Salin Artikel

Mereka yang Meninggal dalam Sunyi Saat Pandemi...

Di Kabupaten Semarang, Bupati Ngesti Nugraha mengatakan pada 2 Juli 2021, ada 3.325 orang menjalani isolasi mandiri dan 440 orang menjalani tempat isolasi terpusat yang disediakan Pemkab Semarang.

Sementara di Kabupaten Sleman, sepanjang Juni 2021, ada 41 pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.

“Kebanyakan yang meninggal dunia di rumah saat isolasi mandiri sampai Juni itu sebanyak 41 orang," ujar Koordinator Posko Dekontaminasi Covid-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Vincentius Lilik Resmiyanto, Selasa (30/6/2021).

Dari keterangan keluarga, kebanyakan pasien meninggal karena saturasi oksigen di bawah 80 persen.

Ada beberapa kisah warga yang meninggal dalam sunyi. Ada yang ditemukan meninggal seorang diri di kamar kos, atau ada juga suami yang bunuh diri karena depresi saat sang istri meninggal terpapar Covid-19.

Berikut Kompas.com merangkum kisah-kisah pilu selama pandemi tentang mereka yang meninggal dalam sunyi.

Is berasal dari Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Ia diketahui menjalani isolasi mandiri setelah dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan tes cepat antigen dari Rumah Sakit Umum Siloam Kupang pada Sabtu (19/6/2021).

Jenazah Is pertama kali ditemukan oleh rekannya, Sudewo Fery Prasetyo (37).

Saat itu Sudewo dihubungi atasannya, Irwan yang ada di Jakarta. Ia diminta untuk menghubungi Is karena keluarga di Yogyakarta tak bisa menghubungi.

Sudewo sempat bertemu dengan pemilik kamar kos dan menggedor kamar Is, tetap tak ada respons.

Dari jendela, Sudewo melihat Is tergeletak tak sadarkan diri. Ia dinyatakan meninggal dunia. Dibantu RSU Siloam Kupang, jenazah Is dimakamkan di TPU Fatukoa pada Selasa sore.

Saat ditemukan, jenazah Boyadi dalam posisi terduduk.

Namun karena ada kekhawatiran dari warga, evakusi dan pemulasaran jenazah dilakukan dengan protokol kesehatan Covid-19.

Ketua RT setempat, Markus Sholeh mengatakan belum diketahui apakah pria tersebut meninggal terpapar virus Covid-19.

“Kami belum menyentuh korban karena belum tahu terkait penyakitnya,” kata Markus.

Markus mengatakan sebelum meninggal korban memiliki riwayat sakit paru-paru dan lambung. Korban juga disebut mengalami sakit asma, stroke dan penyakit dalam lainnya

Sebelum meninggal, perempuan itu mengeluhkan sesak napas pada teman prianya yang tinggal sekamar bernama Syamsudin (30).

“Jadi teman prianya itu melaporkan kalau korban sesak napas lalu meninggal. Jadi kami datangkan tim Satgas Covid-19 untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Kapolsek Ponorogo Kota, AKP Haryo Kusbintoro.

Menurut keterangan teman prianya, korban sudah dua pekan menderita sakit batuk, asam lambung dan beberapa hari terakhir mengalami sesak napas.

“Sudah tiga hari korban mengeluhkan asam lambung. Dan korban sudah periksa ke salah satu dokter dan diberi obat lalu diminum dua kali kemudian meninggal dunia,” kata Haryo.

Setelah dicek di TKP, jasad korban dalam posisi tengkurap dan sudah meninggal dunia.

Jasad korban dievakusi dengan protokol kesehatan. Haryo menjelaskan, korban terinfeksi Covid-19 atau tidak baru bisa diketahui saat hasil tes swabnya keluar.

Di hari yang sama, keluarga sedang menunggu tim prokes dari RS Amal Sehat Slogohimo yang akan memakamkan istri WA yang meninggal karena terpapar Covid-19.

Diduga pria asal Jember itu bunuh diri karena malu dan tertekan telah menyusahkan keluarganya di Wonogiri karena istrinya meninggal terpapar corona.

Peristiwa nahas tersebut berawal saat WA dan istrinya datang dari Jember dan berkunjung ke keluarga istrinya di Desa Conto.

Mereka tiba Wonogiri pada Selasa (29/6/2021).

Saat tinggal di Wonogiri, sang istri jatuh sakit terpapar Covid-19. Ia kemudian meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah keluarganya.

Hal tersebut diduga membuat WA tertekan dan deprsi.

IMW baru sehari keluar dari RS Daerah Mangusuda, Badung, Bali, Korban dirawat karena terpapar Covid-19.

Setelah keluar dari RS, korban diminta melakukan isolasi mandiri di rumahnya.

Keesokan harinya sekitar pukul 21.15 Wita, keluarga korban mencarinya di sekitar rumah untuk memberikan obat. Namun tidak menemukan korban.

Sekitar pukul 21.30 Wita, pihak keluarga melihat penutup sumur sudah dalam keadaan terbuka. Keluarga pun kaget mendapati korban mengambang di permukaan sumur yang memiliki kedalaman 17 meter.

“Pagi tadi, kami mau kasih makan. Memanggil tapi tak ada suara. Kami menghubungi semua pihak termasuk Puskesmas, polisi hingga BPBD. Dibuka bersama, ternyata meninggal,” kata Lurah Krembangan, Samiran, saat dihubungi, Kamis (8/7/2021).

Sebenarnya Sutabdi sudah hampir setahun tak datang ke ruko. Namun ia mendadak muncul bersama rekannya sekitar lima hari yang lalu. Kepada ketua RT ia mengatakan memerlukan tempat untuk isolasi mandiri.

Selama isolasi, pria itu tak pernah keliatan keluar ruko. Warga yang curiga berusaha mengetuk ruko sambil membawa makanan, Rabu (7/7/2021) malam.

Warga yang memanggil hanya mendengar suara lirih dari dalam.

“Warga tidak berani masuk. Kita inisiatif memanggil Puskesmas. Mereka (puskesmas) bisa mewawancarai, dia sudah bisa duduk dan makan,” kata Samiran.

Keesokan harinya, warga kembali datang untuk memeriksa keadaan Sutabdi. Namun panggilan warga tak berbalas. Ia diketahui meninggal dunia enam jam sebelum ditemukan.

Di ruko, ditemukan satu lembar kertas yang menyatakan Sutabdi positif Covid-19 saat ia memeriksakan diri di sebuah klinik di Bantul.

Ia kemudian dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Kapanewon Temon pada hari yangs sama.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sigiranus Marutho Bere, Wisang Seto Pangaribowo, Muhlis Al Alawi, Imam Rosidin, Dani Julius Zebua | Editor : Dheri AgriestaDony Aprian, Pythag Kurniati, Khairina, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/07/11/060600978/mereka-yang-meninggal-dalam-sunyi-saat-pandemi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke