Salin Artikel

Kisah Tukang Ojek di Papua Rawat Belasan Anak Pecandu Narkoba, Pernah Divonis Sakit dan Tak Berumur Lama

Kisah tersebut dibagikan pertama kali dibagikan oleh akun Twitter @firashabrina pada Selasa (6/7/2021).

Ia menceritakan Pak Amos yang merawat 20 anak terlantar di Nabire, Papua dengan biaya sendiri.

Akun tersebut juga menjelaskan jika panti rehabilitasi milik Amos pernah terbakar dan pria berusia 33 tahun itu memiliki mimpi membangun panti rehabilitasi yang layak.

Dengan harapan bisa menyelamatkan anak-anak yang kecanduan agar bisa lebih sehat dan bahagia.

"Mimpinya skrg cuma bisa bangun panti rehab yang lebih layak, buat nyelametin lebih banyak anak-anak terlantar kecanduan supaya lebih sehat dan bahagia," tulis akun @firashabrina dalam postingan tersebut.

Ia bercerita pernah memiliki keinginan menjadi politisi dan bercita-cita jadi bupati.

Namun nasib berkata lain. Ia sempat menderita penyakit paru-paru dan dokter memvonisnya tak berumur panjang.

Setelah itu, Amos memutuskan untuk hidup dengan lebih baik dan menjadi manfaat bagi orang lain.

"Sebenarnya saya sudah meninggalkan pekerjaan semua, saya pernah bekerja dan punya uang, saya punya cita-cita ingin jadi politikus sampai Bupati," kata Amos.

"Kemudian saya sakit karena pola hidup yang tidak bagus. Akhirnya saya memutuskan untuk saya harus hidup menjadi berkat."

"Jadi saya memutuskan untuk melayani anak-anak yang terabaikan," kata Amos, saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (9/7/2021).

Semenjak itu, Amos yang tidak memiliki pekerjaan akhirnya menjadi tukang ojek pada 2017 lalu.

Kemudian, ia mulai mendekati anak-anak pecandu lem aibon dan narkoba yang terlantar dengan memberinya makan setiap hari.

"Dari hasil ojek itu, saya pakai untuk kebutuhan anak-anak di jalanan, sampai saya tinggal di rumah singgah," kata Amos.

Amos mengaku memiliki berbagai tantangan saat merawat anak-anak pecandu lem aibon dan narkoba.

Terlebih, ia merawat mereka hanya seorang diri dengan dibantu oleh istrinya saja.

"Pengalaman waktu kami di rumah singgah, itu berat sekali merawat yang remaja.Kalau mereka tidak makan (lem aibon dan narkoba), mereka bisa lempar kaca rumah," kata dia.

"Kemudian mereka kadang pulang sampai jam 03.00 subuh, kalau kita tidak buka pintu, mereka bisa lempar (barang-barang) ke rumah," ungkap Amos.

Bahkan, rumah singgah yang didirikannya pada tahun 2018 itu sempat terbakar di tahun 2019.

Hal itu lantaran ulah para remaja yang membuang puntung rokok sembarangan.

Hingga akhirnya, Amos mendapat bantuan dari beberapa orang yang melihat perjuangan saat merawat anak-anak di rumah singgah.

"Orang-orang di Nabire akhirnya melihat kami dan membantu, akhirnya saya sudah tidak ngojek lagi," ungkap Amos.

Kini, dirinya pun telah mendirikan yayasan yang fokus untuk merehabilitasi anak-anak pecandu lem aibon di Papua.

Ada sekira 15 anak mulai dari usia 6-10 tahun yang ia rawat di Panti Asuhan bernama Generasi Emas Indonesia.

"Sekarang saya sudah mendirikan yayasan, sekarang kami punya panti asuhan, ada anak-anak yang sudah tinggal. Anak-anak yang usia dini yang kami ambil, karena anak-anak yang usia remaja agak susah kami jangkau," ungkap Amos.

Jadi, mimpi Amos saat ini adalah membangun panti rehabilitasi yang lebih layak, agar anak-anak remaja yang terlantar dapat tinggal dengan nyaman.

"Kami ingin sekali buat panti rehabilitasi karena mereka susah terjangkau dengan fasilitas kami yang terbatas," pungkas Amos

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul VIRAL Tukang Ojek Rawat Belasan Anak Pecandu Lem dan Narkoba di Papua, Ini Kisah Lengkapnya

https://regional.kompas.com/read/2021/07/10/164600478/kisah-tukang-ojek-di-papua-rawat-belasan-anak-pecandu-narkoba-pernah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke