Salin Artikel

Tingkat Kematian Tertinggi di Jawa Timur, Kabupaten Blitar Akui Adanya Masalah di Faskes

Hingga Kamis (1/7/2021), angka case fatality rate (CFR) Covid-19 di Kabupaten Blitar hampir menyentuh angka 12 persen, yaitu 11,96 persen atau 749 kematian dari akumulasi kasus positif sebanyak 6.258.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Miftahul Huda mengakui adanya masalah pada tim kuratif penanganan pandemi Covid-19 khususnya pada fasilitas kesehatan (faskes) di Kabupaten Blitar.

Namun Huda menolak jika dikatakan tingginya tingkat kematian dengan Covid-19 di Kabupaten Blitar mencerminkan ketidakmampuan rumah sakit rujukan Covid-19 dalam memberikan pertolongan pada pasien.

"Ada sejumlah isu di tim kuratif yang memang sedang dan terus kita carikan pemecahannya. Tapi kalau kita bicara spesifik masalah rumah sakit rujukan, kenyataannya peralatan pendukung juga masih kurang," ujar Huda kepada Kompas.com, Jumat (2/7/2021).

Huda mengatakan, jumlah alat bantu pernapasan yang dimiliki rumah sakit rujukan Covid-19 khususnya jenis ventilator masih kurang.

Minta bantuan Kemenkes

Dia mencontohkan RSUD Ngudi Waluyo di Kecamatan Wlingi yang menjadi rumah sakit rujukan utama kasus Covid-19 hanya memiliki 4 ventilator.

Rumah sakit rujukan lainnya, yaitu Rumah Sakit Medika Utama di Kecamatan Kanigoro dan RSUD Srengat di Kecamatan Srengat masing-masing memiliki 4 dan 2 ventilator.

Sehingga totalnya, ujar Huda, hanya ada 10 ventilator di 10 fasilitas perawatan ICU.


"Kita sedang mengajukan ke Kementerian Kesehatan bantuan 8 unit ventilator," ujarnya.

Kapasitas ruang perawatan ICU dengan alat bantu pernapasan jenis HFNC, ujarnya, hanya ada 7, empat di antaranya ada di RSUD Ngudi Waluyo.

Kolaborasi kurang efektif

Selain faktor keterbatasan peralatan medis, Huda juga menggarisbawahi masalah kolaborasi yang kurang efektif di antara fasilitas kesehatan yang ada baik di primer (puskesmas) dan ditingkat antar rumah sakit.

Kolaborasi yang kurang baik, ujarnya, juga terjadi antar fasilitas kesehatan di wilayah administratif yang berbeda, seperti antara rumah sakit di wilayah Kabupaten dan Kota Blitar.

"Karena pasien dari Kabupaten juga banyak yang ditangani rumah sakit di Kota Blitar," ujarnya.

Huda menolak memerinci persis masalah tersebut, dan menambahkan adanya faktor lain yang berasal dari eksternal fasilitas kesehatan yaitu dari masyarakat sendiri.

Menurut Huda, faktor rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sejak dini kondisi kesehatan mereka ke fasilitas kesehatan turut menyumbang tingginya kasus kematian di Kabupaten Blitar.

Huda mengatakan, ketika mengalami gejala terjangkit Covid-19 masyarakat tidak segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan karena takut.

"Ketika gejala masih tergolong ringan atau sedang, mereka tidak segera memeriksakan diri ke rumah sakit karena takut 'dicovidkan'," ujar Huda.

Baru setelah gejala bertambah kuat dan kondisi kesehatan menurun, jelasnya, masyarakat memeriksakan diri ke rumah sakit.

"Ketika periksa ke rumah sakit rata-rata kondisinya sudah berat dengan harapan sembuh rendah. Ini membebani rumah sakit," ujarnya.

Terkait hal itu, Huda menyatakan akan terus memberikan edukasi kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran untuk periksa sejak dini.

Tidak semua ICU dilengkapi ventilator

Terpisah, Kepala Seksi Surveilens dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Endro Purnomo mengatakan, total ketersediaan ruang perawatan ICU untuk pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan di Kabupaten Blitar ada 28 tempat tidur.

Namun, ujarnya, tidak semua ICU itu dilengkapi ventilator atau HFNC.

"Ada 11 tempat tidur ICU tanpa ventilator dan HFNC," ujarnya.

Dari 10 tempat tidur ICU dengan ventilator, ujar Endro, saat ini terpakai 7 dan tinggal tersisa 3.

Sementara dari total 7 ruang perawatan ICU dengan HFNC, hanya tersisa 2 tempat tidur.

Endro mengatakan, total ruang perawatan untuk pasien Covid-19 di 3 rumah sakit rujukan dan 5 rumah sakit penyangga yang ada di Kabupaten Blitar sebanyak 182 tempat tidur.

Menurut Endro, jumlah itu masih kurang karena seharusnya setiap rumah sakit menyisihkan setidaknya 30 persen dari tempat tidur yang dimiliki untuk pasien Covid-19.

"Mayoritas belum mengalokasikan 30 persen dari tempat tidur yang dimiliki untuk Covid-19. Baru satu yang memenuhi itu, RSUD Ngudi Waluyo," ujarnya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/07/02/150434878/tingkat-kematian-tertinggi-di-jawa-timur-kabupaten-blitar-akui-adanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke