Salin Artikel

Kisah Ifin Katini Berantas Buta Aksara dari Terminal Bus, Sakit Saat Taman Bacaan Tergusur

TEGAL, KOMPAS.com - Raden Ajeng Kartini berhasil menginspirasi banyak perempuan untuk sukses dalam bidang yang digeluti termasuk kembali bangkit usai dilanda keterpurukan.

Salah satunya bagi Ifin Katini (48) tenaga relawan di sekolah gratis bagi pengasong di Terminal Bus Kota Tegal, Jawa Tengah.

Ibu dua anak ini layak menyandang Kartini masa kini untuk keuletan dan konsistensinya sebagai pegiat literasi dalam membantu menuntaskan buta aksara.

Hampir setiap hari, ia berada di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Sakila Kerti. Oleh warga terminal, di tempat layanan pendidikan gratis disebut sebagai Sekolah Terminal.

PKBM itu melayani pendidikan mulai dari jenjang TK/PAUD hingga Kejar Paket A, B, C yang dilengkapi ruangan penuh buku sebagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

"Sudah dua tahun di sini. Bagi saya warga terminal dan seluruh relawan Sakila Kerti ini sudah seperti keluarga sendiri," kata Ifin, ditemui Rabu (21/4/2021).

Setiap pagi, tak hanya melayani peserta didik, ia juga menerima pengunjung untuk membaca buku di TBM.

Bahkan, buku-buku disiapkan sedini mungkin untuk diantar ke warung-warung di dalam terminal. Hal itu sudah menjadi kegiatan rutin setiap hari.

Istri dari Risdiyanto ini mengaku mendapat dukungan luar biasa dari suami dan anak-anaknya. "Selama ini keluarga mendukung. Suami mendukung banget," ujar Ifin.

Bagi Ifin, dunia literasi memang sudah digelutinya sejak lama. Sebelum bergabung sebagai humas di Sekolah Terminal, sebelumnya ia memiliki TBM sendiri.

TBM yang dikelolanya berada di depan Stasiun Kereta Api Tegal. Dibalut dengan usaha berjualan nasi dengan nama Warteg Literasi Cahaya Baca.

"Jadi usaha saya warung nasi melayani penumpang kereta. Di situ sambil menunggu kereta, penumpang yang mampir di warung bisa baca-baca buku," katanya.

Namun, karena harus tergusur dampak revitalisasi kawasan tersebut, Ifin harus merelakan kehilangan mata pencaharian dan TBM-nya.

"Saat itu saya merasa jatuh. Saat melihat bangunan dibongkar bahkan sempat masuk rumah sakit," kata Ifin.

Tak mau berlama-lama dalam keadaan terpuruk, ia berusaha bangkit dengan menjadi relawan di Sekolah Terminal. Paling tidak, jalur pengabdiannya sebagai pegiat literasi bisa bergulir.

"Di sini saya ingat RA Kartini, dan sangat memotivasi saya. Apalagi semenjak TBM dirobohkan itu, saya harus kembali semangat. Pasti ada cahaya, sesudah gelap terbitlah terang," kata Ifin.

Ketua Sekolah Terminal Dr. Yusqon mengatakan, Sekolah Terminal awalnya TBM hingga bertransformasi memberikan layanan pendidikan gratis.

Tak hanya itu, hampir setiap hari secara bergiliran, mengantarkan buku ke tempat yang dituju untuk kembali ditukar seminggu sekali.

"Selain buku bacaan bagi warga terminal, ada juga sepeda literasi, motor literasi yang mendatangi sekolah-sekolah formal dan lainnya," jelas Yusqon.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/22/055500478/kisah-ifin-katini-berantas-buta-aksara-dari-terminal-bus-sakit-saat-taman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke