Salin Artikel

Sejarawan UGM: Suku Kalang Jawa Diduga Satu Ras dengan Dani dan Asmat di Papua

Lantas, siapa Suku Kalang tersebut?

Pengajar di Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Baha’ Uddin menjelaskan, nenek moyang Suku Kalang berasal dari Tonkin, tepatnya dari Bacson-Hoabinh Vietnam.

“Mereka kemudian dikenal dengan bangsa Melanesoid (ras Negroid) yang mengembangkan kebudayaan batu madya. Kelompok inilah yang diduga merupakan nenek moyang dari Wong Kalang di Jawa, Dani dan Asmat di Papua,” jelas Baha’ kepada Kompas.com, Minggu (13/6/2021).

Kalangan arkeolog berdasar pada penelitian di Bojonegoro, lanjut Baha', mempercayai orang-orang Kalang mempunyai hubungan erat dengan orang Negrito di Filipina dan orang Semang di Malaysia.

Namun dalam perkembangannya, keberadaan Suku Kalang di Jawa terdesak dengan migrasinya orang Melayu Austronesia (Proto Melayu dan Deutro Melayu) ke wilayah Nusantara. Suku Kalang akhirnya menyingkir ke pinggir hutan.

Proto Melayu merupakan nenek moyang orang Toraja, Sasak, Dayak, Nias, dan Kudu.

Sedangkan Deutro Melayu merupakan nenek moyang orang Jawa, Bali, Sunda, Minang, Bugis, Makassar, dan lainnya.

“Jadi secara kronologis, mereka ini (Suku Kalang) sudah ada di Nusantara dan Jawa terlebih dahulu dibandingkan dengan ras Austronesia, nenek moyang orang Jawa,” ungkap Baha’.

Nah, keberadaan Suku Kalang makin tersisih pada masa Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara.

Pada masa itu Suku Kalang menyingkir ke pinggir dan tengah hutan, tujuannya untuk mempertahankan eksistensi kebudayaannya.

“Jadi mereka mempertahankan diri. Karena mereka tidak mau di-hindu-kan itu sebenarnya... Menurut pandangan saya, mereka (menyingkir) karena mempertahankan eksistensi komunitas mereka dalam kebudayaan mereka,” ucap Baha’.


Menurut Baha’, keturunan Suku Kalang hingga kini masih eksis di Jawa.

Hanya saja mereka tak lagi mengasingkan diri, sudah berbaur dengan masyarakat, dan menganut agama samawi seperti beragama Islam.

Ciri makam suku Kalang kuno

Baha’ menjelaskan, ciri makam Suku Kalang kuno biasanya terdapat tumpukan batu.

Ia mencontohkan makam orang-orang Kalang di Banyuwangi, Jawa Timur, yang makamnya berupa susunan batu putih.

“Setahu saya batu, artinya bukan cetakan,” tuturnya.

Sejauh ini, Baha’ belum pernah menjumpai makam Suku Kalang yang di atasnya benbentuk tumpukan batu bata seperti empat makam di Pemakaman Gondang Timur, Desa Gondang, Kecamatan Pace, Nganjuk.

“Ini masih asumsi ya. Batu-bata itu kan diproduksi pada periode Hindu kan,” kata Baha’.

“Bisa saja orang Kalang itu (Desa Gondang Nganjuk) meninggalnya pada periode Hindu, sehingga kemudian makamnya diberi batu-bata itu. Tapi kalau budaya mereka yang asli, yang asli itu artinya yang belum mengenal Hindu, itu batu setahu saya,” lanjutnya.

Ciri makam Suku Kalang lainnya yakni pusara menghadap ke sungai. Makam Suku Kalang jelas berbeda dengan pusara Umat Islam yang membujur selatan-utara.

“Sepengetahuan saya itu berhubungan dengan sungai, seperti yang terjadi di Bojonegoro atau di Banyuwangi. Di Banyuwangi perbatasan dengan Jember, karena itu ada bukit-bukit kan, nah itu (bagian kaki makam) menghadapnya ke (sungai),” paparnya.

Selanjutnya, makam Suku Kalang pasti terdapat bekal kubur di dalamnya.

Bekal kubur itu berupa benda-benda yang berharga semasa hidup yang bersangkutan, seperti manik-manik, gelang, anting, senjata, dan lainnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/13/164518078/sejarawan-ugm-suku-kalang-jawa-diduga-satu-ras-dengan-dani-dan-asmat-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke