Salin Artikel

Sejarah Masjid Menara Kudus, Potret Akulturasi Islam-Hindu, dan Mitos Rajah Kalacakra

KOMPAS.com - Di Kudus, Jawa Tengah, terdapat sebuah bangunan masjid yang unik. Masjid Menara Kudus namanya. Masjid ini dipercaya merupakan peninggalan salah satu Wali Songo, yakni Sunan Kudus.

Masjid yang didirikan sekitar abad 15 atau 16 Masehi ini merupakan potret akulturasi antara Islam dan Hindu.

Yang paling ikonik dari masjid ini adalah adanya menara setinggi 18 meter berbahan batu bata.

Adanya menara bergaya Hindu, yang memiliki bentuk menyerupai candi, dalam kompleks masjid disebut tidak lazim pada masa pembuatannya.

Supatmo dan SP Agustani dalam jurnalnya, Seni Bangun Masjid Menara Kudus Representasi Akulturasi Budaya, mengatakan, Masjid Menara Kudus merupakan satu-satunya masjid buatan Wali Songo yang mempunyai unsur menara, yang dibangun sezaman dengan pembangunan masjidnya.

Sebagaimana ciri bangunan bergaya Hindu, menara tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan kepala atau atap.

Andanti Puspita Sari Pradisa dalam tulisannya, Perpaduan Islam dan Hindu dalam Masjid Menara Kudus, menerangkan bahwa bagian kaki menara terdiri atas ornamen-ornamen bercorak Hindu.


Lalu, pada badannya, terdapat ruang kecil yang berukuran 1,4 meter x 0,85 meter. Relung ini mirip dengan yang ada pada bangunan Hindu, contohnya pura atau candi. Hanya saja, di relung menara masjid ini dibiarkan kosong.

Sedangkan di bagian kepala menara, ada sebuah ruangan yang ditopang oleh 16 tiang.

Di sana, terdapat bedug yang menghadap utara-selatan. Konon, bedug ini berfungsi sebagai panggilan shalat bagi umat Muslim.

Adanya bedug di bagian kepala menara disebut menyerupai dengan konsep peletakan kentongan di bawah atap Bale Kulkul di Bali.

Supatmo dan SP Agustani menuturkan, atap menara berbentuk limas bersusun tumpang ganda. Di puncaknya, terdapat mustaka (memolo) seperti yang ada pada atap masjid.

Menurut Syafwandi dalam bukunya Menara Mesjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah dan Arsitektur, atap ganda itu dimaknai sebagai dua kalimat syahadat.

Tak hanya menjadi potret akulturasi Islam dan Hindu, Masjid Menara Kudus juga mempunyai sejumlah mitos. Salah satunya adalah seputar Rajah Kalacakra yang dipasang oleh Sunan Kudus di gerbang atau pintu masuk masjid.

Menurut masyarakat setempat, rajah tersebut dipercaya bisa melemahkan orang-orang yang memiliki “kekuatan” lebih.

Selain itu, jika ada penguasa yang tidak jujur melewati pintu tersebut, dia bisa kehilangan kekuasaannya.


Mengutip pemberitaan Kompas.com, 18 Juni 2018, Staf Dokumentasi dan Sejarah Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Denny Nur Hakim mengatakan, mitos tersebut masih dipercaya sampai sekarang.

Denny berujar, apabila ada pejabat tinggi yang mendatangi Masjid Menara Kudus untuk shalat atau berziarah ke makam Sunan Kudus, dia akan memilih lewat jalur lain yang diarahkan pengelola masjid.

Menurutnya, terlepas dari benar tidaknya cerita itu, ada pesan positif di baliknya, yakni siapa pun yang beribadah ke masjid, harus menanggalkan kepentingan duniawi, salah satunya kekuasaan.

Benar atau tidaknya, yang jelas Sunan Kudus tidak suka dengan orang yang suka pamer tentang pangkat dan kekuasaan‎ serta orang sombong dan tidak jujur," tuturnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Editor: Caroline Damanik)

https://regional.kompas.com/read/2021/04/18/120533478/sejarah-masjid-menara-kudus-potret-akulturasi-islam-hindu-dan-mitos-rajah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke