Salin Artikel

Kaligrafi Karya Santri Ini Dipamerkan di Turki hingga Maroko, Banjir Pemesanan Saat Ramadhan

JEMBER, KOMPAS.com – Jimly Ashari, santri Ponpes Darussholah di Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, dikenal mahir di bidang seni kaligrafi.

Bahkan, karyanya sudah dipamerkan di berbagai negara, mulai dari, Irak, Aljazair, Maroko, Dubai hingga Turki.

Karya seni kaligraginya dipamerkan di Aljazair pada tahun 2013 lalu. Kemudian, di Malaysia pada tahun 2015, di Turki tahun 2016.

Di Dubai tahun 2018, di Iran tahun 2020 dan di Maroko tahun 2021.

Tak hanya itu, pria yang akrab disapa Jimly ini juga kerap meraih berbagai prestasi tingkat nasional maupun internasional.

Salah satunya meraih juara harapan dalam lomba kaligrafi di Turki pada 2016 lalu.

Di tingkat nasional, dia juga pernah juara harapan dua khat naskhi di festival kaligrafi Asean yang diselenggarakan di Jombang 2017 lalu. Selain itu, berbagai prestasi lainnya.

“Saya juga sempat diminta membuat hiasan mushaf di Malaysia,” kata Jimly, saat ditemui di ponpes, Rabu (21/4/2021).

Belajar kaligrafi sejak SMP

Dia mengaku, sudah menekuni ilmu kaligrafi sejak masih kelas VII SMP. Di pesantren, dia memilih mengembangkan kemampuan seni Islam.

Dia membutuhkan waktu sekitar dua tahun bisa menuis kaligrafi.

Jimly menerangkan, proses belajar kaligragi hingga karyanya dipamerkan di tingkat internasional berawal saat dirinya belajar pada seniman dan kaligrafer asal Malang, yakni ustaz Bambang.

“Berkat beliau, karya saya bisa dipamerkan di Aljazair,” ucap dia.

Selain itu, alumni IKIP PGRI Jember itu juga belajar pada beberapa guru lainnya dari luar negeri.

Di antaranya Ustaz Belaid Hamidi dari Maroko dan Ustaz Ehab Thabet Ibrahem dari Palestina.

“Pembelajaran itu dilakukan secara online,” tutur dia.

Jimly belajar pada Ustaz Ehab Ibrahem Thabet Palestina sudah lebih dari lima 5 tahun.

Sampai sekarang proses pembelajaran kaligrafi masih tetap berlangsung.

Karena belajar tidak boleh berhenti meskipun sudah mampu, namun harus tetap diasah.

Tak hanya itu, dia juga belajar Ustaz Ehab Thabet Ibrahem yang dikenal sukar untuk menjadi muridnya di bidang kaligrafi.


Namun, Jimly merasa bersyukur bisa menjadi murid ustaz asal Palestina tersebut. 

Dari sana, dia mulai diajak untuk ikut dalam berbagai pameran di dunia. Tak semua karyanya lolos, karena harus diseleksi dengan ketat.

“Karena Covid-19 ini, pameran sekarang hampir tidak ada,” kata dia.

Ketekunan belajar ilmu kaligrafi mengantarkannya memperoleh keahlian di bidang tersebut.

Sekarang, dia menjadi guru di pesantren tersebut dan menularkan ilmu pada para santri lainnya. 

Belajar kaligrafi butuh kesabaran

Pria kelahiran 6 Juni 1993 tersebut mengatakan, belajar kaligrafi melatih ketelitiannya dalam mengukir huruf agar terlihat indah.

Baginya, belajar kaligrafi membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

“Butuh keuletan dan kesabaran agar bisa menguasainya,” ujar dia.

Jimly menambahkan, dalam belajar kaligrafi, perlu memahami bentuk tiap huruf sehingga memerlukan kesabaran yang ekstra.

Namun, ketika sudah memahaminya, belajar kaligrafi tidak akan mudah untuk dilepaskan.

Karena mengetahui seluk beluk rahasia, bentuk dan goresan kaligrafi.

“Setiap huruf memiliki rahasia yang berbeda-beda. Rahasia itu akan diketahui jika belajar kaligrafi pada ahlinya,” papar dia.

Jimly membagikan cara belajar kaligrafi pada pemula. Pertama, harus sabar.

Karena belajar kaligrafi bukan hanya belajar tentang estetika atau keindahan saja. Tetapi juga belajar melatih kesabaran yang sesungguhnya.

“Ketika belajar Alif, harus benar-benar lurus sesuai dengan contoh yang sudah paten,” ujar dia.

Kedua, harus berani mencoba meskipun seringkali salah. Sebab, bisa menulis kaligrafi karena terbiasa. Ketiga harus istiqomah dan dispilin.


Permintaan kaligrafi meningkat saat Ramadhan

Selain mengajar, Jimly juga kerap mendapatkan pesanan untuk menjual kaligrafi. Mulai dari pemesanan untuk suvenir hingga hadiah pernikahan.

Permintaan cukup tinggi, terutama di bulan Ramadhan.

“Ada kenaikan permintaan sekitar 40 persen lebih di bulan puasa,” kata dia.

Padahal, dirinya hanya promo karya lukisnya melalui WhatsApp dan akun Instagram. Banyak warga yang ingin menghias rumah maupun masjid.

Biasanya, dia hanya menggarap lukisan kaligrafi sebanyak 5 dalam setiap bulannya.

Namun, di bulan puasa, permintaan bisa mencapai 8 hingga 9 kali. Harga yang dipatok pun tidak mahal, mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 2.000.000.

Jimly mengaku, membatasi pesanan lukisan kaligrafi yang datang padanya. Sebab, memiliki keterbatasan waktu.

Sebulan, maksimal dia bisa menggarap delapan kaligrafi.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/23/173453678/kaligrafi-karya-santri-ini-dipamerkan-di-turki-hingga-maroko-banjir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke