Salin Artikel

Di Tengah Larangan Mudik Lebaran, Jasa Penukaran Uang Bermunculan di Jalan Kota Blitar

Meski pandemi belum berlalu dan pemerintah telah mengeluarkan larangan mudik, usaha jasa penukaran uang di Kota Blitar, Jawa Timur, marak sejak awal bulan puasa.

Para pedagang uang yang sebagian tidak beroperasi pada Lebaran tahun lalu, mulai berjualan lagi dengan harapan permintaan konsumen meningkat.

Sejumlah pedagang mengaku berspekulasi dengan situasi Lebaran 2021, sementara yang lain optimistis Idul Fitri tahun ini berlangsung semarak dan permintaan uang untuk angpau meningkat.

"Tahun lalu saya tidak jualan karena pandemi. Waktu itu PSBB (pembatasan sosial berskala besar) kan," ujar Fatah, penunggu lapak penukaran uang angpau, Selasa (27/4/2021).

Fatah bukan pemilik lapak penukaran uang angpau di Jalan Merdeka, Kota Blitar itu. Dia hanya menjaga lapak itu dan berbagi hasil dengan pemiliknya.

Dia sendiri menjaga lapak sambil menjadi juru parkir di ruas jalan di depan Kantor Wali Kota Blitar.

Namun, Fatah selalu terjun dalam jasa penukaran uang selama bertahun-tahun, kecuali tahun lalu.

"Tahun lalu saya gak ikut jualan, ternyata teman-teman malah penjualannya banyak, untungnya gede," ujarnya.

Menurutnya, keuntungan besar didapatkan para pedagang uang lebaran tahun lalu karena jumlah penjual sedikit. Sehingga, setiap pedagang memiliki omzet penjualan relatif tinggi dan bisa mengambil marjin keuntungan berlipat.

"Lebaran tahun lalu, setiap Rp 100.000 uang kertas pecahan Rp 2.000 hingga Rp 10.000 laku (seharga) Rp 120.000," tuturnya.

Padahal, pada situasi normal, marjin keuntungan yang diambil pedagang maksimal Rp 10.000 untuk penjualan uang dengan nilai nominal Rp 100.000.

"Kalau minggu pertama atau kedua seperti sekarang, kita hanya ambil untung sekitar Rp 5.000 untuk setiap penjualan uang (dengan nilai nominal) Rp 100.000," ujar Fatah.


Namun, lanjutnya, untuk uang pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, dan Rp 5.000, keuntungan yang didapat bisa lebih besar, mencapai Rp 7.000 untuk setiap penjualan dengan nilai nominal Rp 100.000.

Harga uang kertas untuk angpau Lebaran akan terus naik seiring semakin dekatnya hari raya Idul Fitri.

Mulai H-7 lebaran, ujar Fatah, pedagang bisa menjual uang untuk angpau nominal Rp 100.000 dengan harga Rp 110.000 hingga Rp 115.000.

"Tergantung kondisi. Kalau pada minggu terakhir bulan puasa permintaan tinggi, kita bisa naikkan harga," ujarnya.

Fatah mengaku, penjualan uang untuk angpau Lebaran yang dijaganya meningkat sejak tiga hari terakhir, dengan omzet harian mencapai Rp 1 juta.

Pada situasi normal selama sebulan penuh di Ramadhan, dirinya dapat mencapai omzet sekitar Rp 150 juta.

Fatah mengaku sulit memperkirakan bagaimana permintaan uang untuk angpau Lebaran tahun ini karena larangan mudik berdampak langsung pada penjualan, terutama di hari-hari terakhir mendekati lebaran.

"Perantau biasanya mudik mendekati lebaran dan mereka butuh banyak uang angpau," ujarnya.

Fatah adalah pedagang uang angpau eceran. Sementara, terdapat sejumlah pedagang dengan modal lebih besar yang mampu menjual uang skala grosir.

Yuvi, pedagang uang angpau lebaran di Jalan Mastrip, Kota Blitar, misalnya, melayani penjualan grosir maupun eceran.

Mengaku bermodal sekitar Rp 80 juta, Yuvi per hari dapat menjual uang angpau eceran antara Rp 5 juta hingga Rp 6 juta beberapa hari sejak buka awal bulan puasa ini.

Untuk penjualan grosir, ujar warga Kelurahan Kauman, Kota Blitar ini, per hari antara Rp 20 juta hingga Rp 30 juta.


Untuk grosir dengan nilai nominal uang minimal Rp 3 juta, Yuvi memungut marjin sekitar Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per nilai nominal uang Rp 100.000. Sehingga, sekali menjual uang dengan nominal Rp 3 juta, Yuvi mendapatkan keuntungan bersih Rp 90.000 hingga Rp 120.000.

Untuk harga eceran, Yuvi mengikuti harga pasaran yang dipatok oleh pedagang lain, yaitu marjin keuntungan antara Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per nominal uang Rp 100.000.

Yuvi optimistis permintaan uang angpau untuk Lebaran tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal itu ia dasarkan pada omzet penjualannya selama 14 hari berjualan.

Pedagang lain di Jalan Kenanga, Kota Blitar, Purwanto, mengaku penjualan kali ini justru menurun dibandingkan musim lebaran tahun lalu.

Namun, menurut Purwanto turunnya penjualan bukan karena sepinya permintaan uang angpau, tetapi karena jumlah pedagang semakin banyak tahun ini.

Seperti halnya Fatah, menurut Purwanto jumlah pedagang tahun ini meningkat karena pada lebaran tahun lalu permintaan uang angpau tetap tinggi.

Jasa penukaran uang baru untuk angpau lebaran selalu bermunculan di pinggir jalan Kota Blitar setiap bulan puasa hingga Lebaran.

Usaha jasa penukaran uang baru paling banyak di Jl Mastrip, Jl Kenanga, dan Jl Merdeka Barat.

Namun, sekarang usaha jasa penukaran uang baru juga terlihat di Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Cokroaminoto.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/28/095901278/di-tengah-larangan-mudik-lebaran-jasa-penukaran-uang-bermunculan-di-jalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke