Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Kampung Narkoba Disebut Ada yang Membekingi | Dedi Mulyadi Menangis di Dekat Seorang Ibu

KOMPAS.com - Kampung narkoba di Palembang, Sumatera Selatan, digerebek oleh tim gabungan kepolisian pada Minggu (11/4/2021).

Polisi menyebut, kampung yang berada di Jalan M Kadir, Kecamatan Ilir Barat (IB) II ini menjadi sarang peredaran narkotika.

Menurut polisi, yang membuat kampung ini tak bisa disentuh bukan hanya karena akesnya  sulit, melainkan juga ada pihak yang diduga membekingi.

Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan 65 orang, termasuk barang bukti berupa sabu seberat 1,5 kilogram.

Berita populer lainnya adalah soal reaksi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dedi Mulyadi, saat mengetahui ada seorang ibu-ibu yang menangis karena tak punya beras.

Kepada Dedi, ibu bernama Siti Sopiah ini mengaku seluruh harta kekayaannya habis dijual untuk pengobatan suaminya. Sang suami kini telah meninggal dunia.

Dedi kemudian memberikan bantuan sejumlah uang kepada ibu ini.

Saat memberi bantuan, mata Dedi mulai berlinang air mata. Kata Dedi, dia teringat akan sosok ibunya yang telah wafat.

Berikut adalah berita-berita yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com.

Tim gabungan kepolisian menggerebek sebuah kampung di Jalan M Kadir, Kecamatan Ilir Barat (IB) II, Palembang, Sumatera Selatan, pada Minggu (11/4/2021).

Tempat ini disebut dengan kampung narkoba.

Kepala Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Palembang AKBP Andi Supriadi menuturkan, sebelumnya, kampung ini tak bisa disentuh oleh polisi.

Tak hanya karena sulitnya akses jalan, kampung ini juga diduga dibekingi oleh oknum-oknum.

"Tangga Buntung ini kampung narkotika yang sudah tidak bisa disentuh. Banyak oknum yang membekingi mereka," ujarnya, Minggu.

Andi menceritakan, dulunya ada seorang personel tim Jatanras yang ditusuk di kampung ini.

"Memang rumit sekali di lokasi. Dulu saja ada anggota Jatanras untuk menangkap pelaku kejahatan ditusuk. TKP, lorong-lorongnya itu sulit sekali kita gambar," ucapnya.

Dari penggerebekan ini, polisi menangkap 65 orang.

Mereka diringkus di empat lokasi, yakni Lorong Manggis, Cek Latah, Lorong Segayam, dan Lorong Masjid yang masih berada di kawasan Jalan M Kadir.

Polisi juga menyita sejumlah barang bukti, di antaranya sabu seberat 1,5 kilogram, 8 buah senjata tajam, dan 42 petasan.

Ketika sedang bersepeda pagi di kawasan Subang, Jawa Barat, Dedi Mulyadi melihat ada seorang perempuan lanjut usia sedang menatap kosong sambil menangis.

Ia duduk di teras rumahnya di Kampung Cibodas, Kalijati Timur, Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2021).

Kepada Dedi, wanita bernama Siti Sopiah ini mengaku bahwa dia tidak memiliki beras. Saat Dedi mengecek, benar saja, di sana hanya menyisakan beras yang tinggal segenggam.

Siti mengatakan, dirinya tak lagi punya harta kekayaan lantaran dijual utnuk pengobatan penyakit suaminya. Sang suami kini telah meninggal.

Dedi kemudian memberikan sejumlah uang kepada Siti. Sembari menyerahkan bantuan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini bersimpuh di samping Siti.

Dia kemudian terlihat menangis.

Dedi mengatakan, sosok Siti Sopiah mengingatkannya kepada ibunya yang sudah tiada.

"Ia mengingatkan pada ibu saya. Kalau masih ada, usianya sekitar 15 tahun di atas ibu ini. Saya sedih ketika melihat ibu ini karena saya juga ingat ibu saya. Jadi saya tidak kuat menahan tangis,” terangnya.

Dua guru yang bertugas di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, tewas ditembak.

Pelakunya diduga adalah kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Korban penembakan, Oktovianus Rayo, merupakan guru di Sekolah Dasar (SD) Inpres Beoga. Dia ditembak pada Kamis (8/4/2021).

Satu korban lainnya, Yonatan Randen, adalah seorang pengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Beoga. Peristiwa penembakan terhadap Yonatan berlangsung pada Jumat (9/4/2021).

Atas dua kejadian ini, Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua Christian Sohilait mengutuk keras perbuatan KKB tersebut.

“Guru-guru yang kalian bunuh itu mau menyelamatkan anak-anak kalian (dari kebodohan)," ungkapnya di Jayapura, Senin (11/4/2021).

Christian mengatakan, para guru tak banyak yang mau ditempatkan di Beoga lantaran minimnya infrastruktur di sana.

Dia juga menyangkal tuduhan KKB yang menyebut Oktovianus adalah mata-mata aparat keamanan. Ia menegaskan tuduhan itu sangat keji.

"Mereka berdua itu guru-guru honorer, karena tidak mungkin ada guru saya dengan situasi begitu mau mempertaruhkan nyawanya dengan membawa-bawa senjata, saya pikir itu tidak benar, jangan mengalihkan opini setelah kalian menghilangkan orang punya nyawa," tuturnya.

Usai suaminya, Briptu Awang Suryadi, meninggal dunia pada 2007 lalu, kehidupan Erni Marliana (61) berubah.

Briptu Awang meninggal akibat patah tulang punggung saat menjalankan tugas di Kepolisian Sektor Jatinunggal, Sumedang, Jawa Barat.

"Suami meninggal di Rumah Sakit Keramat Jati, Jakarta. Sejak saat itu saya harus menghidupi tujuh anak dengan biaya gaji pensiunan suami," tutur Erni.

Dia membeberkan, gaji pensiunan sebesar Rp 2 juta tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Pasalnya, uang tersebut digunakan untuk membayar utang bank.

Dari jumlah itu hanya tersisa Rp 200 ribu.

Emi kini tinggal di sebuah rumah tidak layak huni dan bekerja sebagai pemulung.

Dari hasil pekerjaannya itu, Erni bisa mendapatkan uang Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.

Meski pas-pasan, Erni berpedoman untuk tidak menyusahkan anak-anaknya.

"Alhamdulillah, cukup buat makan karena anak juga sekarang sudah pada mandiri. Hidup seadanya seperti ini juga gak apa-apa, yang penting halal, gak nyusahin anak," kata Erni.

Seorang penjual nasi kuning di Samarinda, Kalimantan Selatan, belakangan ini menjadi viral di media sosial lantaran wajahnya disebut mirip artis Korea Selatan, Lee Min Ho.

Pria tersebut bernama Doddy Angga Andrianto.

Usai fotonya viral, banyak pembeli yang berdatangan ke warungnya. Pascaviral, bahkan Doddy bisa menghabiskan 15 kilogram beras untuk sekali masak.

Namun, ada cerita lain yang dialaminya setelah viral di media sosial. Doddy mengaku mendapat bullying.

Foto-fotonya kadang diedit dan disandingkan dengan foto Lee Min Ho. Hanya saja, di sana terdapat kata-kata perundungan.

"Saya enggak mau di-bully. Saya enggak kuat," jelasnya.

Meski kerap dibanding-bandingkan dengan Lee Min Ho maupun artis lainnya, Doddy mengaku tak pernah merasa mirip artis siapa pun. Ia meminta agar tidak menjadikannya bahan olok-olokan.

"Saya enggak pernah merasa mirip artis yang dibilang itu (Lee Min Ho). Saya enggak pernah merasa. Setiap orang punya pendapat berbeda," kata pria berdarah campuran Dayak, Bugis, dan Jawa ini.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Karawang, Farida Farhan; Kontributor Jayapura, Dhias Suwandi; Kontributor Sumedang, Aam Aminullah | Editor: Candra Setia Budi, Farid Assifa, Dheri Agriesta, Aprillia Ika, David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2021/04/13/070000578/-populer-nusantara-kampung-narkoba-disebut-ada-yang-membekingi-dedi-mulyadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke