Salin Artikel

Bertahan Saat PPKM, Tukang Becak di Malioboro: Hidup di Kota Ini Susah...

Mereka tak ada pilihan lain karena harus memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Seperti yang dialami Sugiyanto. Dia masih mengayuh becaknya di Malioboro dan berharap ada penumpang yang datang menggunakan jasanya walapun jalanan sepi.

Ia mengaku memilih tetap keluar karena stres jika hanya berdiam diri di rumah.

“Bunek (stres) saya kalau hanya di rumah saja, ini memang sepi sekali sejak PPKM darurat,” kata dia ditemui di kawasan Malioboro, Senin (19/7/2021).

Selama PPKM, Sugiyono sering pulang dengan tangan hampa karena tak mendapatkan penumpang sama sekali.

“Semenjak Sabtu lalu (mulai PPKM) lumpuh sekarang, enggak ada penumpang,” katanya.

Walaupun tak ada penumpang, paling tidak ia mendapatkan nasi bungkus atau paket sembako yang dibagikan para dermawan di jalanan.

“Dengan narik siapa tahu ada orang yang membagikan nasi bungkus atau paket sembako, seperti hari-hari lalu beberapa ada yang membagikan nasi bungkus,” kata dia.

“Kemarin ada yang membagikan beras 2,5 kilogram. Waktu itu ada yang membagi menggunakan mobil, saya juga ikut lari-lari,” ucap bapak dengan 3 orang anak itu.

Ia bercerita beberapa hari lalu, tidak ada pengemudi becak atau bentor yang mangkal dan hanya dia satu-satu yang masih bertahan.

“Waktu itu juga ditanya kenapa kok masih narik sama satpam, ya saya jawab siapa tahu ada rezeki kan gak ada yang tahu,” ungkapnya.

Tapi selama PPKM Darurat, ia belum mendapat bantuan dari pemerintah.

“Harapannya ada bantuan dari pemerintah sambil nunggu PPKM, kalau sudah dibuka kan bisa aktivitas lagi,” kata dia.

Hal senada juga disampaikan pengemudi becak yang bernama Suraji. Selama PPKM Darurat, ia mengaku hanya narik becak 3 hari dalam seminggu.

Selain dari becak, ia masih mengandalkan warung milik istrinya.

“Istri saya masih buka warung, tetapi saya kasihan sama teman-teman yang pekerjaannya hanya menarik becak saja,” ucapnya.

Menurutnya, hidup di kota lebih sulit jika dibandingkan hidup di desa untuk masa sekarang. Karena jika di desa, masih ada kemungkinan memiliki beras sisa panen atau sayuran.

“Hidup di kota ini susah, kalau di desa mungkin ada beras hasil panen. Yang di kota ini ngeri mereka bekerja mungkin jadi tukang parkir, buruh harian,” katanya.

Ia juga tak mendapatkan bantuan dari pemerintah selama PPKM Darurat.

“Selama pandemi belum pernah, mungkin karena KTP saya Sleman tetapi saat ini tinggal di kota. Apa dapat tapi pihak desa tidak ngabari saya ya enggak tahu,” ungkapnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor : Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2021/07/21/162600578/bertahan-saat-ppkm-tukang-becak-di-malioboro--hidup-di-kota-ini-susah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke