Salin Artikel

Cerita Sopir Ambulans Antar Jenazah Pasien Covid-19, Hendri: Pakai Hazmat, Takut Tetap Ada

PALEMBANG, KOMPAS.com - Sudah lima tahun lamanya, Hendri Saputra (35) memutuskan untuk menjadi seorang sopir ambulans yang bertugas di Palembang, Sumatera Selatan.

Selama itu, Hendri pun telah terbiasa membawa orang sakit maupun pasien yang meningal.

Namun, saat pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, situasi yang dialami Hendri menjadi berubah.

Hendri setidaknya harus bolak-balik sebanyak empat kali dalam sehari mengantar jenazah orang yang terpapar Covid-19 untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Gandus Palembang.

Lokasi itu dijadikan oleh pemerintah setempat khusus makam pasien Covid-19.

Rasa cemas pun sempat menghantui Hendri, karena seluruh pasien yang ia bawa kebanyakan terpapar virus Corona.

Karena misi kemanusiaan, rasa takut itu pun memudar dan Hendri dapat beraktivitas seperti biasanya.

"Kalau bertugas pakai hazmat karena kita juga jaga-jaga (tidak tertular). Takut sih ada, tapi ini demi kebaikan untuk membantu orang," kata Hendri mengawali perbincangan dengan Kompas.com di Palembang, Jumat (25/6/2021).


Kerja hingga tengah malam

Pada November 2020 kemarin, pasien yang meninggal akibat terpapar Covid-19 sempat membeludak.

Hendri bersama rekan-rekannya pun harus bertugas mengantarkan jenazah hingga tengah malam ke TPU Gandus.

Ia bercerita, sewaktu bertugas mengangkat jenazah seorang pasien Covid-19, hazmatnya sempat robek dan masker yang ia gunakan terlepas dari wajahnya.

Hendri pun begitu cemas karena takut tertular virus yang berawal dari Wuhan tersebut.

"Ketika pulang ke pos, saya jadi gelisah. Karena pas merokok rasanya hilang. Kalau demam sih nggak, cuma hilang perasa saja," ujarnya.

Meski demikian, Hendri pun memutuskan untuk meminum vitamin agar imunitasnya meningkat. Selain itu, ia pun sempat untuk mengurangi aktivitasnya dan selalu menggunakan masker.

"Sehari setelah itu saya kembali normal. Saya sih perkirakan waktu itu terpapar. Tetapi tidak terlalu saya rasakan, karena imun saya kuat. Hanya aktivitas saya kurangi dulu sampai sehat," ujarnya.


Antar jenazah ke luar kota

Hendri pun pernah membawa pasien Covid-19 ke Malang, Jawa Timur. Selama perjalanan, ia kembali merasa cemas karena takut terpapar.

Saat itu pasien tersebut diminta oleh ahli musibah untuk dimakamkan di tanah kelahirannya.

Ia pun kembali mengemudikan mobil ambulansnya menuju kota Malang untuk mengantar jenazah tersebut.

Menurut Hendri, mengemudikan mobil ambulans bukanlah perkara mudah. Sebab, dibutuhkan mental dan keberanian yang kuat agar mobil dapat dipacu hingga sampai ke tujuan.

"Bukan asal ngebut saja, mental juga harus kuat. Saya pernah terjebak macet di Jakarta, tapi alhamdulilah bisa lewat dengan cepat. Padahal jarak kendaraan dengan spion mobil cuma sejari. Jadi bukan asal ngebut saja tapi juga harus berani," ujarnya.

Untuk saat ini, pasien Covid-19 yang meninggal dan diantarkan ke TPU Gandus Palembang tak lagi sebanyak dulu. Hendri pun berharap kondisi pandemi Covid-19 ini dapat segera kembali.

"Kalau sekarang tak sebanyak dulu, awal-awal Covid-19 begitu banyak. Tetapi sekarang sudah berkurang," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/25/185050278/cerita-sopir-ambulans-antar-jenazah-pasien-covid-19-hendri-pakai-hazmat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke