Salin Artikel

Demi Lestarikan Batik Khas Ambarawa, Mahfud Rela Memulung Bungkus Rokok

Dia bersama timnya, antara lain pemerhati sejarah Derry Gunadi dan seniman Renggo Dumadi membentuk Komunitas Batik Patroon 1867 Ambarawa.

"Komunitas ini konsen untuk mengenalkan dan memproduksi batik patroon Ambarawa agar dikenal luas dan sebagai upaya pelestarian," jelas Mahfud di Rumah Produksi Batik Patroon 1867 Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (3/5/2021).

Dalam proses pembuatan batik cap, kelompok ini tidak menggunakan cap dari tembaga yang lazim dipakai.

Mereka memanfaatkan kertas bekas bungkus rokok sebagai alat motif cap.

Mahfud mengatakan jika menggunakan cap yang berbahan tembaga maka harganya cenderung mahal.

"Satu alat cap minimal harganya Rp 1 juta, tentu jika dibandingkan cap dari bungkus rokok sangat jauh," jelasnya.

Proses pembuatan cap dari bungkus rokok, menurut Mahfud sangat mudah tapi membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama dan membutuhkan ketelitian.

Untuk satu cap setidaknya membutuhkan waktu tiga sampai empat hari.

Kemudian, kertas rokok dipotong dengan ukuran lebar satu sentimeter.

"Untuk panjangnya menyesuaikan. Lalu dilem sesuai motif, dan ditunggu kering. Jika sudah sesuai, maka bisa dimanfaatkan," jelas Mahfud.

Jika dinilai dengan uang, satu cap karya Mahfud seharga kisaran Rp 200.000 hingga Rp 300.000.

"Tapi sekarang malah banyak yang mengatakan kami-kami ini sebagai pemulung bungkus rokok, karena kemana saja kami minta bungkus rokok tersebut untuk dibawa pulang," ungkapnya sembari tertawa.

Selain murah, cap batik dari bungkus rokok ini bisa dibuat siapa saja.

"Asal punya imajinasi dan pola, tentu bisa dibuat. Karena alatnya juga cuma gunting, pisau pemotong, penggaris, dan lem. Sehingga kalau rusak bisa langsung diperbaiki, kalau tembaga harus diservis khusus," jelas Mahfud.

Meski begitu, lanjutnya, cap batik bungkus rokok ini tidak bisa menyimpan panas terlalu lama, sehingga pemakainya harus memiliki felling yang kuat.

"Kalau tembaga memang lebih konstan menyimpan panas. Tapi soal hasil atau kualitas setelah digunakan ke kain, sama saja. Karena bungkus rokok ini semakin sering dicelup ke malam (bahan pembuat batik), malah semakin kuat dan kaku," paparnya.

Komunitas Batik Patroon 1867 Ambarawa saat ini terus melakukan sosialisasi dan kampanye.

"Kami berharap batik ini terus dikenal dan dikenakan masyarakat," kata Mahfud.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/03/164811278/demi-lestarikan-batik-khas-ambarawa-mahfud-rela-memulung-bungkus-rokok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke