Salin Artikel

Nyaris Roboh 2 Kali Diguncang Gempa, Rumah Nenek Tukinem Kini Berdiri Kokoh

Rumah yang nyaris roboh akibat dua kali diguncang gempa itu kini sudah berdiri kokoh. Khofifah tak perlu lagi merisaukan Tukinem yang kini berusia 85 tahun itu.

Khofifah pernah mengunjungi tukinem saat meninjau korban gempa di Desa Boro, Kabupaten Blitar, Sabtu (22/5/2021). Saat itu, Khofifah meminta Tukinem pindah untuk tinggal di rumah saudara atau tetangga karena rumah nenek itu sudah ringkih dan hampir roboh.

Namun, Tukinem menolak permintaan Khofifah. Nenek itu tak mau merepotkan anak kandungnya atau tetangga.

Khofifah pun lantas meminta kepada Bupati Blitar, Camat Selorejo, hingga Kepala Desa Boro untuk ikut merayu Tukinem agar bersedia pindah. Kenyataannya, Tukinem tetap menolak.

Kini, rumah ringkih yang berdiri di antara perbukitan di wilayah Selorejo itu sudah berdiri kokoh. Lantai yang dulu berupa tanah kini sudah berganti keramik.

"Berkat gotong royong masyarakat sekitar, akhirnya renovasi atau bedah rumah milik Mbah Tukinem ini dapat kita selesaikan hanya dalam waktu sekitar 16 hari," ujar Kapolres Blitar AKBP Leonard M Sinambela pada upacara sederhana penyerahan rumah Tukinem yang telah selesai diperbaiki, Jumat (2/7/2021).

Leo mengatakan, penyelesaian perbaikan rumah Tukinem merupakan bagian dari persembahan Polres Blitar berkaitan dengan peringatan hari ulang tahun Bhayangkara ke-75.

Rumah Tukinem selesai diperbaiki berkat kegiatan bakti sosial personel Polres Blitar yang menginisiasi perbaikan bagi rumah Tukinem.

Namun, Leo lebih melihat perbaikan rumah Tukinem sebagai hasil dari gotong royong banyak pihak baik berupa dana maupun tenaga.

"Dari TNI juga bergerak, dari kecamatan. Dan yang menakjubkan adalah bantuan tenaga dari warga sekitar. Saya baru meyakini bahwa budaya gotong royong di masyarakat kita itu sebenarnya masih kuat. Kami dari Polres Blitar hanya menginisiasi, mendorong saja," terang Leo.

Leo mengatakan, kegiatan bedah rumah itu dilakukan karena Tukinem termasuk warga kurang mampu.

"Karena Mbah Tukinem ini termasuk warga kurang mampu. Apalagi Beliau juga tinggal sendiri di rumahnya," ujar Leo.


Kisah Tukinem dan permohonan Khofifah

Ketika berbicang dengan Kompas.com, Tukinem lebih banyak bercerita tentang asal mula bisa tinggal di Desa Boro, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar.

Sebelum tinggal di desa yang merupakan tanah kelahirannya itu, Tukinem tinggal di Banda Aceh, Provinsi Aceh, sekitar 20 tahun. 

Saat konflik pecah di Aceh, Tukinem mendapat ancaman dari sejumlah oknum.

"Suami saya sudah meninggal waktu itu di Aceh, ketika itu saya sering didatangi orang yang mengancam akan membunuh saya jika saya tidak pulang ke Jawa," ujar Tukinem.

Tukinem pun khawatir dengan ancaman itu. Ia lalu mengajak anak bungsunya yang masih remaja pulang ke Blitar.

Tiba di Blitar, Tukinem tak punya uang untuk membangun rumah yang layak di Desa Boro.

Dengan bantuan saudara dan tetangga, ia membangun rumah dengan dinding batako tanpa konstruksi penguat dan semen yang memadai.

"Ketika gempa (10 April), saya tiduran di tikar di dalam rumah sama cucu. Saya bangun, tahu-tahu rumah jadi terang, ternyata tembok yang di situ roboh," ujar Tukinem menunjuk pada salah satu sisi dinding rumahnya yang kini sudah tertutup rapat.

Tidak hanya salah satu sisi dinding rumahnya roboh, akibat gempa Malang 10 April itu, beberapa bagian lain dari dinding rumahnya retak cukup parah.

Namun Tukinem tetap bertahan di rumah itu. Ia juga tak mau tinggal di rumah sang anak yang berjarak 50 meter dari rumahnya.

Tukinem tetap tinggal di rumah yang mulai ringkih itu. Pun saat gempa magnitudo 5,9 mengguncang rumahnya pada Jumat (21/5/2021) malam.

Pada Sabtu (22/5/2021), Khofifah yang sedang meninjau korban gempa singgah di rumah Tukinem. 


Melihat kondisi rumah Tukinem, Khofifah khawatir. Khofifah pun meminta Tukinem tinggal sementara di rumah saudara. Permintaan itu ditolak Tukinem.

Ketika Kompas.com menanyakan alasan tinggal di rumah yang sudah hampir robohitu, Tukinem malah menceritakan kedua anak dan beberapa cucunya hilang saat gempa dan tsunami di Aceh pada 2004.

"Saya tidak tahu di mana kuburan mereka," ujarnya.

Belum ada kejelasan bantuan

Masyarakat masih menunggu bantuan kerusakan rumah akibat gempa tersebut. Saat berkunjung, Gubernur Jawa Timur menyebut, warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan senilai Rp 50 juta.

Khofifah menyebutkan, bantuan itu dicairkan pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Namun rumah Tukinem, salah satu dari puluhan rumah warga Kabupaten Blitar yang masuk kategori rusak berat, belum mendapat bantuan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Blitar Achmad Cholik tidak merespons permintaan konfirmasi yang diajukan Kompas.com terkait proses pengajuan dana perbaikan rumah warga akibat gempa bumi Malang.

https://regional.kompas.com/read/2021/07/02/183051578/nyaris-roboh-2-kali-diguncang-gempa-rumah-nenek-tukinem-kini-berdiri-kokoh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke