Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh Agus Adrianto mengatakan, gajah itu mati pada Rabu (30/6/2021).
Tidak ada tanda penyakit yang ditunjukkan hewan itu sebelum mati.
Namun, tim dokter hewan BKSDA Aceh dan Universitas Syiah Kuala menduga gajah ini mati karena terserang virus herpes endoteliotropik.
Virus itu disebut rentan menyerang gajah yang berusia di bawah delapan tahun.
"Itu masih dugaan, karena virus itu memang sangat fatal, kalau bukan dokter ahli tidak mengetahui terserang virus, karena tidak tampak gejalanya. Enam jam tidak dapat petolongan tidak dapat diselamatkan," kata Agus saat dihubungi Kompas.com. Sabtu (3/7/2021).
Untuk memastikan dugan itu, sampel gajah itu sudah diambil untuk diperiksa di laboratorium.
Menurut Agus, anak gajah bernama Intan itu masih dalam asuhan induknya saat mati.
"Dari hasil neokropsi pada tubuh gajah itu tidak ditemukan adanya kekerasan," sebut Agus.
"Petugas juga heran tiba tiba mati, padahal kondisi sebelumnya tidak menunjukkan ada penyakit," sambungnya.
https://regional.kompas.com/read/2021/07/03/193716878/gajah-jinak-di-aceh-mati-diduga-karena-virus-herpes-endoteliotropik