dan Hermainayu kembali pulang ke kamar sempit yang mereka tinggali selama ini.

“Mereka tidak mau meninggalkan rumah jengger milik orangtua kami itu,” imbuhnya.

Kasih sayang kakak yang lumpuh karena adiknya epilepsi

Beberapa tahun terkahir, Prapti tak lagi bisa berjalan karena kondisi badannya yang sudah renta.

Untuk mandi dan buang air, dia hanya bisa merangkak menuju ke WC.

“Kalau mandi ya ngesot. Dulu sudah beberapa kali dibawa ke dokter, sekarang berhenti,” kata Rusmiati.

Kakaknya Prapti, menurut Rusmiati, sangat menyayangi Hermainayu karena sebelum ibu mereka meninggal, Hermainayu sempat menderita epilepsi.

Praptilah yang mengambil peran merawat Hermainayu sejak kecil, sehingga keduanya sulit dipisahkan.

“Dulu Hermainayu sakit epilepsi dan Prapti yang merawat,” katanya.


Menanti mendapat bantuan dari pemerintah.

Mesti kedua kakaknya tersebut tinggal di kamar yang tidak layak huni, namun saat ini mereka belum mendapat bantuan dari pemerintah.

Rusmiati yang bekerja sebagai tukang pijat keliling mengaku hanya bisa membantu  menyediakan makan ala kadarnya kepada kedua kakaknya tersebut.

“Saya hanya janda, kerjaan saya hanya mijat, ya makan seadanya,” ucapnya.

Rusmiati mengaku sempat mendapat bantuan Pangan Non Tunai BPNT dari pemerintah untuk membantu memberi makan kepada kedua kakaknya.

Namun saat ini bantuan tersebut telah dihentikan.

Kedua kakaknya juga sempat mendapat bantuan langsung tunai dari pemerintah sebesar Rp 600.000. Bantuan tersebut kini juga tak mereka terima lagi.

“Sekarang sudah tidak dapat lagi. Kalau BLT dapat kemarin yang uang Rp 600.000 itu untuk covid, sekarang tidak dapat lagi,” jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/07/28/062000678/cinta-nenek-prapti-menjaga-sang-adik-hingga-renta-sakit-dan-tinggal-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke