Salin Artikel

Cerita Pengelola Kawasan Wisata Pantai Serang Blitar Bertahan di Tengah Pandemi

Ribuan orang dari Blitar dan wilayah di sekitarnya terlihat datang silih berganti. Kendaraan cukup banyak di beberapa lokasi parkir.

Sementara sejak pagi hingga sore, meski tidak bisa dikatakan padat, sebaran wisatawan dalam menikmati beragam hiburan di kawasan itu cukup merata.

Di bangku-bangku kayu di bawah pohon cemara yang rindang pengunjung terlihat duduk menyebar. Mereka menikmati menu kuliner sambil memandang laut lepas terbuka.

Sebagian pengunjung juga terlihat bermain menyebar di hamparan pasir pantai yang ada di sepanjang garis pantai sepanjang sekitar satu kilometer itu.

Sekitar satu jam sekali ketika jumlah pengunjung meningkat, terdengar pengelola menyampaikan imbauan mematuhi protokol kesehatan, seperti tidak berkumpul di satu titik.

Pihak pengelola pantai juga melakukan pengawasan dengan menerjunkan petugasnya untuk berkeliling memantau aktivitas pengunjung. Jika terjadi potensi kerumunan, petugas langsung mengingatkan.

"Karena kami tidak ingin kenyamanan pengunjung terganggu, maka kami juga menggunakan cara yang dapat diterima saat mengingatkan mereka," ujar Roma Juli Permadi, pengelola kawasan wisata Pantai Serang kepada Kompas.com, Minggu (23/5/2021).

Selama enam hari sejak berakhirnya larangan beroperasinya destinasi wisata di wilayah Kabupaten Blitar pada 17 Mei, Pantai Serang langsung diserbu pengunjung.

"Begitu larangan buka berakhir, tanggal 18 Mei langsung ramai. Beberapa kali lipat jumlah kunjungan hari libur dan weekend di masa pandemi," ujar Roma.

Puncaknya, menurut Roma, terjadi pada hari itu, yaitu hari terakhir libur panjang lebaran.

"Sebenarnya kita berharap puncak kunjungan selama dua hari, Sabtu dan Minggu ini. Tapi Sabtu justru agak sepi karena dampak gempa bumi pada hari Jumat (21/5/2021)," ujarnya.

Tantangan pengelolaan destinasi wisata

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 2021, Bupati Blitar Rini Syarifah menandatangani surat edaran berisi larangan beroperasinya destinasi wisata di wilayah Kabupaten Blitar mulai 13-17 Mei.

Pengelola wisata merasakan beratnya dampak larangan tersebut. Sebab, mereka mengalami kesulitan akibat sejumlah program pembatasan yang sebelumnya diterapkan untuk menahan laju penularan Covid-19.

Kepala Desa Serang Dwi Handoko Pawiro mengatakan, pandemi memberikan tantangan yang begitu besar pada pengelolaan destinasi wisata dengan sedikit pilihan untuk menghadapinya.

"Tantangannya bagaimana pengunjung tetap berwisata dengan aman dan bahagia meski setiap saat harus menghadapi himbauan pengelola untuk mematuhi protokol kesehatan," ujar kepala desa yang berhasil mengoptimalkan potensi wisata pantai di desanya itu.

Di sisi lain, Handoko juga mengaku selama ini terus meyakinkan warga yang berusaha di kawasan wisata Pantai Serang tentang bahaya Covid-19 yang nyata.


Pada saat yang sama, ia juga mengajak mereka tidak menyerah menghadapi keterbatasan berusaha di masa pandemi.

"Kita juga harus menerima penutupan destinasi wisata selama lima hari kemarin. Padahal, lima hari itu adalah masa panen raya usaha wisata seperti wisata pantai di sini," ujar Handoko tentang surat edaran Bupati Blitar itu.

Menurut Handoko, seluruh pemangku kepentingan terutama pedagang di kawasan wisata Pantai Serang bisa menerima kebijakan tersebut meski masa panen raya bagi mereka menjadi sangat singkat.

"Kami masih bersyukur dapat menikmati panen raya meskipun singkat. Lebaran tahun lalu malah tutup total," ujar kepala desa yang dikenal memiliki visi kuat membangun desa, salah satunya, dari sektor pariwisata itu.

Ungkapan senada disampaikan koordinator kelompok warga yang membuka usaha di kawasan Pantai Serang, Misyadi.

Ia mengatakan, omzet para pelaku usaha di Pantai Serang selama enam hari terakhir dapat dikatakan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan omzet di hari libur akhir pekan selama masa pandemi.

Terkait penyelenggaraan protokol kesehatan, Misyadi malah berharap kawasan wisata Pantai Serang dapat menjadi percontohan kawasan wisata yang disiplin dalam penerapan protokol kesehatan.

"Para pedagang di sini sadar, dan mendukung protokol kesehatan yang diminta pemerintah. Kenyataannya di Pantai Serang ini belum pernah ada kejadian penularan Covid-19," ujarnya.

Pandemi Covid-19 jelas berdampak pada kunjungan wisatawan di Pantai Serang. Namun pengelola sepertinya berhasil meminimalkan dampak tersebut.

Terlihat dari jumlah kunjungan yang tidak mengalami penurunan signifikan selama masa pandemi.

Sepanjang 2019, pengelola melaporkan jumlah kunjungan sebanyak 54.300 orang dengan pendapatan kotor dari tiket masuk kawasan sebesar Rp 380 juta.

Hanya terjadi penurunan sekitar tujuh persen sepanjang 2020 dengan laporan total kunjungan sebanyak 50.434 orang dengan pendapatan kotor sekitar Rp 353 juta.

"Namun dalam masa pandemi ada peningkatan operasional dan belanja perlengkapan untuk penerapan prokes," ujar Handoko.

Namun bagi para pedagang, ujar Handoko, beban itu tidak terlalu besar.

Apalagi, tambahnya, dalam industri pariwisata terutama wisata alam seperti Pantai Serang, masyarakat mendapatkan keuntungan paling besar secara ekonomi.

Kawasan wisata Pantai Serang membuat sedikitnya 140 keluarga dapat membuka usaha mulai dari usaha kuliner, toko suvenir, penyewaan kendaraan ATV, hingga jasa toilet dan kamar mandi.


Destinasi favorit di Blitar

Terletak sekitar 40 kilometer ke arah selatan dari Kota Blitar, kawasan wisata Pantai Serang adalah destinasi paling favorit di bagian selatan.

Bukan hanya keramahan warga dan pengelola kepada pengunjung yang didorong oleh kesadaran membangun kawasan wisata, ribuan pohon cemara yang ditanam sekitar 50 meter hingga 100 meter dari garis pantai menambah kenyamanan pengunjung berwisata di pantai.

Beruntung ada program penghijauan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur tahun 2009 dan 2011 di kawasan tersebut.

Beruntung pula program itu didukung oleh komunitas nelayan dan warga pantai sehingga ribuan pohon cemara itu tumbuh subur dan rindang.

Menikmati makan dan minum di kursi-kursi kayu di bawah pohon cemara di pinggir laut merupakan salah satu daya tarik kawasan Pantai Serang.

Keberhasilan program penghijauan itu bahkan juga memungkinkan dibangunnya taman bermain dan edukasi lingkungan di salah satu sudut kawasan pantai dimana pohon-pohon cemara yang rindang membentuk satu hutan mini.

Keberhasilan penghijauan itu bergayung sambut dengan Handoko yang terpilih sebagai kepala desa sejak 2014. Kepala desa itu memiliki visi kuat pembangunan wisata berwawasan konservasi lingkungan.

Bagi Handoko, warga Desa Serang adalah sedikit dari warga desa di kawasan selatan Kabupaten Blitar yang beruntung memiliki pantai.

Mereka beruntung karena sebagian besar warga di wilayah selatan itu kebanyakan menggantungkan hidupnya dari bertani di tanah perbukitan dengan batuan karst dan kapur dan pertanian tadah hujan.

Pantai Serang, bagi Handoko bisa disulap menjadi tambang emas yang tidak akan habis digali jika dikelola dengan kearifan berwawasan lingkungan dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat lokal.

Di masa kepemimpinannya, berhasil dicapai kesepakatan tiga pihak, yaitu Perhutani, Pemerintah Kabupaten Blitar, dan Pemerintah Desa Serang, dalam berbagi hasil dari pengelolaan kawasan wisata Pantai Serang.

"Melalui BUMDes, Pemerintah Desa Serang memiliki andil 50 persen, Perhutani dan Pemkab masing-masing 25 persen," ujarnya.

Atas inisiatif Handoko pula, upaya promosi kawasan wisata pantai dilakukan dengan memegang visi wawasan lingkungan dengan sentuhan pengembangan bidang seni dan budaya.

Setahun sekali, pengelola menyelenggarakan Serang Culture Festival di mana beragam seni modern dan tradisional dipadu dalam rangkaian pertunjukan.

"Tahun lalu, festival ditiadakan karena pandemi," ujar Handoko.


Citra Pantai Serang terus naik, tidak hanya sekedar tujuan wisata pantai, tetapi juga kawasan wisata keluarga yang menyediakan wahana pendidikan konservasi lingkungan.

Di salah satu sudut lain kawasan Pantai Serang, dibangun tiga kolam yang dikelilingi pagar bambu yang merupakan tempat penangkaran penyu-penyu laut.

Dari penangkaran itu yang dikelola BUMDes Serang itu, setahun sekali dilakukan kegiatan pelepasan tukik, bayi penyu, ke laut lepas.

Meski di masa pandemi saat ini kegiatan penangkaran penyu menghadapi kesulitan pembiayaan, konservasi penyu di Pantai Serang telah menjadi salah satu ikon yang sulit dilepaskan dari citra positif Pantai Serang.

Menyadari pandemi belum akan berakhir dalam waktu dekat, Handoko dan warga Pantai Serang berharap pemerintah termasuk Pemkab Blitar dapat bekerja lebih serius menemukan solusi agar roda ekonomi masyarakat tetap bisa berputar.

Menurut Handoko, tetap ada peluang di tengah pandemi jika pemerintah lebih mendengar dan lebih serius mencari solusi bersama masyarakat di tingkat bawah.

"Contoh sederhana, janganlah membuat kebijakan penutupan tempat wisata itu terlalu mendadak. Para pedagang di sini telanjur belanja bahan makanan," ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/24/160839678/cerita-pengelola-kawasan-wisata-pantai-serang-blitar-bertahan-di-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke