Salin Artikel

Kisah Dokter di Wonogiri Berjuang Carikan Plasma Konvalasen bagi Pasien Covid-19

WONOGIRI, KOMPAS.com - Sembuh dari Covid-19 menjadi anugerah yang luar biasa bagi hidup Sriyanto, seorang dokter ahli bedah asal Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Perjalanan sakit dan sembuhnya pun tertuang dalam testimoninya yang dimuat berbagai media nasional di Indonesia.

Kini, sejak dinyatakan sembuh dari Covid-19, Sriyanto tidak berdiam diri.

Pengalamannya sembuh dari Covid-19 setelah mendapatkan donor plasma konvalesen menjadikan dokter ahli bedah ini ingin berbagi kebaikan kepada pasien corona lainnya.

Pascamenjadi penyintas Covid-19, Sriyanto menawarkan diri untuk membantu pasien yang membutuhkan donor plasma konvalasen.

Hatinya terketuk untuk mencarikan penyintas yang mau mendonasikan plasma lantaran tak tega melihat korban Covid-19 terus berjatuhan tiap hari di berbagai daerah.

Meski berjuang sendiri, Sriyanto tak patah semangat.

Setidaknya sudah 17 pasien dibantu mendapatkan plasma konvalasen.

Untuk membujuk penyintas Covid-19 mau mendonorkan plasmanya bukanlah perkara gampang.

Butuh kegigihan dan kesabaran untuk membujuk penyintas benar-benar mau donor plasma konvalasen.

“Untuk membujuk mereka mau jadi pendonor itu susahnya minta ampun. Saya saja sering dibuat baper. Jujur suah membujuk mereka,” kata Sriyanto yang dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/7/2021).

Biasanya, penyintas Covid-19 mau menyumbangkan setelah diberikan pemahaman tidak akan ada efek samping pasca-diambil plasma konvalasen.

“Para penyintas takut kalau diambil plasmanya nanti jadi lemas dan mengalami efek samping lainnya. Padahal tidak seperti itu. Mereka (penyintas Covid-19) seharusnya bahagia karena plasma darahnya dapat menyelamatkan orang,” jelas Sriyanto.

Tak hanya bermodal membujuk, kata Sriyanto, berburu data penyintas Covid-19 juga bukan hal yang mudah.

Beruntung, Sriyanto memiliki sebuah rumah sakit yang saat ini menjadi salah satu rujukan penanganan pasien Covid-19 di Kabupaten Wonogiri.

Bermodal data penyintas Covid-19 yang pernah dirawat di rumah sakitnya, Sriyanto menghubungi satu per satu untuk menyumbangkan plasma konvalesen bagi pasien Covid-19.

Bagi yang mau, Sriyanto memastikan penyintas akan diantar jemput oleh keluarga pasien yang membutuhkan.

“Saya sumber utamanya dari kepala puskesmas dan rumah sakit sendiri. Sebenarnya paling baik didatangi rumahnya masing-masing. Hanya saja rumahnya jauh-jauh dan di wilayah pegunungan,” ungkap Sriyanto.

Untuk membujuk penyintas Covid-19 mau mendonasikan plasmanya, kata Sriyanto, lebih efektif mendatangi tempat tinggal penyintas Covid-19 lalu diambil sampel darahnya.

Pasalnya, kalau hanya melalui sambungan telepon biasanya penyintas Covid-19 beralasan sibuk pekerjaan.

Bagi Sriyanto, sebenarnya pemerintah di tingkat dareah memiliki peran strategis untuk membujuk dan mendatangi penyintas Covid-19 agar mau mendonasikan plasma konvalesennya.

Antar jemput dan diberi uang

Tak hanya itu, penyintas Covid-19 akan mendapatkan uang dari keluarga pasien hingga mendapatkan makan yang enak.

“Ya harus seperti itu karena para donor plasma itu pahlawan bagi pasien Covid-19,” kata Sriyanto.

Sebelum dibawa ke PMI, para penyintas yang mau memberikan plasmanya harus memenuhi berbagai syarat, di antaranya umur dan kondisi kesehatan penyintas.

Bagi penyintas yang memenuhi syarat, diambil darahnya untuk dicek golongan darah dan kadar antibodinya.

Kalau kadar antibodinya tinggi, maka dapat diambil plasmanya di PMI Solo.

Sebab, PMI di Kabupaten Wonogiri belum dapat mengambil plasma konvalesen karena belum memiliki peralatan.

“Maksimal diambil tiga kali setiap tiap minggu. Kalau yang sudah mendaptkan donor plasma tidak boleh donor,” kata Sriyanto.

Selama menjadi relawan, Sriyanto sudah berhasil mencarikan 17 orang mendapatkan pendonor plasma.

Dari jumlah itu 80 persen warga Kabupaten Wonogiri dan sisanya 20 persen dari luar daerah.

Dari 17 pasien yang pernah diusahakannya mendapat plasma konvalesen, empat di antaranya meninggal dunia.

Empat pasien Covid-19 itu meninggal lantaran saturasi oksigen (kadar oksigen dalam darah) di bawah 80 persen.

“Kalau saturasi oksigennya di atas 85 persen kebanyakan dapat tertolong setelah mendapatkan plasma konvalasen dari penyintas Covid-19. Apalagi kalau saturasi oksigennya dalam posisi 90 ke atas setelah mendapatkan plasma akan lebih cepat sembuh.

Namun, sepekan lalu, seorang pasien asal Tasikmalaya, Jawa Barat, yang memiliki saturasi oksigen 79 dapat tertolong setelah mendapatkan plasma konvalasen.

Sebelum mendapatkan plasma konvalasen, pasien Covid-19 sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Tasikmalaya.

Lantaran tidak mendapatkan perawatan yang maksimal, keluarga pasien menghubungi Sriyanto untuk mencarikan donor plasma.

Sriyanto menyarankan agar pasien itu dirujuk ke rumah sakit di Solo.

Dalam perjalanan ke Solo, pasien mendapatkan suntikan actemra (tocilizumab).

Dampaknya saturasi oksigen naik menjadi 84.

“Setibanya di Solo kebetulan mendapatkan plasma langsung. Plasma itu sebenarnya mau dikasihkan kepada pasien lain. Namun, pasien lain itu sudah keburu meninggal. Beruntung golongan darahnya sama. Setelah mendapatkan plasma, saturasinya naik menjadi 94,” kata Sriyanto.

Setelah sepuluh hari dirawat, saturasi oksigen pasien mencapai 99 persen.

Kini, pasien itu sudah bisa makan dan minum normal. Bahkan, pasien tersebut sudah bisa berkomunikasi dengan keluarganya di Jawa Barat.

Sempat berhenti

Sriyanto mengaku baru seminggu aktif kembali membantu orang mencarikan penyintas yang mau memberikan plasma konvalesen.

“Yang membuat capek itu bapernya kadang ketemu orang yang egois akhirnya ke bawa ke hati. Saya minta kepada pasien Covid-19 yang sembuh setelah mendapatkan plasma untuk membuat video testimoni malah tidak direspons. Sudah sembuh kemudian malah lupa. Maksudnya video itu mau saya pakai untuk membujuk yang lain karena plasma itu benar-benar manjur,” jelas Sriyanto.

Sepekan terakhir, Sriyanto berhasil mendapatkan dua donor plasma untuk dua pasien Covid-19.

Sriyanto sendiri tidak bisa menyumbangkan plasmanya lantaran ia sudah mendapatkan plasma konvalesen saat terinfeksi Covid-19.

Ia bersyukur, karena dua pasien Covid-19 yang mendapatkan plasma konvalesen itu akhirnya sembuh.

Selain plasma konvalesen, kata Sriyanto, untuk menyembuhkan pasien Covid-19 diberikan obat tocilizumab dan alat penyuplai oksigen dosis tinggi (HNFC).

“Kalau dipakai tiga itu banyak tertolongnya,” demikian Sriyanto.

https://regional.kompas.com/read/2021/07/04/140133078/kisah-dokter-di-wonogiri-berjuang-carikan-plasma-konvalasen-bagi-pasien

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke