Salin Artikel

Di Balik Munculnya Klaster Baru di Jateng, Nekat Mudik hingga Tak Terapkan Prokes

KOMPAS.com - Sejumlah klaster baru penyebaran Covid-19 bermunculan menjelang libur lebaran di Jawa Tengah.

Dari penelusuran Kompas.com, klaster tersebut muncul setelah sejumlah warga nekat berkumpul tanpa menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

Salah satunya adalah klaster takziah di Semarang, Jawa Tengah. Klaster itu muncul sepekan setelah ada rombongan warga pulang takziah dari Temanggung dan sempat mampir ke Magelang.

Lalu, dari hasil pemeriksaan petugas medis setempat, sebanyak 25 warga terkonfirmasi positif Covid-19 di RT 012/RW 001 Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang.

Akibatnya, untuk menghindari penyebaran Covid-19, pemerintah desa menutup sementara akses kampung di RT tersebut.

"Itu satu wilayah RT (positif Covid-19). Kami dapat laporan dari RW Setempat informasinya itu satu RT itu minggu lalu takziah ke Temanggung mungkin pulangnya mampir rekreasi di Magelang, makan-makan gitu. Pasca itu kok terjadi seperti itu (kasus Covid-19," kata Lurah Sampangan Supono saat dihubungi wartawan, Jumat (23/4/2021).

Bupati Pati Haryanto menjelaskan, klaster hajatan bancakan terjadi setelah pemilik hajatan diketahui baru saja pulang dari Jakarta.

Usai menggelar hajatan dan diakhiri dengan makan bersama nasi bancakan, pemilik hajatan ternyata sudah poisitif Covid-19.

"Benar dan kejadiannya beberapa hari lalu. Acara yang digelar berupa manaqib dan diakhiri dengan makan bersama nasi bancakan. Tuan rumah baru pulang dari Jakarta, namun tanpa disadari positif Covid-19," kata Haryanto saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Rabu (21/4/2021)
Akibatnya, Dinkes Kabupaten Pati melakukan tracing pada puluhan warga desa yang datang ke acara tersebut. Hasilnya 37 orang dinyatakan positif Covid-19.

Petugas segera meminta warga yang positif itu untuk isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan tenaga medis karena berstatus tak bergejala.

Dari penjelasan Bupati Banyumas Achmad Husein, ada dua klaster shalat tarawih yang muncul di wilayahnya jelang lebaran.

Klaster itu terlacak setelah dua jemaah dari dua masjid tersebut dinyatakan positif Covid-19.

Lalu, dari tracing petugas medis terhadap kontak erat, maka ditemukan puluhan orang positif Covid-19.

"Tarawih di mushala, bermula dari satu orang jemaah yang sudah sakit di awal Ramadhan, tetapi masih tetap berangkat tarawih," ujar Husein kepada wartawan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis (29/4/2021).

Ia mengatakan, klaster itu ada di Desa Pekaja dengan data 44 orang positiif Covid-19, 43 orang melakukan isolasi mandiri dan satu orang menjalani perawatan di RSUD Banyumas.

Lalu klaster kedua di Desa Tanggeran, dengan data tujuh orang yang dinyatakan positif Covid-19, satu orang gejala ringan dan enam orang lainnya tanpa gejala.

"Sekarang mereka sedang menjalani karantina di rumah karantina Baturraden sejak tanggal 26 April 2021," kata Husein.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan, pihaknya akan tegas dalam menerapkan aturan larangan mudik Lebaran 2021.

Hal itu, dilansir dari Antara, untuk mengantisipasi meningkatnya kasus COVID-19.

"Nggak ada fasilitasi khusus kepada kelompok-kelompok tertentu, semua aturannya sama. Jadi kalau mereka memang harus pulang dalam kondisi sesuai dengan regulasi, ya ikuti saja di situ," kata Ganjar, di Semarang, Jumat.

Terkait sejumlah klaster baru di Jawa Tengah, Ganjar kembali bahwa pandemi belum berakhir.

Klaster di Kabupaten Pati berawal dari warga mudik, serta kasus di Kabupaten Purbalingga yang muncul saat pengecekan pembelajaran tatap muka (PTM) dan berasal dari pondok pesantren.

"Artinya bukan soal yang lainnya, ayo kita jaga diri kita tidak pulang, kalau ada yang sifatnya terpaksa silakan ikuti aturannya, kalau dengan mengikuti aturan saya kira seluruh aturannya sudah ada,” ujarnya pula.

(Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/05/03/163106378/di-balik-munculnya-klaster-baru-di-jateng-nekat-mudik-hingga-tak-terapkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke